- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[B]Mengenal Sejarah Terbentuknya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)[/B]


TS
adisetyadi01
[B]Mengenal Sejarah Terbentuknya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)[/B]
Permisi agan dan aganwati, ane mau numpang share ni info tentang sejarah terbentuknya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)
Langsung aja ya gan ke TKP


Langsung aja ya gan ke TKP



![[B]Mengenal Sejarah Terbentuknya Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)[/B]](https://s.kaskus.id/images/2013/04/09/5321921_20130409103433.jpg)
BERDIRINYA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
Spoiler for #1:
Dengan terbentuknya Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada tahun 1957, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1958, maka pemerintah pada tanggal 5 Desember 1958 meningkatkan status Panitia Negara untuk Pengukuran Radioaktiviteit (berstatus sebagai lembaga penasihat) menjadi lembaga baru yang dapat merealisasikan pelaksanaan program nuklir di Indonesia, Yaitu Lembaga Tenaga Atom (LTA) dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal. Dirjen LTA dirangkap oleh Mentri Kesehatan Bapak Prof. G.A. Siwabessy.
Terbentuknya LTA memperoleh tanggapan dari para tenaga pengajar Bagian Fisika, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, UI Bandung (sekarang ITB), karena LTA yang baru dibentuk membutuhkan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, maka mulailah perekrutan tenaga pengajar dan mahasiswa untuk dikirim keluar negeri untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang nuklir. Beberapa dari mereka dikirim ke Amerika di berbagai universitas pusat penelitian dan pengembangan nuklir, serta untuk training pada pabrik pemasok calon reaktor pertama di Indonesia, Reaktor TRIGA Mark II, yaitu di General Atomic di San Diego, California.
Berdasarkan Undang-undang No.31 tahun 1964, LTA diubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), dan terakhir, berdasarkan Keppres No. 197 tahun 1998, diubah lagi menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional tanpa merubah singkatan, tetap BATAN.
Terbentuknya LTA memperoleh tanggapan dari para tenaga pengajar Bagian Fisika, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, UI Bandung (sekarang ITB), karena LTA yang baru dibentuk membutuhkan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, maka mulailah perekrutan tenaga pengajar dan mahasiswa untuk dikirim keluar negeri untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam bidang nuklir. Beberapa dari mereka dikirim ke Amerika di berbagai universitas pusat penelitian dan pengembangan nuklir, serta untuk training pada pabrik pemasok calon reaktor pertama di Indonesia, Reaktor TRIGA Mark II, yaitu di General Atomic di San Diego, California.
Berdasarkan Undang-undang No.31 tahun 1964, LTA diubah menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), dan terakhir, berdasarkan Keppres No. 197 tahun 1998, diubah lagi menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional tanpa merubah singkatan, tetap BATAN.
KEJADIAN PENTING PADA PUSAT REAKTOR BANDUNG, ANTARA TAHUN 1961 – 1964
Spoiler for #2:
Berdasarkan pada persetujuan kerjasama antara pemerintah Amerika Serikat dengan pemerintah RI (1960) tentang penggunaan tenaga atom untuk tujuan damai. Indonesia menerima hibah sebuah reaktor riset jenis Triga Mark II (Trainning, Research, Isotope Production made by General Atomic, San Diego, AS) bernilai US $ 350,000. Sarana dan prasarana dibagun oleh pemerintah RI dengan nilai yang setara. Penandatanganan kerjasama antara RI dan AS dilakukan tanggal 11 Maret 1961. Penentuan jenis reaktor dilakukan berdasarkan kepada kebutuhan pemakai awal.
Batu pertama diletakkan oleh Presiden RI Pertama Ir. Soekarno pada tanggal 9 April 1961. Pemberi pekerjaan adalah LTA bersama ITB. Kepala Proyek pembangunan ditetapkan Ir. Djali Ahimsa. Survey radiasi lingkungan dilakukan mulai tahun 1961 dalam radius 5 km dipimpin bersama ahli-ahli ITB yaitu Soewarno Wiryosimin, mahasiswa Setiono Budiman (Almarhum), Rustam Rukmantara Soediman (Almarhum) Dra Loa R. Darmawan (Almarhumah). Pembangunan fisik gedung dilakukan oleh PT. Hutama Karya. Dua arsitek yang terlibat yaitu Rahardjo dan Parmono. Dua seniman ITB Bud Muchtar dan Akhmad Sadali menyumbang patung perdamaian dari besi dan mural ukuran 2 m x 4 m untuk dinding luar bangunan. Dalam pemasangan instalasi nuklirnya LTA-ITB dibantu Gordon Fleming dari Home & Narver, Los Angeles. Bangunan selesai pada akhir tahun 1963 diteruskan dengan pemasangan instalasi reaktor dan reaktornya sendiri. Sesuai dengan kerjasama antara LTA dan ITB, reaktor Triga Mark II milik LTA sedangkan pengoperasiannya dilakukan oleh ITB. Pak Taryo bersama Prof. Sumantri Brojonegoro (Almarhum) bertindak sebagai wakil ITB.
Untuk menunjang suksesnya usaha memperkenalkan ilmu dan teknik-teknik nuklir diselenggarakan Seminar Tenaga Atom (oleh LTA bersama ITB pada akhir Maret sampai awal April 1962) yang dipimpin oleh Soetarjo Soepardi sebagai ketua. Seminar ini diselenggarakan selama tiga hari di gedung PIAI ITB, dan merupakan seminar pertama di Indonesia dari jenisnya. Dalam seminar tiga hari ini ada tiga makalah tentang reaktor Triga yaitu dua makalah oleh Prof.Dr. Ong Ping Hok dari ITB; satu makalah tentang Fisika-Kesehatan oleh Drs. Suwarno Wiryosimin, ITB; satu makalah tentang pendidikan bidang nuklir oleh Soetarjo Soepadi, M.Sc., ITB, satu makalah tentang pertanian oleh Dr. Moeso, UGM; dan satu makalah lagi tentang Kimia Nuklir oleh Dr. Achmad Amirudin, ITB. Dibahas juga perangkat subkritik yang ada di Yogyakarta. Total makalah yang dibahas ada 18 buah.
Perakitan dan commisioning reaktor dibimbing dan diawasi oleh dua orang expert dari General Atomic, Dr. William Whittemore (teknologi reaktor) dan Dr. L. Logan (instrumentasi). Dari pihak ITB, Soetarjo Soepadi dan Djali Ahimsa, LTA.
Kondisi critical dicapai pada tanggal 16 Oktober 1964, jam 18.37,5 (waktu itu). Eksperimen dipimpin oleh Djali Ahimsa, LTA dan Soetarjo Soepadi, ITB, sebagai operator utama, dengan bimbingan dan pengawasan Dr. Wittemore. Di kamar kendali ada Soekardi Atowitoga, ITB, Karsono Linggo Atmodjo, ITB, W. Markham, ITB, yang memimpin Fisika Kesehatan dan dibantu Muchamad Saleh dan beberapa mahasiswa ITB serta masih ada yang lainnya. Calon-calon operator pertama reaktor Triga juga ada disitu yaitu Syahdil Muin, Harry Pranadi (almarhum), Adjar Irawan, Djayusman, Fikri Chusrani, Tjuk Sunardi dan Sarwono. Mereka diuji tanggal 23 Februari 1965 oleh Prof. A. Baiquni, LTA, Soetarjo Soepadi, Soekardi (almarhum) dan Samaun Samadikun (ketiganya dari ITB). Penanggung jawab ujian, Yasif Ilyas dari LTA.
Batu pertama diletakkan oleh Presiden RI Pertama Ir. Soekarno pada tanggal 9 April 1961. Pemberi pekerjaan adalah LTA bersama ITB. Kepala Proyek pembangunan ditetapkan Ir. Djali Ahimsa. Survey radiasi lingkungan dilakukan mulai tahun 1961 dalam radius 5 km dipimpin bersama ahli-ahli ITB yaitu Soewarno Wiryosimin, mahasiswa Setiono Budiman (Almarhum), Rustam Rukmantara Soediman (Almarhum) Dra Loa R. Darmawan (Almarhumah). Pembangunan fisik gedung dilakukan oleh PT. Hutama Karya. Dua arsitek yang terlibat yaitu Rahardjo dan Parmono. Dua seniman ITB Bud Muchtar dan Akhmad Sadali menyumbang patung perdamaian dari besi dan mural ukuran 2 m x 4 m untuk dinding luar bangunan. Dalam pemasangan instalasi nuklirnya LTA-ITB dibantu Gordon Fleming dari Home & Narver, Los Angeles. Bangunan selesai pada akhir tahun 1963 diteruskan dengan pemasangan instalasi reaktor dan reaktornya sendiri. Sesuai dengan kerjasama antara LTA dan ITB, reaktor Triga Mark II milik LTA sedangkan pengoperasiannya dilakukan oleh ITB. Pak Taryo bersama Prof. Sumantri Brojonegoro (Almarhum) bertindak sebagai wakil ITB.
Untuk menunjang suksesnya usaha memperkenalkan ilmu dan teknik-teknik nuklir diselenggarakan Seminar Tenaga Atom (oleh LTA bersama ITB pada akhir Maret sampai awal April 1962) yang dipimpin oleh Soetarjo Soepardi sebagai ketua. Seminar ini diselenggarakan selama tiga hari di gedung PIAI ITB, dan merupakan seminar pertama di Indonesia dari jenisnya. Dalam seminar tiga hari ini ada tiga makalah tentang reaktor Triga yaitu dua makalah oleh Prof.Dr. Ong Ping Hok dari ITB; satu makalah tentang Fisika-Kesehatan oleh Drs. Suwarno Wiryosimin, ITB; satu makalah tentang pendidikan bidang nuklir oleh Soetarjo Soepadi, M.Sc., ITB, satu makalah tentang pertanian oleh Dr. Moeso, UGM; dan satu makalah lagi tentang Kimia Nuklir oleh Dr. Achmad Amirudin, ITB. Dibahas juga perangkat subkritik yang ada di Yogyakarta. Total makalah yang dibahas ada 18 buah.
Perakitan dan commisioning reaktor dibimbing dan diawasi oleh dua orang expert dari General Atomic, Dr. William Whittemore (teknologi reaktor) dan Dr. L. Logan (instrumentasi). Dari pihak ITB, Soetarjo Soepadi dan Djali Ahimsa, LTA.
Kondisi critical dicapai pada tanggal 16 Oktober 1964, jam 18.37,5 (waktu itu). Eksperimen dipimpin oleh Djali Ahimsa, LTA dan Soetarjo Soepadi, ITB, sebagai operator utama, dengan bimbingan dan pengawasan Dr. Wittemore. Di kamar kendali ada Soekardi Atowitoga, ITB, Karsono Linggo Atmodjo, ITB, W. Markham, ITB, yang memimpin Fisika Kesehatan dan dibantu Muchamad Saleh dan beberapa mahasiswa ITB serta masih ada yang lainnya. Calon-calon operator pertama reaktor Triga juga ada disitu yaitu Syahdil Muin, Harry Pranadi (almarhum), Adjar Irawan, Djayusman, Fikri Chusrani, Tjuk Sunardi dan Sarwono. Mereka diuji tanggal 23 Februari 1965 oleh Prof. A. Baiquni, LTA, Soetarjo Soepadi, Soekardi (almarhum) dan Samaun Samadikun (ketiganya dari ITB). Penanggung jawab ujian, Yasif Ilyas dari LTA.


Diubah oleh adisetyadi01 09-04-2013 15:58
0
3.9K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan