Sumber Gambar

Babe Cabita, seorang komedian terkenal di Indonesia, sebelum meninggal dunia, sempat memberikan pesan khusus kepada keluarganya. Dia berpesan agar keluarganya tidak menggelar tahlilan di rumah setelah kepergiannya123. Alasannya, Babe tidak ingin merepotkan keluarganya3. Meski demikian, dia tidak keberatan jika teman-temannya ingin mengadakan tahlilan, asalkan tidak di rumahnya3. Ini menunjukkan betapa besar perhatian dan kepedulian Babe terhadap keluarganya, bahkan hingga saat-saat terakhir kehidupannya.

Reaksi publik terhadap pesan khusus dari Babe Cabita ini cukup beragam. Beberapa orang merasa terharu dan menghargai keputusan Babe Cabita yang tidak ingin merepotkan keluarganya1. Pesan tersebut menunjukkan betapa besar perhatian dan kepedulian Babe terhadap keluarganya, bahkan hingga saat-saat terakhir kehidupannya2.

Sikap dan perhatian Babe Cabita terhadap keluarganya menunjukkan beberapa hal penting:

1. Empati dan Perhatian: Babe Cabita menunjukkan empati dan perhatian yang besar terhadap keluarganya. Meskipun dalam kondisi sakit, dia tetap memikirkan kesejahteraan dan kenyamanan keluarganya.

2. Pertimbangan dan Pengertian: Dia memahami bahwa proses seperti tahlilan bisa menjadi beban bagi keluarganya, baik secara emosional maupun logistik. Oleh karena itu, dia memilih untuk tidak mengadakan tahlilan di rumahnya.

3. Komunikasi dan Keterbukaan: Babe Cabita berkomunikasi dengan jelas tentang keinginannya kepada keluarganya. Ini menunjukkan pentingnya komunikasi dan keterbukaan dalam situasi sulit.

4. Menghargai dan Menghormati: Dengan meminta agar tidak ada tahlilan di rumahnya, Babe Cabita menghargai dan menghormati waktu dan energi keluarganya. Ini menunjukkan betapa pentingnya menghargai dan menghormati orang lain, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Secara keseluruhan, sikap dan perhatian Babe Cabita terhadap keluarganya menunjukkan karakter yang kuat, empati, dan penghargaan terhadap orang lain. Ini adalah pelajaran berharga tentang bagaimana kita harus memperlakukan dan menghargai orang lain, terutama dalam situasi yang sulit.

Tahlilan adalah ritual atau upacara yang dilakukan sebagian umat Islam, khususnya suku Jawa di Indonesia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal1. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam ke-3, ke-7, ke-40, dan ke-100 setelah kematian seseorang2.

Kegiatan tahlilan dilakukan dengan membaca doa-doa dan zikir, serta membagikan makanan kepada tamu yang hadir. Makanan yang disediakan biasanya berupa nasi kuning, ayam goreng, dan lauk-pauk lainnya2.

Tradisi tahlilan ini memiliki makna mendalam dan hikmah luhur, seperti menjalin silaturahmi dengan keluarga yang ditinggalkan, menguatkan keimanan terhadap Allah, dan mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat3. Meski demikian, ada beberapa kelompok yang memandang praktik tahlilan sebagai bid’ah atau hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam2.

Link Referensi