tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#222
Creepy Pasta
Panggil saja Aku Hilman,

Seorang pemuda yang harus memupuskan mimpi meraih pendidikan tinggi karena pada saat masih berada di bangku menengah pertama terpaksa harus putus sekolah lantaran keadaan yang benar benar tak memungkinkan.

Aku hanya tinggal bersama ibu di sebuah rumah sederhana, sosok yang tulus merawat ku sejak masih dalam kandungan.

Sayangnya, semenjak bapak memutuskan untuk pergi merantau dengan maksud merubah nasib keluarga menjadi lebih baik malah tiba tiba menghilang, lenyap tanpa kabar di perantauan.

Desas desus yang beredar dari mulut ke mulut tetangga, bapak sudah kecantol dengan seorang janda di luar sana.

Hari, bulan dan tahun silih berganti....

Bapak benar benar menghilang tanpa kabar berita.
Ibu yang semula menyibukkan diri sebagai seorang buruh solah tidak apa apa walau aku tau pasti batin dan pikiran beliau benar benar sudah kacau.

Sampai akhir nya beliau mulai keseringan melamun, bengong dengan tatapan kosong seolah mulai lelah menanti kabar baik dari bapak.

Beberapa tahun terakhir ibu seperti
Sudah kehilangan ingatan dan jarang berbicara, mungkin karena memendam rasa kecewa yang begitu mendalam atas hilangnya sosok imam dalam keluarga kami.

Tak jarang aku harus berkeliling sampai ke kampung sebelah lantaran ibu yang dalam keadaan linglung tiba tiba pergi dari rumah dan lupa jalan pulang.

Karena keadaan, aku akhirnya memutuskan untuk berhenti bersekolah lantaran harus menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah.

Pemuda tanggung yang tak punya ketrampilan apa apa seperti diri ku tak bisa berharap banyak dalam usaha mengais rizki, di terima sebagai tukang cuci di sebuah warung makan saja Aku sudah sangat bersyukur.

Setiap hari aku harus bangun lebih awal untuk beres beres rumah dan merawat ibu yang membutuhkan perhatian khusus.

Hampir setiap hari aku ajak ibu duduk di teras rumah untuk berjemur selepas mandi,
Sebuah teras kecil dari rumah sederhana milik kami yang di depan nya tak sengaja di tumbuhi sebatang pohon pepaya yang selalu berbuah lebat.

Pagi itu ibu baru saja selesai ku mandikan, seperti biasa kami duduk di teras depan.

Tatapan nya masih saja kosong sambil sesekali bibir nya meracau tak jelas.
Meski demikian aku benar benar menyayangi sosok yang sudah melahirkan ku ini,

Aku masih selalu berharap suatu saat keadaan beliau bisa kembali seperti dulu lagi, aku rindu saat saat dimana tepukan halus dari jemari jemari nya membangunkan ku di pagi hari.

Lantas mendapati beliau sedang berada di depan tungku yang asap nya mengepul sekedar membuat kudapan untuk sarapan sebelum aku berangkat ke sekolah.

Perlahan ku sisir rambut panjang nya yang mulai sedikit memutih,

Setelah itu aku pun mengambilkan sepiring sarapan dengan lauk seadanya dan mulai menyuapi beliau.

Dalam diam terkadang ibu juga sering meneteskan air mata, begitu berat luka batin yang beliau derita.
Sungguh dalam perasaan yang telah ia pendam sampai sampai tak mampu kembali ke alam realita, sungguh pemandangan yang seolah mengiris batin ku.

Tanpa sadar derai air mata mengalir begitu saja membasahi pipi ku. Walau sekuat apa pun aku mencoba untuk tegar, tapi aku sadar kalau aku sekarang sendirian.

Aku tak punya siapa siapa lagi selain akal sehat ku, Jadi aku hanya bisa menguatkan diriku sendiri dan terus bertahan melalui semua ini.
Hanya itu yang ku bisa....

Ku lihat cahaya matahari yang menembus dahan pohon pepaya halaman rumah, mulai terasa terik.

Sudah saat nya aku berangkat kerja, Ku ajak ibu masuk, kunpapah beliau ke dalam kamar nya lantas ku tutup pintu rumah supaya ibu tak pergi lagi.

Biasanya setiap siang aku pulang untuk mengecek keadaan beliau, ada rasa was was juga kalau kalau terjadi sesuatu di luar dugaan ketika beliau di rumah sendirian.

Hari hari ku memang sangatlah berat, Bahkan untuk sekedar bermain main saja aku tak pernah bisa.

Tak ada juga yang mau berteman dengan anak seorang ODGJ, begitulah bisik bisik dari beberapa warga yang biasa ku dengar secara tak sengaja ketika sedang berjalan.

Karena keasikan bersama ibu dan jarak tempat kerja dari rumah ku yang lumayan jauh untuk di tempih dengan berjalan kaki, Hari itu aku terlambat kerja untuk yqng kesekian kali nya.

omelan dari pak bos tak bisa terhindarkan, telinga ku seperti sudah kebas dengan teguran teguran dari pria patuh baya dengan perut buncit dan kepala plontos berwajah sangar tersebut.

Ntah berapa kali aku mengutarakan alasan yang sama setiap hari nya,
Momen momen bersama ibu memang selalu membuat ku lupa waktu.

Hingga kejadian itu pun tak terhindarkan, karena keteledoran ku saat kerja amarah pak bos semakin menjadi jadi.

Tanpa sengaja aku memecahkan piring di dapur tatkala sedang mencuci nya, Lengkap sudah kesalahan yang ku perbuat hingga berujung pemecatan seketika itu juga.

Aku tak bisa berbuat apa apa selain menikmati rasa sesal yang kemudian timbul begitu saja di dalam hati.

Sambil membawa pulang sisa upah yang di berikan, sore itu aku hanya bisa termenung di jalan.

Aku bingung harus bercerita kepada siapa, aku tak punya sosok untuk mencurahkan keluh kesah.

Dari kejauhan aku selalu melihat ke depan rumah, berharap dengan sedikit keajaiban dari tuhan membuat sosok yang kami rindukan tiba tiba pulang.

Sesibuk itu kah engkau Tuhan, hingga doa dari hamba mu yang sudah tak berdaya ini belum juga terkabulkan....

Aku hanya bisa duduk terdiam bersama ibu di teras.

Menatap kosong kedepan, hingga tertuju pada sebuah pepaya yang tampak menguning dan ranum di halaman.

Ku petik pepaya tersebut lantas mengambil pisau di dapur.

Ku kupas pepaya di tangan ku dari kulit nya, perlahan ku sayat tipis tipis menggunakan pisau kecil di tangan.

Sampai beberapa tetangga yang lewat di depan rumah ku berkata

"Hei lihat, Hilman sudah tak waras."

"Masa' tangan ibu nya sendiri di kuliti menggunakan pisau....."

"........."

Kisah ini adalah sisi lain dari kegilaan yang ada di dalam pikiran ku, tidak ada di dunia nyata.

Sebuah eksperimen dari formula penulisan yang ane coba explore menjadi sebuah alur cerita di sebuah forum milik zuckerberg, sayang nya baru sampai part 6 sudah kena baned dari admin karena tidak sesuai dengan konteks forum privat tersebut.

Sebenar nya mau ane jadikan trhead ketiga setelah kisah jinan kelar, tapi sepertinya nggak dulu deh😁 takut nya nggak sesuai ekspektasi.

Sekedar selingan buat para pembaca yang menunggu kelanjutan kisah Jinan and the gank....
Diubah oleh tetes.tinta 30-07-2023 06:16
sirluciuzenze
itkgid
erman123
erman123 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Tutup