archaengelaAvatar border
TS
archaengela
Life at a Time
Life at a Time itu sebenernya judul blog baru ane emoticon-Big Grin Gara2 pindahan blog, dari blog Destination, ya udah pilih judul blog itu aja.

Isinya penggalan2 kisah hidup ane pada satu waktu tertentu.

Seperti blog2 terdahulu di sini boleh nimbrung, ngobrol, komentar, tp dilarang post gambar/cerita BB17++, gambar dan cerita horor, gambar DP/kekerasan, iklan/promosi/spam, dan long cat/gambar yg harus scroll berulang2.

B-log ini juga ada di wordpress, yaitu di
thelifeatatime.wordpress.com

Diubah oleh archaengela 25-01-2024 07:33
mojang507
enak.digenjot69
ironflux04
ironflux04 dan 27 lainnya memberi reputasi
26
96.8K
2.4K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
archaengelaAvatar border
TS
archaengela
#1762
Panggilan dan Harga yang Harus Dibayar
Salah satu tokoh inspiratif yang kukagumi adalah Mother Teresa karena karyanya yang memang nyata demi kemanusiaan. Cukup banyak kutipan-kutipan yang bermakna dalam yang patut kita pelajari dan terapkan. Salah satu kutipan favoritku adalah yang ini:

Bila engkau baik hati, bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih ; tapi bagaimanapun, berbaik hatilah.

Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu; tapi bagaimanapun, jujur dan terbukalah.

Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan, mungkin saja orang lain jadi iri; tapi bagaimanapun, berbahagialah.

Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; tapi bagaimanapun, jadilah sukses.

Apapun yang engkau bangun selama bertahun-tahun bisa jadi akan dihancurkan orang lain hanya dalam satu malam; tapi bagaimanapun, bangunlah dan teruslah berkarya.

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang; tapi bagaimanapun, teruslah berbuat baik.

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu sebaik-baik yang dapat engkau lakukan.

Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu, Bukan urusan antara engkau dan mereka.”

Kutipan ini sangat relevan dan menjadi pengingat yang baik saat menghadapi berbagai permasalahan hidup dalam relasi dengan sesama. Permasalahan dalam hubungan dengan sesama manusia kalau kupikir-pikir masalahnya ada dua sumbernya:
1. Tidak saling mengenal dengan baik.
2. Ada niat yang tidak tulus dalam berelasi. 

Kenapa banyak hubungan yang tidak baik? Alasannya kupikir karena dua hal mendasar itu. Selama beberapa tahun terakhir ini (empat tahun atau lebih, ya, dari sebelum Covid sampai sekarang), aku merasa sangat kecewa terhadap beberapa orang, tetapi kupikir-pikir mungkin permasalahannya adalah di nomor satu. Karena tidak kenal dengan baik, memang kesalahpahaman sangat bisa terjadi. Kalau mengenal dengan baik, kupikir kesalahpahaman yang ada bisa jadi dapat diselesaikan dengan baik atau mungkin tidak terjadi. 

Persepsi seseorang memang bisa dibentuk oleh pengalaman hidup masing-masing. Akan tetapi, semakin kita mengenal seseorang dengan baik, semakin kita akan bisa mengerti maksud dari orang itu. Jadi, walaupun merasa sangat kecewa, kupikir memang harus maklum walau agak pedih mengingat aku dari kecil sampai sekarang langganan mendapat perlakuan buruk dan disalahpahami oleh orang lain. 

Aku tidak perlu merinci hal-hal yang terjadi, tetapi kalau disimpulkan, semua hal yang terjadi dari kecil sampai sekarang karena memang aku tidak bisa memenuhi harapan orang-orang akan harta dan berprilaku sebagaimana orang kebanyakan. Kalau mau aman dan hidup tenang, memang diam saja dan tidak usah berbuat apa-apa. Tidak setuju pun diam saja. 

Akan tetapi, mungkin karena ini panggilan, walaupun aku ingin diam saja, tidak bisa. Jadinya tersiksa karena secara individu, aku tidak ingin punya masalah dan berkonflik dengan orang-orang, tapi panggilanku mengharuskan aku untuk sangat berpotensi berkonflik dengan orang-orang, pun saat aku tidak bermaksud untuk itu dan tidak ditujukan untuk mereka.

Kali ini saja supaya menjernihkan kesalahpahaman, pada dasarnya aku tidak ingin merebut posisi siapa pun. Dalam kritik atau apa pun yang kukemukakan, itu tidak ada niat untuk menjatuhkan siapa pun. Umumnya saat aku menulis itu sifatnya general, tapi entah bagaimana ada saja pihak-pihak yang tersentil dengan tulisanku, dan menganggap hal itu ditujukan pada mereka. Padahal kalau memang aku mau mengeritik, biasanya itu sifatnya spesifik. 

Sempat ada satu orang kenalanku dulu pun merasa tersinggung padahal aku merasa tidak berbuat salah kepada kenalanku itu. Waktu kubaca beberapa tulisanku, bisa jadi ada satu yang dikira ditujukan pada yang bersangkutan, padahal aku menulis secara umum. 

Karena salah dengar dan salah mengutip ayat, dikira dikuasai Iblis. Karena tidak setuju penggunaan sejumlah lagu di gereja, terutama ketika lagu terus diulang-ulang dan suara drum sangat keras sehingga aku menutup telinga dengan tangan, dianggap Iblis di dalamku terganggu. 

Padahal bukan itu. Aku itu sensitif terhadap cahaya dan bunyi. Cahaya sangat terang dan bunyi yang keras itu sangat menggangguku. Cahaya dan bunyi itu memengaruhi fisik dan psikologi seseorang. Jadi, kalau aku protes, itu karena memang menurutku menganggu. Bahkan dari yang kutanyakan kepada orang tua maupun kepada kenalan di gereja yang suka duduk berdekatan, mereka juga terganggu karena itu. Jadi, bukan karena faktor kesensitifanku semata, melainkan memang itu berefek kepada orang-orang normal lainnya. 

Mengeritik selama itu fakta, apakah itu salah? Aku tidak mencaci maki siapa pun dalam tulisanku, tidak menggunakan kata-kata kotor untuk mengeritik orang lain. Saat aku mengeritik para nabi dan guru palsu pun, aku tidak menuliskan caci maki, tapi memang fakta yang ada itu yang harus disampaikan. 

Kritikanku pun bukan karena aku benci orang yang kukritik, tapi ada alasan kenapa aku mengeritik, bukan personal, apalagi karena faktor perbedaan ras. Aku sudah berkomunikasi dengan orang dari lima benua dan tidak ada masalah urusan perbedaan ras. Aku lahir di Indonesia dan besar di Indonesia, tentu tidak benci dengan orang Indonesia.

Sampai detik ini, Tuhan tidak pernah berbicara kepadaku untuk secara spesifik menjabat satu posisi tertentu di gereja. Itu sebabnya dari awal, aku merasa itu bukan panggilanku. Kecuali kalau Tuhan berbicara secara spesifik bahwa itu panggilanku, itu lain soal. Menulis itu memang benar panggilanku. Dari 2009, Tuhan berbicara sangat spesifik tentang itu, dan memang itu terjadi.  

Mungkin ini adalah beban dari panggilanku sebagai penulis untuk disalahpahami dan dibenci. Kalau dipikir-pikir, semua tokoh di dalam Alkitab pun mengalami konsekuensi karena panggilannya. Contoh:
- Musa yang mengalami banyak sekali penderitaan karena bebalnya bangsa Israel.
- Daud yang mengalami banyak penderitaan karena rasa insecure (tidak aman) dan iri hati yang dirasakan oleh Saul kepada Daud sampai ingin membunuh Daud. Akibatnya Daud sampai harus melarikan diri dan pura-pura gila.

- Yusuf yang harus mengalami fitnahan dan dipenjara untuk kesalahan yang tidak diperbuatnya.
- Hosea yang diminta Tuhan untuk menikahi seorang pramuria (Gomer). Sesudah pernikahan itu pun, Gomer sempat tidak setia sampai mempunyai anak hasil selingkuhan.
- Yehezkiel yang harus berbaring pada masing-masing sisi tubuhnya karena menanggung hukuman atas Israel, diikat dengan tali juga, makanan dan minuman ditakar dengan ukuran tertentu, bahkan roti yang dibakar itu harus dibakar di atas kotoran manusia. Walaupun saat Yehezkiel protes, Tuhan akhirnya mengizinkan Yehezkiel menggunakan kotoran sapi sebagai pengganti kotoran manusia.  
- Paulus ini banyak sekali yang dia alami. Bisa dibaca di 2 Korintus 11:23-33. 
- Tidak lupa, Yesus, Tuhan dan Juru Selamat kita. Semua hal buruk sudah dialami Yesus, mulai dibenci, difitnah, dicambuk, ditangkap, disalib.  

Untuk para pendeta yang bukan berasal dari keluarga mampu dan full time di gereja, mungkin harga yang harus dibayar adalah faktor kenyamanan yang kurang, dibandingkan kalau tidak menjalani panggilan itu. Terlebih ada beban moral dan mental untuk menjalani panggilan tersebut, atau jemaat yang menganggap bahwa pendeta itu manusia super yang tidak bisa lelah, tidak bisa marah, dan tidak mempunyai masalah apa-apa.

Bisa jadi kalau itu yang Bapak dan Ibu alami, mungkin ada masa-masa Bapak dan Ibu bimbang dan lelah untuk terus dalam pelayanan ini, tapi aku percaya bahwa Tuhan memilih Bapak dan Ibu untuk suatu pekerjaan baik, dan anugerah-Nya cukup bagi Bapak dan Ibu semua.  

Untuk para pekerja di gereja yang mungkin bergumul dengan kesulitan finansial, aku berdoa supaya Tuhan memberkati dengan memberikan peluang usaha atau berkat lain sehingga bisa mencukupi kebutuhan keluarga Bapak dan Ibu semua. Kiranya Tuhan juga melindungi untuk semua pekerja misi yang ada di daerah-daerah yang sulit, baik berkat untuk kecukupan sandang, pangan, dan papan, juga untuk keamanan. 

Untuk para pemimpin negara dan daerah, termasuk para aparat pemerintah yang bergumul dengan sistem dan lingkungan yang tidak mendukung, kiranya Tuhan yang menguatkan dan terus menuntun supaya Bapak dan Ibu terus bekerja dalam jalan yang bersih dan benar. Melawan arus untuk tetap hidup benar di tengah ketidakbenaran memang tidak mudah, tapi Tuhan pasti membantu di tengah situasi sulit semacam itu. 

Untuk kaum pekerja dan profesi, dalam menghadapi risiko pekerjaan, usaha, persaingan, atasan, maupun rekan kerja yang sulit/tidak kooperatif, semoga Tuhan yang menguatkan dan membantu Bapak dan Ibu semua, untuk mengerti maksud Tuhan melalui semua kesulitan yang ada dan mengatasi permasalahan yang ada.   

Untuk para ayah, ibu, dan anak, dalam semua panggilan masing-masing di keluarga, biar kasih dan damai Tuhan meliputi semua keluarga. Termasuk saat menghadapi konflik dan permasalahan, semoga semua keluarga tetap bisa berdamai dan saling mengasihi. 

Akhir kata, karena ini panggilan, aku tidak bisa berhenti. Kalau ada pihak-pihak yang merasa tersakiti karena tulisanku, aku minta maaf. Akan tetapi, di luar pihak-pihak yang kutulis secara spesifik, kemungkinan besar memang yang merasa tersakiti itu lebih karena masalah asumsi yang keliru dan kesalahpahaman. Dalam hal kedua, tentunya aku tidak bisa mengatur dan mengendalikan setiap orang untuk mengasumsikan apa pun, termasuk kalau asumsinya salah. Untuk hal ini, tentu aku tidak akan minta maaf karena itu bukan kesalahanku dan di luar kendaliku kalau orang-orang salah berasumsi.

Aku juga tidak akan meminta maaf karena mengekspos dan mengeritik nabi dan guru palsu atau mengemukakan hal-hal yang jelas-jelas salah hanya karena orang tidak suka aku mengemukakan itu. Hal yang salah, tetap harus dikatakan sebagai salah, tidak peduli orang lain mengatakan itu benar karena alasan politis atau apa pun. 

Tetap semangat! Damai sejahtera Kristus beserta kita semua. Amin.

Diubah oleh archaengela 12-09-2023 05:58
sukhhoi
sukhhoi memberi reputasi
1
Tutup