Jakarta - Dua Metromini beradu balap di jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat Senin malam kemarin. Di jalanan yang ramai itu sang sopir memacu kecepatan, demi berebut penumpang. Asesoris mereka tak lengkap. Satu Metromini bahkan lampu depannya tak nyala, sementara yang lainnya hanya satu lampu nyala, itupun sangat redup. Pengemudi yang melaju dari arah berlawanan terpaksa mengalah dengan mengurangi kecepatan saat sebagian jalurnya diserobot Metromini.

Tingkah polah sopir Metromini selama ini dikenal sangat ugal-ugalan. Selain itu mereka juga sering mengalihkan penumpang seenaknya. Hal itu dirasakan juga oleh Nia dan Ina, siswa kelas III Sekolah Menengah Kejuruan 37 Pasar Minggu, Jakarta Selatan. "Kalau kami pas pulang sekolah jam 3, mereka suka ngebut lewat jalur Transjakarta, terus kami dioper pas di jalur itu ke lajur yang berbeda," kata Ina kepada detikcom Senin (12/8) kemarin.

Silvi Tutuarima, 41 tahun, juga kerap dibikin kesal dengan ulah sopir Metromini. "Mereka suka oper penumpang di tengah jalan, kan menyebalkan. Kadang-kadang kami membawa barang banyak, kondisi capek terus disuruh turun," kata karyawati di sebuah perusahaan optik mata di Tendean, Jakarta Selatan

Alasan supir yang ugal-ugalan juga membuat Wulan, 27 tahun, memberikan poin minus bagi Metromini. "Kalau lagi kebut-kebutan, mereka juga suka saling menyalip bahkan menyerempet (kendaraan) yang lain, kita penumpang jadi ngeri. Belum lagi kalau ngebut terus supirnya berantem, kami takut jadi sasaran," kata Wulan saat ditemui di terminal Blok M, Jakarta Selatan.

Ibu satu anak ini tinggal di Mampang Prapatan dan bekerja sebagai SPG di toko buku Gramedia, Pondol Indah Mall, Jakarta Selatan. Sehari-hari ia menggunakan bis Metromini nomor trayek 72 jurusan Blok M-Pondok Indah-Lebak Bulus. Baginya bis tersebut dipilih karena alasan murah. "Tapi tempat duduknya banyak yang karatan, gak nyaman," kata dia.

Selain perilaku sopir, pengguna Metromini juga perlu adanya jaminan keamanan, salah satunya terhindar dari aksi pencopetan, dan penjambretan. Kusni, 24 tahun, sering memergoki aksi pencopetan di dalam Metromini. "Bulan lalu sebelum puasa saya sempat hampir kecopetan, untungnya saya lihat sebelum copet beraksi,” kata pria yang bekerja di kawasan jalan Sudirman, Jakarta Selatan ini.

Akibat ketidaknyamanan itu lah Silvi, seorang wirausaha bidang properti pent house, enggan naik Metromini. Biasanya, dia memilih naik taksi saat ke lokasi proyeknya di jalan Sudirman. Dia berharap pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera meremajakan armada Metromini. Apalagi bagi sebagian masyarakat Jakarta moda ini masih menjadi pilihan karena ongkosnya lebih murah. "Selain itu juga nunggunya cepat karena armadanya banyak, tidak seperti Transjakarta yang lama," kata Zahrina Maulida alias Ina kepada detikcom kemarin.

Dia menyatakan jika pemerintah berniat mengganti Metromini, maka minimal pelayanannya seperti Transjakarta. “Tapi armadanya dibanyakin, jadi waktunya lebih cepat lagi," kata Ina. Harapan yang sama juga disampaikan Kusni. “Sekarang (Metromini) banyak tidak enaknya, selain itu jadi bahaya karena bis-bis itu tidak ada speedometer, lampu, klaksonnya, serta remnya, itu penting," kata Kusni

[URL="http://news.detik..com/read/2013/08/13/120428/2328338/10/metromini-angkutan-sejuta-umat-yang-abaikan-selamat?9911012"]Sumber[/URL]


Dah banyak yang celaka gara2 ni bus satu..

Ane pernah naik metromini rasanya lebih ngeri dari halilintar



ini juga gan


moga pak jokowi bisa benahin, biar neng wulan, neng silvi, ama neng ina mau dan nyaman naik di metromini