Kaskus

Hobby

protonameAvatar border
TS
protoname
[Movie] Lima Alasan Menonton "The Wind Rises"
[Movie] Lima Alasan Menonton "The Wind Rises"


“The Wind Rises” (2013) yang bercerita mengenai gabungan kisah hidup insinyur pesawat terbang Jiro Horikoshi dan novelis Tatsuo Hori merupakan film terakhir yang dibuat oleh Hayao Miyazaki sebelum akhirnya memutuskan untuk pensiun. Sutradara asal Jepang yang mendirikan Studio Ghibli bersama Isao Takahata di tahun 1985 ini dianggap sebagai salah satu legenda dalam dunia film animasi dan merupakan pembuat film yang sangat berpengaruh. Melalui “The Wind Rises”, Miyazaki menyampaikan salam perpisahannya dengan menyajikan kisah paling personal yang pernah dibuatnya.

Film nomine Academy Awards 2014 yang kini sudah dapat ditonton di Indonesia ini tidak hanya menjadi sebuah film semibiografi yang meninggalkan catatan khusus bagi sejarah Jepang dan juga dunia. “The Wind Rises” sendiri juga merupakan sebuah perjalanan nostalgia dari karir penyutradaraan Miyazaki. Menyaksikan film keluaran Studio Ghibli di layar lebar merupakan kesempatan yang langka dan tidak boleh dilewatkan oleh para penggemar film. Tetapi, bila Anda belum tergerak untuk menonton film pamungkas sang maestro film animasi ini, Anda dapat menyimak poin-poin rekomendasi di bawah ini. Berikut adalah lima alasan menonton film “The Wind Rises”:

[Movie] Lima Alasan Menonton "The Wind Rises"

1. Studio Ghibli

Film-film yang dibuat oleh Studio Ghibli biasanya punya jaminan kualitas yang tinggi. Salah satu studio animasi terkemuka di dunia ini didirikan oleh Hayao Miyazaki dan Isao Takahata setelah “Nausicaä of the Valley of the Wind” (1984) ternyata sukses di Jepang. Bersama Studio Ghibli, Miyazaki dan Takahata menembus batas-batas film animasi yang dianggap hanya merupakan konsumsi anak-anak. Bila Miyazaki memikat penonton dari semua kalangan usia dengan dunia fantasinya yang kaya melalui film-film seperti “My Neighbor Totoro” (1988) dan “Kiki’s Delivery Service” (1989), Takahata lebih banyak membawakan tema-tema berat melalui “Grave of the Fireflies” (1988) yang sangat menyayat hati serta “Only Yesterday” (1991) yang merupakan introspeksi dari para karakternya yang sudah dewasa.

Dengan pensiunnya Miyazaki dan usia Takahata yang sudah menginjak 78 tahun, Studio Ghibli akan segera mengakhiri satu babak perjalanan spektakuler yang ditutup dengan “The Wind Rises” serta “The Tale of Princess Kaguya” (2013). Dunia perfilman tidak sering-sering menemukan sosok kreatif seperti Miyazaki dan Takahata. Karena itu, selagi penonton masih memiliki kesempatan, cara terbaik untuk merayakan karya dan karir mereka adalah dengan menyaksikan film yang telah mereka sajikan untuk penontonnya.

2. Hayao Miyazaki

Hayao Miyazaki telah memulai karirnya sebagai sutradara film animasi sejak tahun 1971. Selama karirnya yang terbentang hampir lima dekade ini, Miyazaki telah menghasilkan mahakarya film animasi seperti “Spirited Away” (2001) dan “Princess Mononoke” (1997). Tidak hanya menjadi sosok penting di dunia animasi, Miyazaki juga merupakan sumber inspirasi dalam dunia perfilman secara luas. Konsistensinya menghadirkan film-film fantastis dan magis yang memiliki sisi emosional yang mendalam telah memberinya banyak pengagum dari kalangan pembuat film seperti Akira Kurosawa, John Lasseter, sampai Guillermo del Toro.

Dalam “The Wind Rises”, Miyazaki membawa penontonnya untuk kembali terbang di angkasa melalui sebuah film yang secara nyata menghadirkan pergulatan pribadi Miyazaki sebagai sosok yang anti dengan peperangan, dan juga membawa kita untuk memahami mimpi dan obsesinya sebagai seorang pencipta. Dalam catatan produksinya sendiri, Studio Ghibli tidak menahan diri untuk menyatakan bahwa karakter Jiro Horikoshi merupakan proyeksi dari sosok sang sutradara. “The Wind Rises” pada dasarnya tidak hanya menawarkan jendela untuk mengintip kisah hidup Jiro Horikoshi dan Tatsuo Hori, tetapi juga membukakan pintu untuk menyelami kegelisahan Hayao Miyazaki untuk terakhir kalinya.
[Movie] Lima Alasan Menonton "The Wind Rises"


3. Musik dan Suara

Joe Hisaishi adalah komposer yang telah membuat musik latar bagi sepuluh film Miyazaki sejak “Nausicaä of the Valley of the Wind” sampai “The Wind Rises”. Dengan alunan nada yang sederhana juga manis, Hisaishi telah menghadirkan musik yang mudah diingat dan memancing mood yang pas seperti alunan suling dalam “My Neighbor Totoro”, biola serta dentingan piano dalam musik tema “Howl’s Moving Castle” (2004), sampai “The Wind Rises” yang suara mandolin serta akordeonnya kental dengan sentuhan musik khas Italia. Kalau Anda suka dengan musik-musik gubahan Hisaishi, filmnya jelas tidak boleh dilewatkan.

Satu poin lagi yang cukup menonjol dalam “The Wind Rises” adalah keputusannya untuk memasukkan suara manusia dalam sound design filmnya. Efek seperti getaran suara gempa Kanto, derungan baling-baling pesawat, desisan mesin kereta, sampai suara mobil semuanya dihasilkan dengan menggunakan suara manusia. Kalau Anda mungkin melewatkan detail ini bila hanya nonton di rumah, dalam bioskop, dengan perangkat audio yang memadai efek suaranya dapat dirasakan sepenuhnya.

[Movie] Lima Alasan Menonton "The Wind Rises"

4. Animasi 2D

Sudah bukan rahasia bahwa Miyazaki kurang begitu suka dengan animasi 3D. Ia sendiri menyayangkan bahwa animasi 2D dan 3D tidak dapat hidup berdampingan dengan makin banyaknya studio animasi besar yang memutuskan untuk sepenuhnya membuat animasi dengan komputer. Sekarang ini, animasi 2D yang digambar dengan tangan merupakan seni yang perlahan mendekati kepunahan. Bagi penonton yang masih muda, animasi yang ditawarkan oleh Hollywood mungkin lebih memikat dengan warnanya yang kuat dan latarnya yang mendekati tampilan lingkungan aslinya. Tetapi, animasi yang digambar dengan tangan menawarkan keunikan tekstur dan hasil seni yang tidak bisa dibandingkan dengan animasi buatan komputer.

Dalam “The Wind Rises”, Miyazaki sekali lagi menghasilkan gambar-gambar luar biasa, mulai dari detail gempa bumi Kanto, perang udara di Asia, sampai padang rumput hijau berbukit-bukit, dan juga langit paling megah yang pernah diproduksi oleh film keluaran Studio Ghibli. Dengan keterampilan yang memadai dan imajinasi yang kaya, Miyazaki beserta mereka yang ada di Studio Ghibli membuktikan bahwa jalur animasi yang mereka ambil tidak kalah dengan film-film animasi mainstream. Semoga saja, setelah pensiunnya Miyazaki, putranya, Goro Miyazaki, beserta para pembuat film yang bernaung di bawah Studio Ghibli dapat terus melanjutkan jejaknya. Atau, kalau Hideaki Anno (pengisi suara Jiro Horikoshi yang merupakan sutradara film-film Evangelion) menginginkannya, ia bisa membuat sekuel “Nausicaä of the Valley of the Wind” yang sudah direstui oleh sang sutradara sendiri.
[Movie] Lima Alasan Menonton "The Wind Rises"


5. Kontroversi

Dengan memilih untuk mengangkat kisah mengenai Jiro Horikoshi, mau tak mau Miyazaki membuat filmnya mendapat perhatian lebih dari sisi sosial dan politik. Penyebab utamanya tentu saja adalah karena Horikoshi adalah pencipta pesawat tempur Mitsubishi A6M Zero yang digunakan untuk menyerang Pearl Harbor di tahun 1941. Miyazaki yang dituduh mengesampingkan isu penting seperti keterlibatan Jepang sebagai agresor dan penjajah dianggap telah memalingkan wajah dari kenyataan. Sementara, di negaranya sendiri ia ironisnya dicap sebagai sosok anti-Jepang. Miyazaki sendiri bukannya tidak berkomentar apapun mengenai peran Jepang dalam perang di film “The Wind Rises”. Ia mempertahankan posisinya sebagai orang yang cinta damai melalui kata-kata Jiro Horikoshi, Gianni Caproni, dan Castorp yang sama-sama mengungkapkan hal yang mirip: bahwa perang hanya akan membawa kehancuran dan peran pesawat dalam peperangan serta perekonomian merupakan efek tak terelakkan dari keinginan manusia untuk terbang di angkasa.

Miyazaki memang tidak memilih untuk menghadapi pahitnya sejarah serta mengakui keterlibatan Jepang – termasuk peran Horikoshi – dalam peperangan yang memakan banyak korban, dan ini merupakan sesuatu yang disesali banyak pengamat film. Tetapi, Miyazaki mendekati “The Wind Rises” dengan kenaifan yang membuat hal-hal positif lain yang mungkin terlupakan kembali mengemuka. Sebagai sosok pengejar mimpi, Horikoshi yang mengejar kesempurnaan dan kemurnian dalam pesawat-pesawat terbang yang diciptakannya berhasil mencapai apa yang telah ia cita-citakan meski harga yang dibayarnya untuk merengkuh impian tersebut begitu mahal.

“The Wind Rises” sendiri bukan satu-satunya film yang dibuat dengan pesan mengenai kekejaman perang yang dibelokkan dengan cara halus. Banyak film lain yang juga bersinggungan dengan perang yang dibuat hanya dari sisi yang menggarisbawahi heroisme satu pihak saja. Untuk memahami kontroversi ini, Anda perlu menonton sendiri filmnya, dan bertanya pada diri sendiri, apakah “The Wind Rises” mengagung-agungkan sosok yang secara tidak langsung bertanggung jawab atas hilangnya banyak nyawa, ataukah Anda dapat menemukan pesan lain yang justru membuat filmnya menjadi lebih berharga sebagai sebuah renungan?


Ini Triler nya emoticon-Big Grin


Sumber[url]http://id.celebrity.yahoo.comS E N S O Rshinta-setiawan/lima-alasan-menonton-the-wind-rises-081238999.html[/url]
Ini Link Thread The Wind Rises
http://www.kaskus.co.id/thread/51ee2...nd-is-rising/1
Sayang baru bisa nonton Sabtu depan emoticon-Matabelo
0
6.9K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan