tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#194
Part 54
Hal yang paling menyenangkan ketika kerja hanya ada dua hal, yaitu waktu gajian dan saat saat pulang kerja.

Jumat sore adalah hari yang selalu kami nanti nanti kan, selain karena pekerjaan di gudang tembakau yang kami garap sudah rampung itu adalah hari dimana kami menerima gaji setelah bekerja selama seminggu.

Sistem upah kami adalah harian dan dalam seminggu aku jinan dan kentis hanya bekerja selama 5 hari, senin sampai jumat.

Sabtu dan minggu nya kami libur, kadang mendapat jatah lembur dan tetap masuk jika ada kerjaan yang sudah mepet deadline.

"Hari krida, hari krida....."

Begitulah kata kata yang sejak pagi ku dengar, itu adalah istilah untuk hari gajian.

"Libur dua hari rencana nya mau ngapain tis, gal?"

Tanya jinan sambil menggulung kabel bersiap siap untuk pulang.

"Nggak ada acara apa apa, mau hari libur kek, hari kiamat kek."

"Bodo amat...."

Kata kentis yang sedang duduk di dekat pintu gudang nunggu pak bos datang bawa amplop gajian.

"Dasar manusia frustasi."

Celetuk jinan.

"Kalau kamu ngapain gal?"

Tanya jinan pada ku.

"Bobok manis di rumah lah nan, apa lagi."

Sahut ku sekena nya karena sedang ganti pakaian.

"Kita nongkrong saja di warkop nya mbok sri."

Ajak ku.

"Masokkk gal, sambil ngeramal angka jitu. Nyari tambahan buat bayar angsuran lah."

Sahut kentis yang sedang mumet mikir cicilan.

"Wah masuk akal, tapi sayangnya malam ini aku mau mancing."

"Susah lama nggak ngrawe malam."

Kata jinan

"Mau mancing di mana nan?"

Tanya ku

"Di rawa dekat perbatasan kota saja lah gal, kebetulan di ajak tetangga ku sarip."

Ucap nya

"Ngrawe gabus ya nan, kalau dapat banyak bagi lah...."

Tandas ku.

"Beres kalau itu gal, kamu mau ndak tis?"

Jinan menawari kentis juga.

"Buat apa juga ikan gituan, di warung juga banyak tinggal mangan...."

ucap nya Ketus.

Setelah selesai beres beres, tak lama berselang pucuk di cinta ulam pun tiba.

Suara motor pak bos terdengar dan datang menghampiri kami yang sedang duduk di depan pintu gudang.

Jerih payah kami akhir nya terbayarkan...

"Senin nanti kita pindah ke mana pak, soal nya yang di sini kan susah selesai?"

Tanya Kentis kepada pak bos.

"Hari senin kalian pindah ke gudang produksi di rayon barat tis, ganti seng talang yang sudah lapuk sama pasang sun loyd atap untuk pencahayaan."

Ujar pak bos.

"Gudang produksi yang berada di dekat jalur lingkar itu ya pak?"

Tanya jinan.

"Iya betul nan, nanti kalian bertiga pindah di sana."

"Masalah matrial dan alat biar di antar supir elsapek senin nanti."

Tambah nya.

Setelah serah terima gaji dan berkoordinasi mengenai pekerjaan, kami pun membubarkan diri.

POV Jinan

Malam itu setelah isya' Sarip datang ke rumah jinan, ia menjemput sejawat sekaligus tandem mancing nya sambil membawa perlengkapan yang di perlukan seperti umpan hidup berupa percil/anakan katak sawah, blung jerigen bekas, senter dan perbekalan makanan dan minuman.

Jinan pun keluar sambil membawa dua ikat tegek bambu berukuran satu meter untuk merawe, seikat nya berisi sekitar 20 sampai 30 bambu yang sudah di beri kenur dan mata kail.

Mereka pun bergegas menuju spot mancing malam yang sudah di sepakati yaitu di sebuah rawa dekat sungai besar yang berada di pinggir perbatasan kota.

Sesampai nya di sana, jinan dan sarip mulai memasang rawe berderet dengan jarak dua meter seperti biasa.

Setelah semua terpasang, jinan dan sarip menunggu bersama di tengah tengah titik kumpul di jam pertama.

Belum ada setengah jam, jinan melihat ada cahaya lampu head lamp dari arah kejauhan.

Rupa nya seseorang sedang menyusuri tepi rawa, terdengar bunyi "tettt, tett...."

Dan itu adalah pencari ikan yang menggunakan alat setrum.

"janc*kkkk, baru mulai masang pancing malah sudah ada petugas PLN berjalan Rip."

Umpat jinan yang merasa kesal.

"Wah iyo nan, kurang ajar...."

"Masak ada rawe jejer jejer di pinggir dia ndak melihat."

Kata sarip.

"Ayo kita samperin saja rip."

Ajak jinan.

Betapa kesal nya jinan dan sarip saat mendapati umpan hidup yang baru saja di pasang sudah ngambang tak bergerak, percil percil yang seharus nya lincah berenang renang untuk mengundang sambaran ikan gabus sudah ngececeng tak berdaya akibat terkena setrum.

"Woiiii kang, ora lihat apa kalau di sini sedang di pasang rawe?"

"Tah lihat umpan ku pada mati semua kena setrum!"

Teriak jinan kepada si penyetrum ikan.

"Halah mas, ini kan rawa liar. Siapa saja boleh nyari ikan...."

"Bebas lah."

Ucap nya dengan enteng.

"Wah malah ngadi ngadi tuh orang."

Mendengar hal itu, jinan makin kesal dan mau menghajar orang tersebut.

"Wis nan, ojo emosi. Tuh lihat...."

Sarip menahan jinan dan menunjuk sebuah sepeda yang di letak kan di pinggir tanggul, sepeda siapa lagi kalau bukan milik si penyetrum ikan.

Mereka berdua saling menatap dan tersenyum jahat.

"Kita angkat dulu rawe yang sudah terpasang nan, baru kita eksekusi."

"Biwr tau rasa itu orang baik...."

Kata sarip.

"Siiipp rip, biar ndak kurang ajar tuh orang."

Sahut jinan sambil mencabut tegek bambu yang tertancap di sepanjang bibir rawa.

Setelah semua di ambil, jinan dan sarip melihat cahaya head lamp tuoang nyetrum sudah berada agak jauh.

"Ayo nan, kita kerjain tuh orang...."

Kata sarip.

Mereka berdua menghampiri sepeda si penyetrum,

Jinan mengangkat sepeda itu lalu....

"Byurrrrrrrrr ......."

Dengan konyol nya dia melempar sepeda milik orang yang sedang nyetrum ikan tersebut ke tengah rawa.

"Biar tau rasa dia, hahahaha...."

Kata jinan.

"Ayo nan, kita kaburrrrr......"

Sarip menyetater motor nya dan jinan pun langsung membonceng meninggalkan tkp.

"Woooeeeeeyyyy sepeda ku jangan di ceburin ke rawa......"

Teriak orang itu dari kejauhan.

Keisengan jinan dan sarip benar benar keterlaluan karena sepeda itu adalah satu satu nya alat transportasi milik si penyetrum ikan, dan untuk menuju ke rawa tersebut jarak nya cukup jauh dari jalan utama dan pemukiman penduduk.

"Gempor gempor dah tuh kaki, rasain...."

Gumam jinan yang sedang membonceng sarip di belakang.

"Baru jam sembilan ini nan, masih sore."

"Umpan juga masih banyak, masak mau pulang?"

Kata sarip.

"Yo jangan balik to rip, kita pindah spot saja. Tempat mancing kan bukan cuma di situ doang."

Kata jinan.

"Terus mau ngrawe di mana kita?"

Tanya sarip.

"Kita mancing di tambak uang berada di kota sebelah saja."

"Di sana kan banyak gabus nya."

Kata jinan.

"Ow tambak air tawar yang berjejer di atas tanah bengkok itu tah nan?"

"Betul rip, di sana gede gede gabus nya."

Kata jinan.

Setelah gagal di spot pertama lantaran ada petugas PLN keliling (tukang nyetrum ikan)

Jinan dan sarip pun berpindah ke spot tambak ikan yang berada di kabupaten sebelah.

"Nan, kalau nanti kita di sana pas mancing ketemu kalicek gimana?"

Sarip tiba tiba membahas tentang mahluk bernama kalicek.

Kalicek adalah sosok mahluk gaib di daerah kami, wujud nya berupa manusia kerdil mirip bajang dengan daun telinga lancip dan perut buncit.

Gigi nya berderet berupa taring semua, kalicek ini adalah hantu tambak yang suka sekali memakan jeroan ikan, mereka datang berkelompok dan dalam satu malam bisa menghabiskan banyak ikan. Itu pun cuma jeroan nya saja yang di makan, bangkai ikan nya di gletak kan begitu saja di tepi tambak.

"Halah, mana ada mahluk kauak gitu di jaman sekarang."

"Nanti di tambak kan pasti ada orang jaga di gubuk."

Ucap jinan dengan santai.

Mereka menempuh perjalanan cukup lama untuk menuju ke spot kedua yang berupa tambak tambak ikan yang luas dan banyak.

Tambak tambak tersebut biasanya di gunakan untuk budidaya ikan air tawar seperti lele, ikan mas, ikan nila mujair dan lain lain.

Setelah memarkir motor di tempat aman, jinan dan sarip berjalan di tanggul tambak menuju sebuah gubuk yang berada di tengah tengah.

Mereka bermaksud untuk menemui penjaga tambak yang berada di bangunan gubuk yang terbuat dari papan kayu dan atap rumbia.

Benar saja, dari kejauhan sudah tampak bara rokok yang tak lain adalah si penjaga tambak yang sedang asik merokok di kegelapan malam.

"Permisi pak, kami mau ngrawe gabus di sini. Apakah boleh?"

Ucap jinan meminta ijin kepada si penjaga.

"Iya mas, boleh boleh saja asal jangan mencuri ikan budidaya. Kalau ketahuan nanti bisa saya kasuskan lho."

Kata beliau.

"Ndak kok pak, kami cuma pakai umpan percil. Target nya ikan gabus."

Kata sarip sambil menunjukan karung berisi anakan katak sawah.

"Ow, ya sudah...."

"Silahkan mas, kalau nangkep biawak sekalian saja di bawa."

"Soal nya itu termasuk hama bagi petani tambak."

Kata beliau.

Ternyata bukan hanya sawah atau ladang saja yang di serang hama, tambak ikan juga terdapat hama yang suka menyerang ikan ikan seperti biawak dan ikan gabus.

Ikan gabus bagi petani tambak termasuk ikan hama yang suka memakan ikan ikan budidaya.

Makan nya jinan dan sarip di eprbolehkan ngrawe di sana, itung itung membantu mengurangi hama tambak.

"Kalau kalicek, bapak pernah ndak melihat wujud nya?"

Celetuk sarip kepada beliau.

"Walah, aku ini kerja sebagai penjaga tambak sudah belasan tahun mas, bapak ku dulu juga penjaga tambak."

"Dulu hal hal seperti itu sudah sering aku lihat di sini mas."

Kata bapak bapak setengah baya tersebut.

"Memang sekarang masih ada ya pak?"

Tanya jinan.

"Sekarang sih sudah aman mas, mereka ndak bakal berani ke sini lagi."

Ucap beliau.

Jinan dan sarip mulai memasang umpan dan menaruh tegek bambu mereka di tepi tambak.

Setelah selesai, mereka pun kembali ke gubuk untuk menemui bapak penjaga.

Sekedar memberi sebungkus rokok, kopi dan makanan sambil ngobrol ngobrol.

Dari situ lah jinan dan sarip mendapatkan kisah pengalaman bapak penjaga tambak mengenai sosok sosok hantu tambak.

Sebut saja pak naryo, laki laki paruh baya berusia sekitar 45 tahun yang berprofesi sebagai penjaga tambak ikan, beliau sudah belasan tahun bekerja di sana setelah menggantikan sang bapak yang sudah berpulang.

Sejak muda pak naryo sudah ikut sang ayah menjaga tambak.

Kata beliau, dulu tampat nya sering di ganggu oleh mahluk mahluk tak kasat mata setiap malam.

Mulai dari kuntilanak, genderuwo dan kalicek. Si kerdil pemakan jeroan ikan.

Kalau kuntilanak dan genderuwo, mereka biasanya juga memakan ikan tapi cuma di hisap darah nya dan hanya beberapa ekor saja yang di ambil.

Pak naryo pernah melihat dengan mata kepala nya sendiri hanya memasukan tangan nya ke dalam air, dalam seketika si kunti ini langsung bisa menangkap ikan di tangan.

Berbeda dengan mahluk kalicek yang selalu datang berkoloni dalam jumlah puluhan.

Mereka biasanya datang berbondong bondong dan di awali dengan suara riuh cuitan seperti kicauan burung sawah, dan mahluk ini biasa datang menjelang waktu subuh tiba karena jam jam itu adalah saat saat para penjaga tambak lengah dan ngantuk.

Ayah dari pak naryo yang kesal karena sekali di datangi gerobolan kalicek puluhan ikan langsung mati akhir nya bertirakat.

Beliau berpuasa mutih selama tiga hari tiga malam tanpa tidur, setelah itu setiap malam keliling tambak supaya ketemu dengan mahluk tersebut.

Di hari kelima, persis sekitar jam tiga dini hari. Pak narto yang sedang tertidur di dalam gubuk di bangunkan oleh ayah nya.

Beliau menyuruh pak naryo melumuri tubuh dengan bawang putih yang sudah di balurkan ke sekujur tubuh.

Ayah nya pun demikian, dengan bertelanjang tanpa sehelai pakaian. Ayah pak naryo juga melumuri tubuh nya dengan bawang putih sambil membawa sebilah bambu kuning.

Mahluk bernama kalicek ini mempunyai indera penciuman yang sangat tajam, mereka bisa mencium aroma manusia dari kejauhan melalui hembusan angin.

Bawang putih yang di balurkan tubuh adalah salah satu cara untuk mengelabui penciuman mereka.

Pak naryo di suruh diam di gubuk dan mematikan lampu uplik, tak lama berselang terdengar suara riuh seperti cuitan burung sawah.

Itu adalah pertama kali nya pak naryo melihat gerombolan mahluk kerdil yang berbaris di tepi tambak.

Ayah pak naryo tiarap, sedangkan pak naryo diam di dalam gubuk sambil memperhatikan.

Mahluk mahluk kerdil itu seolah mengawasi sekitar sambil mengendus endus.

"Ora ono uwong...."

(Tidak ada manusia)

"Ora ono ambu ne"

"Tidak ada bau nya)

Ucap nya.

"Byurrrrrr ......"

Mahluk mahluk itu langsung nyebur ke tambak dan mulai memakan jeroan ikan dengan rakus.

Ayah pak naryo mulai merangkak mendekati salah satu mahluk tersebut yang sedang asik makan seekor ikan mentah di mulut nya.

Perlahan lahan mendekati nya sambil memegang sebilah bambu kuning pengapesan yang akan di sabetkan ke salah satu sosok tersebut yang lengah di kegelapan.

Setelah dekat lalu.....

"Beeeeetttttttttt"

Ayah pak naryo berhasil menggebuk mahluk tersebut, dia pun terkapar mengerang kesakitan di tanah.

"Ono uwong, ono uwong ...."

(Ada manusia, ada manusia...)

Suara panik dari mahluk mahluk itu yang langsung berlarian dan menghilang satu persatu di tengah kegelapan.

Naas nya salah satu diantara mereka yang terkena bambu kuning masih mengelepar kesakitan dan tak bisa menghilang.

Pak naryo dan ayah nya menunggu mahluk tersebut yang sedang kesakitan.

Kepala nya plontos, gigi nya bertaring dan perut nya buncit.

Tak lama berselang terdengar kumandang adzan subuh.

Mahluk itu semakin kelojotan seolah sakit dan kepanasan.

Sampai cahaya matahari dari ufuk timur mulai terlihat.

Mahluk tersebut solah terbakar mengering dan oerlahan menjadi abu, ayah pak naryo mengambil gumpalan debu dari mahluk tersebut dan membungkus nya menggunakan kain menjadi 4 bagian, lalu menanam nya di empat penjuru tambak sebagai tolak bala.

Selain terdapat debu dari mahluk kalicek, menurut penuturan pak naryo di tengah tengah tambak itu juga di tanam sebilah bambu patil lele oleh mendiang ayah nya sebagai penangkal gangguan mahluk mahluk gaib dan penangkal wabah penyakit ikan.

Mungkin bambu patil lele kurang populer di banding dengan bambu petuk, tapi menurut pal naryo.

Bambu yang bentuk nya unik dengan dua tunas yang letak nya sejajar di kanan kiri ini juga mempunyai kasiat yang tak kalah hebat dari bambu petuk, dan menemukan nya juga bukan perkara mudah.



Mulustrasi ane nyomot di mbah gugel.


Semenjak tambak tersebut di tanami debu kalicek dan bambu patil lele, menurut pak naryo sampai sekarang tambak yang ia jaga tak pernah mendapat gangguan dari mahluk mahluk tersebut.

Malam itu Sarip dan jinan mendaptkan kisah dari saorang penjaga tambak dan sesekali mengecek rawe yang mereka pasang sampai pagi menjelang, blung tempat ikan yang mereka bawa sampai penuh.

Jinan dan sarip mendapatkan ikan gabus dengan total berat 10 kg lebih, aku dan kentis juga mendaptkan bagian.

Kami masak semur gabus, makan bersama sambil mendengar cerita ulang dari pak naryo.

Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana nasib si tukang setrum ikan setelah sepeda nya di buang jinan ke tengah rawa.

Mungkin dia pulang jalan kaki sambil mengumpat dan sumpah serapah......

Bersambung-
boesly
tsuryanto590563
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup