Para Pesohor di Hulu Cisadane
Pada ketinggian sekitar 1.000 meter, Gunung Sari merupakan desa terakhir di lereng yang mengarah ke puncak Gunung Salak. Dingin dan berpanorama ciamik, pantaslah desa berjarak 30 kilometer dari Kota Bogor ini disebut sari atawa inti Gunung Salak.
Tempat terpencil ini pun tak asing bagi petinggi dan pesohor negeri di Jakarta. Banyak di antara mereka punya tanah berhektare-hektare di desa ini, juga desa sekitarnya, lengkap dengan vila untuk tetirahan bersama keluarga dan kerabat di waktu senggang. Ada yang membisniskannya.
Hampir semua warga Gunung Sari tahu siapa saja yang punya rumah peristirahatan di sana. "Itu vilanya Ahmad Albar," kata Rochmanudin, warga setempat yang ditemui Tempo saat berkunjung ke sana. Tak lupa dia menawarkan beberapa potong tanah.
Investigasi Majalah Tempo edisi Senin 4 Maret 2013 menelisik lahan di kawasan pegunungan yang dikuasai para pesohor. Selain itu, ada vila Idrus Marham, Zarkasih Nur, dan Harry Capri. Paling atas, dekat tempat wisata air terjun Curug Seribu, ada vila Rizal Mallarangeng. Seluruhnya ada 200-an bungalo di desa itu, berdiri di kawasan yang dikenal dengan nama Lokapurna.
Seharusnya vila-vila itu sudah dirobohkan karena masuk kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kawasan ini punya tugas penting, antara lain menyimpan air sebanyak mungkin di musim hujan. Tapi, hingga pekan lalu, vila-vila itu masih tegak. Maka, ketika banjir kembali merendam Jakarta dan Tangerang pada Januari lalu, ketidakberesan di kawasan ini mendadak sontak dituding sebagai salah satu biang keladinya.
Ditaksir volume limpasan air hujan dari tanah terbuka di Lokapurna yang masuk daerah aliran Sungai Cisadane--ditambah tumpahan air dari DAS Ciliwung--yang menerjang Jakarta kala itu mencapai 10 juta meter kubik. Padahal hujan yang turun cuma separuh dari hujan yang jadi penyebab banjir besar pada 2007.
Dampak banjir itu pun luar biasa. Pluit terendam belasan hari. Jalan tol Tangerang pun ikutan kelelep. Sekitar 20 orang meninggal, termasuk dua korban yang terjebak dalam genangan air di basement Plaza UOB, Jalan M.H. Thamrin. Greenomics Indonesia, lembaga swadaya yang berkonsentrasi pada bidang ekonomi lingkungan, memperkirakan kerugian material mencapai Rp 15 triliun.