tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#199
Part 55
"alat sudah siap semua tis?"

"Beres....."

"Nih ada di dalam tas semua."

Kata kawan ku yang punya mulut sompral.

Pagi itu adalah awal kami akan memulai pekerjaan di tempat yang baru setelah di tempat sebelum nya semua pekerjaan sudah selesai, aku mendatangi kediaman kentis yang berada tak jauh dari rumah emak hanya beda RT saja untuk berangkat kerja bersama.

Kami memang biasanya berboncengan saat pulang atau pergi mengais rejeki supaya lebih menghemat bensin, sedangkan Jinan yang rumah nya berbeda desa dengan rumah kami biasanya dia langsung menuju ke lokasi kerja dan kami bertemu di sana.

"Hari ini ada garapan bongkar atas dan ganti talang air kan tis?"

Tanya ku pada saat dalam perjalanan ke tempat kerja yang sudah di beritahukan oleh pak bos sebelum nya.

"Iyo Gal, lumayan berat kerja nya soal nya kita bisa seharian berada di atap bangunan produksi terjemur terik matahari."

Sahut kentis yang duduk di belakang sambil menggendong tas ransel berisi alat alat kerja, badan nya yang kecil di tambah lagi ia mengenakan helm INK putih tampak seperti capung sawah yang bergelendotan di belakang ku.

"Busetttt, bakalan kejemur seharian dong tis?"

Ucap ku.

"Ya iya lah, sore nanti udah siap di selep di penggilingan padi kita."

"Emang gabah (butiran padi) di selep...."

Celetuk ku.

"Wah gosong gosong deh pori pori kulit ku tis."

Gumam ku dengan sedikit rasa khawatir.

"Haiyah, cowok hitam kan eksotis bro."

Kata nya

"Lah dagangan ini tis, belum laku soal nya."

"Obral aja biar cepat laku gal, tuh di gudang produksi juga banyak rondo teles. Hahahahaha...."

Tandas nya asal ngegoblek.

"Heiissssss, masih ting ting aku."

"Masa dapat salome....."

"Ting ting apa an, itu pas dulu merantau di bekasi selama 2 tahun udah ngapain aja di sono ki sanak????"

Sindir kentis.

"Ahhhhh, mau tau aja urusan orang dewasa."

Celoteh ku yang sok gede.

"Udah udah, masih pagi sudah bahas yang aneh aneh..."

"Bikin sial tau."

Pungkas nya.

"Kata pak bos kemaren akan ada tambahan dua personil tis?"

"Siapa?"

Tanya ku yang penasaran.

"Iya gal, mereka adalah orang orang dari rayon pusat."

"Nama nya Muksin dan Mbah Jo."

"Mbah jo????"

"Kakek kakek tis?"

Tanya ku lagi.

"Ya dari segi usia sih beliau memang sudah ada umur, ada kali kepala lima."

"Mbah jo ini termasuk anggota senior di CV pak bok, sedangkan Muksin usia nya masih muda tapi sudah berkeluarga."

"Muksin juga jago ngelas gal, dulu aku yang ngajarin pegang welding ya dia."

Kata kentis.

"Ow, asik dong tis."

"Asik gundul mu apek, bakalan panas panasan ini kita. Emang mau narik kabel sama purel di karaokean asik asik..."

"E hladalah bahas gituan lagi."

"Terus maksud mu asik tadi opo gal?"

"Ya asik aja kalau kerja bareng tim yang susah berpengalaman dan punya jam terbang tinggi seperti muksin dan mbah jo tis, susah ada yang mikirin tahap tahap kerja nya."

Kata ku.

"Ow, iya sih gal...."

"Kamu nanti tinggal jadi kenek nya saja sama jinan."

Ujar kentis.

Beberapa menit perjalanan, sampailah kami di depan sebuah pintu gerbang kawasan pabrik yang akan kami garap.

Rupa nya Jinan sudah berada di sana menunggu kami bersama dua orang laki laki yang satu msih muda dengan badan tegap berisi yang ku perkirakan adalah muksin, dan yang satu lagi sosok pria agak tua yang duduk di tepi trotoar sambil mengisap rokok kretek di tangan dan tak salah lagi beliau adalah mbah jo.

"Raja misuh susah datang mbah...."

Celetuk jinan saat kami baru saja sampai.

"Hust, lambe mu...."

Sergah kentis sambil melotot ke arah jinan.

"Mbah, Sin...."

"Kali ini satu tim kita."

Ucap kentis sambil berjabat tangan dengan mereka berdua, aku pun ikut berjabat tangan sambil memperkenalkan diri karena baru pertama kali bertemu.

Sambil menunggu matrial dan pak bos datang, kami berbincang bincang di depan gerbang. Mojok di sebelah pos satpam karena belum bisa masuk ke area kerja sebelum ada surat perintah kerja dari pak bos untuk satpam sebagai bentuk perijinan.

Tak lama berselang sebuah mobil pick up berwarna hitam pun datang sambil mengklalson, di dalam nya ada pak bos bersama seorang supir nya yang datang membawa matrial seperti seng, atap sun loyd dan lain lain.

Pak bos pun turun sekedar menyapa kami lantas menuju ke pos satpam untuk memberikan surat perintah kerja.

Kami di perbolehkan masuk ke dalam area gudang produksi,

Ternyata di dalam nya terdapat bangunan besar berjajar layak nya pabrik pada umum nya.

Dan gudang yang akan kami garap berada paling ujung dekat gudang logistik, di sana sudah ada truk pengangkut tembakau yang sedang proses bongkar muat beserta beberapa kendaraan forklift yang lalu lalang.

Kami sampai di depan gudang yang di maksud, pak bos pun mulai menunjukan titik titik mana saja yang akan di bongkar, mulai dari talang yang sudah terlihat berkarat dan lapuk di tepi atap sampai atap atap galvalum yang akan di ganti dengan sun loyd.

Saat pertama kali masuk, aroma kuat menyeruak hidung, rupa nya di dalam nya terdapat mesin mesin besar penggiling tembakau.

Kami mulai menurunkan alat dan matrial dari atas bak,

Kentis, Muksin dan mbah Jo langsung naik ke atap menggunakan tangga lipat sedangkan aku dan jinan berada di bawah untuk stand by bilamana harus menaikan matrial atau alat yang di butuhkan sambil mengulur rol kabel panjang dan mencari stop kontak di dalam.

Selama setengah hari kami berjibaku penuh keringat membongkar dan menurunkan seng talang air yang lapuk, itu adalah pekerjaan pertama di hari itu,

Sementara itu kentis dan jinan berada di atas membersihkan tepi atap dari sampah dedaunan, aku mengmpulkan talang yang sudah di turun kan supaya tak berserakan, muksin dan mbah jo menggelar lembaran seng yang akan di ukur dan di tekuk membentuk cekungan memanjang sebagai ganti talang lama yang bocor.

Pekerjaan hari itu benar benar sangat terkoordinasi dan lumayan lancar, sampai azan dzuhur berkumandang.

Tiba waktu nya untuk kami beristirahat santap siang.

"Yo gal kita nyari warung..."

Ajak jinan sambil menaiki motor nya.

"Kita keluar berdua ini nan?"

"Yang lain?"

Tanya ku sambil melihat kentis, mbah jo dan muksin yang rebahan di dekat pintu gudang.

"Aku nitip wae gal, malas keluar."

Kata kentis.

"Aku juga nitip bro, nasi rames."

Sahut muksin sambil lepas baju.

"Oke, mbah jo mau nitip apa?"

Tanya ku kepada beliau.

"Aku beli in rokok kretek sebungkus sama kopi hitam mas, itu saja."

Kata beliau.

"Lho ndak makan sekalian mbah?"
Tanya ku kepada pria berumur tersebut.

"Ora gal, mbah jo memang kebiasaan nya ngopi, jarang makan."

"Sahut kentis."

Aku lumayan tercengang ketika mendapati seorsng yang sudah berumur dengan pekerjaan yang lumayan berat tapi tahan banget ndak makan, cuma ngopi dan ngerokok doang.

"Mbah jo kuat juga yo nan, kerja berat gini ndak mau makan siang."

Kata ku saat di jalan dengan jinan.

"Ndak usah di omong kalau itu gal, mungkin memang sudah terbiasa kali."

Sahut jinan yang berada di depan.

Kami pun selesai makan siang dan kembali ke tempat kerja sambil membawakan pesanan teman teman.

Proses pekerjaan menganti talang berlangsung selama kurang lebih tiga hari baru selesai, di lanjutkan dengan mengganti atap galvalum menggunakan sun loyd sebagai penerang area dalam gudang.

Sebenarnya di beberapa titik sudah ada yang di ganti dengan arap transparan tersebut namun sudah kusam dan berdebu dan harus di ganti.

Satu persatu baut kami lepaskan dan mulai menurunkan galvalum ke bawah dalam kondisi mesin giling di dalam masih beroprasi.

Sekitar pukul sepuluh pagi pak bos rupa nya datang dan sengaja ikut naik ke atas untuk meliht sudah sejauh mana pekerjaan kami.

Beliau berjalan di atas atap dengan santai nya tanpa memperhatikan pijakan hingga.....

"Bruaaakkkkk....."

Terdengar suara benda retak.

"Woooiiii tolonggg ....."

Kami melihat pak bos terperosok, setengah badan nya sudah masuk ke dalam karena yang ia pijak adalah sunloyd lama yang sudah berdebu. Matial yang teebuat dari fiber tipis itu langsung ringsek saat di injak.

Kaki sampai dada pak bos sudah terjrembab ke bawah, untung kedua tangan beliau bisa menahan tubuh dengan cara memegang kedua sisi galvalum.

"Tolong....."

"Tolong....."

Teriak pak bos yang ketakutan, kami semua panik dan langsung menghampiri beliau yang seperti nya sydah tak kuat menahan berat tubuh dalam posisi menggantung, belum lagi di bawah nya ada mesin giling tembakau yang sedang beroprasi.

Dengan sigap muksin, jinan dan aku memegang tangan pak bos.

"Woeyyy yang di dalam, tolong mesin giling nya di mati kan terlebih dahulu."

Teriak muksin.

Seorang operator di dalam pun langsung menekan tombol emergency.

Pak bos terselamatkan dengan luka gores di kedua siku nya.

Kami pun memapah beliau sampai turun ke bawah.

Mulut nya tak pernah berhenti ber istighfar, terlihat dari wajah nya yang masih ketakutan sampai sampai untuk pulang beliau harus di antar oleh jinan.

Di hari jumat, kami kembali mengerjakan atap seperti biasa nya.

Sejak pagi aku melihat mbah jo yang hanya diam saja sambil merokok.

Wajah nya terlihat pucat dan tidak bersemangat.

"Mbah, sedang ndak enak badan ya?"

Tanya ku kepada beliau.

"Ndak kok mas, paling cuma masuk angin."

"Ayo kita mulai kerja biar cepat bisa pulang."

Ucap nya dengan nada datar.

"Hari krida, hari krida...."

Nyanyian wajib kami setiap hari jumat mulai terdengar dari mulut jinan dan kentis, sedangkan muksin orang nya memang tak banyak bicara tapi banyak bekerja, salut deh....

Sore pun tiba, pekerjaan sedikit lagi selesai.

Aku kentis dan jinan turun dari atap untuk merapikan alat, di susul muksin yang sudah kebelet pipis.

"Mbah, ayo turun...."

"Masih ada hari esok untuk melanjutkan."

Ajak muksin sambil menuruni anak tangga.

"Iya sin, duluan saja nanti aku nyusul."

"Tanggung ini."

Ucap mbah jo yang masih sibuk di atas.

"Mbah jo mana sin?"
Tanya kentis kepada muksin.

"Tuh masih di atas."

"Mbuahhhhh, laotttt (ngaso) sudah sore."

"Waktu nya gajian...."

Teriak kentis dari bawah.

"Hehhhh, ndak sopan kowe tis."

Celetuk jinan.

"Biarin nan, biar rame...."

"Mumpung gajian kita."

Sahut kentis.

Alat sudah tertata rapi dan masuk ke dalam tas, muksin juga sudah kembali dari toilet.

"Mbah, mbah jo...."

Ayo turun...."

Teriak muksin, tapi tak ada jawaban dari atas.

Suara bor yang tadi masih terdengar juga senyap.

Kami mulai khawatir, aku juga teringat tadi pagi saat melihat wajah mbah jo yang pucat.

"Coba di cek ke atas, jangan jangan mbah jo kenapa kenapa itu."

Ucap ku.

Muksin langsung naik ke atas untuk memastikan.

"Ya Allah ..."

"Mbah, bangun mbah....."

"Bro, bro cepat naik bro....."

"Mbah jo kenapa itu."

Suruh muksin dengan nada panik, kami pun bergantian naik ke atas untuk melihat kondisi beliau.

Seketika kami merasa terpukul saat berada di atas dan mendapati tubuh mbah jo yang sudah meringkuk kaku dengan posisi tangan yang memegang dada sebelah kiri.

Muksin mengecek denyut nadi di pergelangan tangan beliau.

"Inalilahi wa inna ilaihi roji'un...."

"Mbah jo sudah tidak ada...."

Ucap muksin dengan nada lemas, begitupun dengan kami yang seolah tak percaya bahwa rekan kerja kami ternyata meninggal secara tiba tiba.

Jinan bergegas turun dan pergi menuju ke pos satpam untuk melapor, kebetulan pak bos juga sudah datang untuk memberikan gaji.

Beliau juga shock mendengar kabar bahwa mbah jo telah meninggal.

Karena jenazah masih berada di atas atap, kami pun meminta bantuan kepada armada pemadam kebakaran yang stand by di lokasi pabrik untuk mengevakuasi jenasah mbah jo.

Pak bos juga mengabari oihak keluarga dan menawari apakah jenazah akan di bawa ke rumah sakit untuk di visum atau langsung di abwa ke rumah duka saja.

Kami di mintai keterangan perihal kronologi kejadian tersebut oleh beberapa pihak berwenang dan pihak keluarga.

Atas kesepakatan anak dan istri almarhum, jenazah mbah jo akhir nya langsung di bawa ke rumah duka dan menolak untuk di lakukan otopsi.

Kami berasumsi bahwa mbah jo ini mungkin mendapatkan serangan jantung karena kebiasaan nya yang hanya ngopi dan merokok tanpa pernah makan siang selama bekerja.

Apa pun itu, mungkin memang beliau sudah di takdirkan untuk menemui ajal nya pada saat bekerja.

Mbah jo langsung di kebumikan malam itu juga, kami semua ikut hadir ke pemakaman beliau bersama rekan dari rayon lain kecuali yang sedang tugas ke luar kota.

Kami juga ikut tahlilan selama 7 hari berturut turut, beliau adalah orang yang baik dan ramah dengan siapa saja.

Bahkan security dan supir truk perusahaan juga ikut melayat dan tahlilan di kediaman beliau.

Malam itu adalah malam pertama kami tahlilan, setelah selesai tak langsung pulang sekedar ngobrol bersama rekan rekan dari rayon lain yang memng tak setiap hari bisa kumpul.

Karena aku dan junan masih tergolong batu di sana, maka kami tak bisa akrab dengan yang lain kecuali kentis yang sudah termasuk senior.

Aku dan jinan hanya merokok berdua sambil makan suguhan ala kadarnya berupa kacang dan air mineral.

Sampai aku memperhatikan di kursi belakang para satpam dan supir supir ngumpul, ada satu orang yang hanya terdiam dengan tatapan kosong.

Orang ini bertubuh gempal dengan rambut agak panjang di tutupi kopiah coklat, dan aneh nya. Wajah nya pucat pasi dengan kedua lingkar mata nya yang memerah seperti sedsng sakit.

Aku langsung keingat dengan lejadian yang menimpa mbah jo.

"Nan, coba deh kamu lihat sebelah kanan mu yang duduk di belakang sendirian."

Bisik ku kepada jinan, dia langsung menengok ke arah yang ku maksud.

"Bapak itu kenapa ya gal, kok kayak aneh gitu."

Kata jinan.

"Mana ku tahu, gih coba kamu tanyain."

Iseng ku menyuruh si jinan.

Eee dia malah langsung nyelonong menghampiri bapak bapak tersebut.

Aku pun mengikuti nya karena ndak mau sendirian seperti orang bego'.

"Boleh duduk di sini ndak pak, kok dari tadi aku lihat njenengan sendirian saja."

Kata jinan basa basi sambil duduk.

"Ow iya mas, silahkan...."

Kata beliau, aku pun ikut duduk di sebelah jinan.

"Kalian kerja di cv kontruksi ya mas?"

Tanya beliau.

"Iya pak, kami rekan kerja almarhum."

Jawab jinan perlahan.

"Kaihan ya mbah jo, beliau orang baik. "

"Bapak kok kenal mbah jo?"
Tanya jinan.

"Saya supir truk perusahaan mas, di rest area sering ngopi dan rokok an sama beliau pas menunggu bongkar muat."

"Ow gitu tah pak, nama nya umur siapa yang tau sih pak."
Ucap jinan.

"Di bandingkan mbah jo yang memang orang baik, aku ini dulu terkenal bandel dan nakal lho mas."

"Untung nya gusti Allah masih memberikan kesempatan kedua."

Ucap beliau dengan nafas yang agak tersengal.

"Maksud bapak?"

Tanya jinan.

"Kamu lihat ndak mas kalau wajah ku ini pucat dengan kantong mata yang memerah."

Kami berdua mengangguk.

"Njenengan sedang sakit ya pak?"

Tanya ku, beliau hanya tersenyum kecut sambil menggeleng.

"Kalian berdua percaya ndak mas tentang ada nya mati suri?"

Tanya bapak tersebut kepada kami.

"Kalau saya sih percaya ndak percaya pak sebab belum pernah melihat atau merasakan nys sendiri."

Kata ku.

"Dulu waktu masih bayi, kata bapak aku pernah sempat meninggal pak, tapi alhamdulillah bisa hidup lagi."

"Itu dulu sih pas masih kecil, sekarang juga aku ndak ingat."

Kata jinan.

"Beneran nan kamu pernah mati suri?"

Tanya ku yang penasaran.

"Nanti kapan kapan tak cerita in gal."

Sahut jinan.

"Aku ini sebenar nya ndak sakit mas, ya aku ini lah orang yang sudah pernah mengalami mati suri."

Tandas beliau.

"Haahhhhh????"

Aku dan jinan saling menatap dengan terkejut dan agak merinding saat mendengar ucapan beliau.

"Sumpah demi Allah mas..."

Sebulan yang lalu ketika bangun tidur, tiba tiba dada ku terasa sesak dan sakit, nyeri...."

"Sampai akhir nya mata ku gelap dan tak ingat apa apa."

"Njenengan pingsan ya pak?"

Tanya jinan.

"Aku juga ndak tau mas, inti nya sudah ndak sadar lah."

"Sayup sayup aku mendengar suara tangisan anak istri."

"Yang paling menyakitkan adalah ketika kulit ku seperti ada yang menyentuh. Sakit sekali seperti sedang di sayat sayat...."

"Mungkin saat itu aku hendak di mandikan dan pakaian ku di copot karena aku juga merasakan aliran air yang menyirami tubuh."

Kata beliau.

"Ngeri banget pak...."

Kata jinan.

"Beneran mas, aku merasakan nya sendiri."

"Setelah itu aku merasakan seperti mendapatkan angin sepoi sepoi saat mendengar lantunan surat yasin, mungkin itu berasal dari sanak family yang datang melayat dan membacakan doa untuk ku saat sedang di semayamkan di ruang tamu."

Kami benar benar mendengarkan kesaksian beliau dengan seksama saking penasaran nya.

Kemudian beliau bercerita bahwa dia tiba tiba di datsngi oleh sosok tinggi besar berjubah nun tak kelihatan wajah nya, sosok tersebut berkata bahwa itu belum saat nta untuk si bapak ini pergi menghadap yang kuasa.

Sosok tersebut menuntun nya ke arah sebuah titik cahaya dan menyuruh nya mendekati cahaya tersebut sampai tiba tiba bapak ini membuka mata nya dalam keadaan sudah di bungkus kain kafan di tengah tengah para pelayat yang membacakan doa.

Semua orang berhamburan keluar karena ketakutan, untung nya mbah modin dan keluarga nya tetap tenang dan mencoba memastikan keadaan beliau yang awal nya memang sudah meninggal.

Kejadian itu membuat gempar seluruh warga sekitar, malam itu aku dan jinan benar benar mendengarkan kesaksian orang yang mengalami mati suri langsung dari nara sumber nya.

Bahkan satpam yang sedang ngobrol di depan kami ikut mendengarkan cerita beliau.


"Ingat lima perkara, sebelum lima perkara....."

Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 23-05-2023 11:02
erman123
tsuryanto590563
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup