Dalam kehidupan manusia kita sudah mengenal berbagai seni pertunjukan. Bukan hanya seni pertunjukan yang menggunakan manusia sebagai lakon atau pelakunya, tetapi juga pertunjukan yang menggunakan boneka atau wayang dalam menyampaikan pesan yang ditujukan kepada penonton. DALAM KHASANAH TRADISI budaya kita pertunjukan seperti ini biasa kita sebut sebagai Wayang. Kita mengenal berbagai jenis wayang dari budaya kita, mulai wayang kulit, wayang golek sampai wayang rumput. Tapi tahukah agan-agan kaskuser bahwa tradisi wayang juga ada di beberapa Negara lain, seperti yang coba ane rangkum berikut ini:
Quote:
Wayang Potehi (China)
Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Cina bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu jenis kesenian tradisional Indonesia.
Potehi berasal dari kata pou 布 (kain), te 袋 (kantong) dan hi 戯 (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Kesenian ini sudah berumur sekitar 3.000 tahun dan berasal dari Cina. Menurut sejarah, diperkirakan jenis kesenian ini sudah ada pada masa Dinasti Jin 晉朝 (265-420 Masehi) dan berkembang pada Dinasti Song 宋朝 (960-1279). Wayang Potehi masuk ke Indonesia (dulu Nusantara) melalui orang-orang Tionghoa yang masuk ke Nusantara pada sekitar abad 16 sampai 19. Bukan sekadar seni pertunjukan, Wayang Potehi bagi etnik Tionghoa memiliki fungsi sosial serta ritual. Tidak berbeda dengan wayang-wayang lain di Indonesia.
Quote:
Bunraku (Jepang)
Bunraku (文楽?) adalah sandiwara boneka tradisional Jepang yang merupakan salah satu jenis ningyo johruri (人形浄瑠璃 ningyō jōruri?, boneka jōruri). Istilah bunraku khususnya digunakan untuk ninyo johruri (sandiwara boneka dengan pengiring musik johruri) yang berkembang di Osaka. Jōruri atau ditulis sebagai johruri adalah sebutan untuk naskah dalam bentuk nyanyian. Penyanyi johruri disebut tayū, dan menyanyi dengan iringan musik shamisen.
Kesenian ini bermula dari pementasan ningyo johruri oleh seniman Uemura Bunrakuken I di Osaka sehingga diberi nama "bunraku". Sebelumnya, kesenian ini juga disebut ayatsuri jōruri shibai (sandiwara johruri ayatsuri), dan baru secara resmi dinamakan bunraku sejak akhir zaman Meiji (1868-1912)
Quote:
Sbek Thom (Kamboja)
Sbek Thom merupakan pertunjukan seni teater bayangan bangsa Khmer, yang melibatkan penari, wayang, layar dan perawi (narrator). Saat ini sebagai pertunjukan kontemporer, sekitar sepuluh penari menari di depan dan di belakang layar, yang tingginya sekitar dua hingga tiga meter dengan panjang sekitar sepuluh meter, sambil membawakan wayang dalam sebuah episode yang disampaikan oleh perawi serta dilatarbelakangi oleh musik tradisional oleh delapan anggota orkestra.
Pertunjukan Sbek Thom ini – menurut dokumen Oxford – meskipun asal-usulnya tidak pasti, diperkirakan mulai dikenal sejak abad ke sembilan ketika Jayavarman II, Raja Kamboja saat itu, kembali dari lawatannya ke Indonesia dan membawa model wayang kulit yang dikenal di Jawa.
Quote:
Kathputli (India)
Kathputli adalah teater boneka tali, asli Rajasthan, India, dan merupakan bentuk yang paling populer dari wayang India. Boneka tali yang dikendalikan oleh sebuah tali tunggal yang dikendalikan dari atas oleh sang dalang.
Kathputli adalah gabungan dua kata dalam bahasa Alka, Kath berarti kayu dan Putli berarti tengah (Hitam) bagian mata. Kathputli berarti boneka yang seluruhnya terbuat dari kayu. Namun tidak semuanya terbuat dari kayu, da juga hiasan kain katun dan kawat logam.
Quote:
Hun Krabok (Thailand)
Hun Krabok adalah sandiwara boneka tradisional, yang namanya berasal dari satu jenis wayang.
Dalam beberapa hal, Hun Krabok dapat dianggap tiruan drama tradisional secara cerita. Pertunjukan biasanya terdiri dari kutipan yang diambil dari banyak drama terkenal.
Hun Krabok pertama kali ditampilkan sekitar tahun 1895, ketika itu dilakukan di pemakaman salah satu dari anak Raja Rama IV. Sejak itu, ia telah menjadi salah satu bentuk hiburan yang paling populer di kalangan rakyat Thailand. Selama pemerintahan Raja Rama V, ada banyak Kelompok Seni Hun Krabok. Tapi Permainan boneka tampaknya telah kehilangan daya tariknya setelah tahun 1925, namun sedikit mendapatkan kembali popularitasnya ketika Khun Chakrabhand Posayyakrit, salah satu seniman paling terkenal di Thailand memperkenalkan kembali kepada publik dalam pertunjukan yang sukses di Teater Nasional pada tahun 1975 . dan kemudian diupayakan untuk dilestarikan sebagai bagian dari menjaga kebudayaan Thailand.