Amerika kembali memanaskan tensi di Timur Tengah, pada Jumat malam (02/02/2024), pesawat tempur USAF ditugaskan untuk menggempur sasaran di Irak dan Suriah. Serangan tersebut dilakukan sebagai aksi balasan atas meninggalnya 3 tentara AS akibat serangan drone di Tower 22 yang berada di Yordania. Serangan Jumat kemarin merupakan salah satu yang terbesar.

Dikutip dari The War Zone, Amerika sebelumnya telah mekakukan serangan serupa di Irak dan Suriah, tapi serangan itu tidak sebesar kemarin. Menurut postingan akun X milik US Central Command, 85 target telah diserang memakai 125 amunisi presisi. Salah satu peeawat yang terlibat adalah pesawat pengebom B-1B Lancer. Dua pesawat terbang non-stop menuju Timur Tengah dari Pangkalan Udara Dyess di Texas.

Menurut Amerika, serangan baru-baru ini ditujukan untuk melumpuhkan proksi Iran di Timur Tengah mulai dari Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC), Khataib Hizbullah serta Islamic Resistance yang berbasis di Irak serta Suriah. Sementara itu, para pejabat Iran bersikeras jika mereka tidak terlibat dalam serangan terhadap Tower 22 pada 28 Januari 2024 lalu. Iran balik mengancam akan membalas jika diserang.

Dalam keterangan kepada The New York Times, pejabat Iran yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan, untuk mengantisipasi potensi serangan dari AS, pemerintah Iran menempatkan seluruh angkatan bersenjatanya pada siaga tertinggi. Mereka juga mengaktifkan sistem pertahanan permukaan ke udara dan menempatkan rudal balistik di sepanjang perbatasan dengan Irak.



Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby dan Letjen Douglas Sims II, Direktur Operasi Staf Gabungan, berbicara kepada wartawan mengatakan bahwa serangan kemarin mengenai 7 fasilitas. Ada 3 fasilitas di Irak dan 4 fasilitas di Suriah. Serangan berlangsung selama 30 menit, selain B-1B ada peeawat lain yang terlibat. Tapi, tidak disebutkan jenisnya.

Para pejabat Gedung Putih menambahkan jika, serangan ke Irak dan Suriah sesuai arahan Presiden Biden. Presiden Biden telah mengarahkan tindakan tambahan untuk meminta pertanggungjawaban IRGC dan milisi afiliasinya atas serangan mereka terhadap militer AS dan Pasukan Koalisi. Di sisi lain, Yordania disebut akan berpartisipasi dalam serangan berikutnya. Ini menandakan, serangan ke Irak dan Suriah akan masih berlanjut.

Sementara itu, sehari sebelum serangan kelompok IRGC dan proksi Iran lainnya telah berpencar ke berbagai tempat untuk menghindari serangan dari AS. Ada dugaan jika informasi serangan tersebut telah bocor. Sejauh ini, belum diketahui berapa total milisi atau mungkin juga warga sipil yang jadi korban dari serangan tersebut.



Dalam keterangannya Amerika menyebut serangan pada Jumat malam menargetkan fasilitas pusat operasi komando dan kendali, pusat intelijen, roket dan rudal, gudang kendaraan udara tak berawak, fasilitas rantai pasokan logistik serta amunisi kelompok milisi serta IRGC yang memfasilitasi serangan terhadap pasukan AS dan Koalisi. Sejauh ini Amerika belum memberikan informasi adanya korban jiwa. Mereka mengatakan, serangan dilakukan dengan cermat untuk menghindari korban di pihak sipil.

Di sisi lain, serangan baru-baru ini telah menyebabkan tensi di kawasan Timur Tengah terus meningkat. Pasca perang Israel-Hamas, kawasan ini terus mengobarkan bara api peperangan. Dan jika ketegangan terus berlangsung, maka yang dikhawatirkan adalah berjatuhannya korban dari pihak sipil di Irak dan Suriah. Dalam setiap konflik, mereka selalu menjadi pihak yang paling dirugikan. Keamanan dan keselamatan mereka seringkali diabaikan.







Referensi Tulisan: The War Zone& The New York Times
Sumber Foto: sudah tertera