- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Agan masih inget gak ama Komik Mimin


TS
semplenkboy
Agan masih inget gak ama Komik Mimin
Generasi anak atau remaja di era 80-an pasti kenal deh dengan ciri-ciri sbb: mahkluk berkulit legam, tubuhnya pendek seperti anak TK, mata belo, bibir dan telinga lebar, sifatnya lugu dan selalu jujur meskipun tidak bisa dibilang polos, dia sangat memuja ibunya dan senang mengumbar celetukan konyol dengan tampang tak berdosa. Pokoknya kita yang baca bisa ketawa sambil sebal deh melihat tingkahnya yang berlebihan… Gimana, masih ingat si Mimin kan?
Kisah si Mimin dimulai dengan “Sekolah Baru” (No.1). Baru kali ini Mimin bersekolah. Namanya lucu: Mimin Pinguin. Belum lagi kulit Mimin yang hitam legam. Penampilannya benar-benar berbeda dari teman sekelas. Tapi, bukan Mimin namanya kalau tidak percaya diri. Dengan tenang dia meyakinkan mereka kalau kulit negro-nya itu tidak akan luntur. Masalah olok-olok warna kulit ini memang rasis ya, tapi hanya di 2 buku awal kok yang terasa kasar.
Di sekolah yang baru kita berkenalan dengan teman-teman Mimin. Ada si Cali yang gemar berkelahi, lalu ada Erni murid terpandai di kelas, dan juga si kaya raya Riki. Bersama Mimin, mereka adalah “Empat Serangkai” (No.2) alias sahabat baik. Riki yang kaya raya dan sedikit manja harus menjalani ujian dulu untuk bisa bergabung dengan teman-temannya yang miskin. Untungnya, dibalik sikap yang angkuh dan suka menghina ternyata Riki memiliki hati yang baik.
Persahabatan mereka kerap diuji ketika salah satu menghadapi masalah dalam keluarganya. Misalnya dalam “Mengapa Sedih” (No.5), Erni dan Cali benar-benar sedih hingga membuat kedua sobat yang lain menjadi ikutan prihatin. Erni bersusah hati karena ayahnya yang selalu mabuk-mabukkan dan Cali gusar karena ibunya menjadi bahan gunjingan tetangga.
Tidak hanya kesedihan dan kehidupan miskin yang ada di cergam ini, kan ada si Mimin yang selalu mencerahkan suasana muram dengan celetukan dan tingkah konyolnya. Pokoknya cara berpikir Mimin ditanggung beda deh dengan orang lain. Apalagi kalo dia lagi sok menyimpan rahasia… Waaaah, dijamin nggak sampai semenit, semua rahasia bakal tercetus dari mulut makhluk jujur berkulit gosong yang juga setia kawan ini.
Tapi Mimim benar-benar mendapat ganjaran setimpal untuk kemalasannya. Dia yakin benar doa restu Mak sudah cukup untuk membuatnya lulus ujian. Mimin tidak belajar sama sekali! “Ganjaran untuk Mimin” (No.8) dan “Mimin Tukang Cuci” (No.9) berkisah tentang Mimin yang dihukum Mak karena nilai rapornya ‘kebakaran’. Meskipun Mimin lulus, Mak marah besar karena nilainya merah semua. Dasar Mimin, sudah dihukum, masih saja sempat merayu Mak dengan pujian-pujian nggak jelas.
Sayang petualangan Mimin cetakan baru harus berakhir di cergam kesepuluh “Duka si Cali”. Padahal lagi asyik-asyiknya tuh Empat Serangkai menyusun rencana untuk berkunjung ke klab malam sambil mencari ibu Cali yang kabarnya bekerja sebagai hostes. Menurut Bimbi dari Argentumbooks, tempat aku membeli cergam-cergam ini secara online, penerbit belum pasti akan mencetak ulang kelanjutannya. Yaaaaaah… Tapi nggak apa-apa sih, sepuluh Mimin terbitan baru untuk sementara waktu sudah cukup kok untuk melepas kangen. Mudah-mudahan sih ada yang mau patungan dengan penerbit supaya cergam ini bisa diterbitkan ulang dan dilanjutkan sampai tamat (ratusan loh!). Ada yang berminat berbagi modal? Ini dia alamat penerbit Sinar Harapan: Jl. Dewi Sartika 136D, Jakarta 13630.
Cergam asal Mexico berjudul asli “Memin” karya Yolanda Vargas Dulche (cerita) dan Sixto Valencia (ilustrasi) ini muncul kembali dengan tampilan yang tidak banyak berubah dari yang dulu kita kenal, masih dicetak hitam putih dengan gambar dan terjemahan yang sama pula dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Yup! Ini cetakan baru, bukan komik bekas. Hanya sampul luar saja yang berubah bahan menjadi lebih enak dipegang, dilihat dan disimpan karena lebih kaku dan lebih berkilau.
Ini dia si Mimin



Sekian thread dari ane gan,
Semoga agan - aganwati bisa bernostalgia.
Kisah si Mimin dimulai dengan “Sekolah Baru” (No.1). Baru kali ini Mimin bersekolah. Namanya lucu: Mimin Pinguin. Belum lagi kulit Mimin yang hitam legam. Penampilannya benar-benar berbeda dari teman sekelas. Tapi, bukan Mimin namanya kalau tidak percaya diri. Dengan tenang dia meyakinkan mereka kalau kulit negro-nya itu tidak akan luntur. Masalah olok-olok warna kulit ini memang rasis ya, tapi hanya di 2 buku awal kok yang terasa kasar.
Di sekolah yang baru kita berkenalan dengan teman-teman Mimin. Ada si Cali yang gemar berkelahi, lalu ada Erni murid terpandai di kelas, dan juga si kaya raya Riki. Bersama Mimin, mereka adalah “Empat Serangkai” (No.2) alias sahabat baik. Riki yang kaya raya dan sedikit manja harus menjalani ujian dulu untuk bisa bergabung dengan teman-temannya yang miskin. Untungnya, dibalik sikap yang angkuh dan suka menghina ternyata Riki memiliki hati yang baik.
Persahabatan mereka kerap diuji ketika salah satu menghadapi masalah dalam keluarganya. Misalnya dalam “Mengapa Sedih” (No.5), Erni dan Cali benar-benar sedih hingga membuat kedua sobat yang lain menjadi ikutan prihatin. Erni bersusah hati karena ayahnya yang selalu mabuk-mabukkan dan Cali gusar karena ibunya menjadi bahan gunjingan tetangga.
Tidak hanya kesedihan dan kehidupan miskin yang ada di cergam ini, kan ada si Mimin yang selalu mencerahkan suasana muram dengan celetukan dan tingkah konyolnya. Pokoknya cara berpikir Mimin ditanggung beda deh dengan orang lain. Apalagi kalo dia lagi sok menyimpan rahasia… Waaaah, dijamin nggak sampai semenit, semua rahasia bakal tercetus dari mulut makhluk jujur berkulit gosong yang juga setia kawan ini.
Tapi Mimim benar-benar mendapat ganjaran setimpal untuk kemalasannya. Dia yakin benar doa restu Mak sudah cukup untuk membuatnya lulus ujian. Mimin tidak belajar sama sekali! “Ganjaran untuk Mimin” (No.8) dan “Mimin Tukang Cuci” (No.9) berkisah tentang Mimin yang dihukum Mak karena nilai rapornya ‘kebakaran’. Meskipun Mimin lulus, Mak marah besar karena nilainya merah semua. Dasar Mimin, sudah dihukum, masih saja sempat merayu Mak dengan pujian-pujian nggak jelas.
Sayang petualangan Mimin cetakan baru harus berakhir di cergam kesepuluh “Duka si Cali”. Padahal lagi asyik-asyiknya tuh Empat Serangkai menyusun rencana untuk berkunjung ke klab malam sambil mencari ibu Cali yang kabarnya bekerja sebagai hostes. Menurut Bimbi dari Argentumbooks, tempat aku membeli cergam-cergam ini secara online, penerbit belum pasti akan mencetak ulang kelanjutannya. Yaaaaaah… Tapi nggak apa-apa sih, sepuluh Mimin terbitan baru untuk sementara waktu sudah cukup kok untuk melepas kangen. Mudah-mudahan sih ada yang mau patungan dengan penerbit supaya cergam ini bisa diterbitkan ulang dan dilanjutkan sampai tamat (ratusan loh!). Ada yang berminat berbagi modal? Ini dia alamat penerbit Sinar Harapan: Jl. Dewi Sartika 136D, Jakarta 13630.
Cergam asal Mexico berjudul asli “Memin” karya Yolanda Vargas Dulche (cerita) dan Sixto Valencia (ilustrasi) ini muncul kembali dengan tampilan yang tidak banyak berubah dari yang dulu kita kenal, masih dicetak hitam putih dengan gambar dan terjemahan yang sama pula dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Yup! Ini cetakan baru, bukan komik bekas. Hanya sampul luar saja yang berubah bahan menjadi lebih enak dipegang, dilihat dan disimpan karena lebih kaku dan lebih berkilau.
Ini dia si Mimin



Sekian thread dari ane gan,
Semoga agan - aganwati bisa bernostalgia.
0
23.2K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan