tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#168
Part 46
"Tono itu siapa Ndhuk?"

Mbah darmo menanyakan nama yang tak asing bagi Rani, sebuah nama yang membuat terkejut seisi rumah lantaran Tono memang pernah memiliki hubungan dekat dengan Rani.

"Jadi dia biang keladi semua ini, kurang ajar....."

Ucap Jinan yang langsung tersulut emosi saat mendengar nama tersebut terucap dari bibir kakek nya.

"Dasar pengecut, berani berani nya dia menyakiti calon istri ku."

Sahut eko yang tampak kesal dan memukul pintu kamar Rani.

Berbeda dengan Jinan dan Eko, Pardi dan Sri hanya menghela napas untuk mencoba menenangkan diri dan beristighfar.

"Sabar Le, tenangkan dulu amarah mu. Kalian belum ada yang menjelaskan perihal siapa sosok bernama tono ini kepada ku."

Kata mbah darmo yang tampak keheranan dengan ekspresi Jinan dan Eko.

Rani merasa shock dan tak percaya, ia menangis di atas tempat tidur nya. Sri pun mencoba menenangkan anak sulung nya yang benar benar terpukul, ia tak menyangka sosok yang dulu begitu dekat dengan nya bisa setega itu melakukan perbuatan di luar akal sehat manusia hanya karena sakit hati.

"Tono adalah lelaki yang dulu pernah menjalin hubungan dekat dengan Rani Mbah, tapi karena terkesan tak ada keseriusan dari nya untuk melaju ke hubungan yang lebih serius jadi Rani memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan nya, dan setelah itu ia dekat dengan Eko yang tak lain adalah teman kerja nya semasa di pabrik dulu."

Pardi pun menjelaskan mengenai siapa sosok tono ysng sudah di terawang oleh mertuanya lantaran Rani masih sesenggukan dan belum mampu untuk menjelaskan langsung kepada kakek nya.

"Biar Jinan hajar saja orang itu Pak, kurang ajar. Berani berani nya ia menyakiti kakak ku!"

Jinan hendak membuat perhitungan dengan tono, sebagai adik wajar lah bila dia mendapati kakak nya di sakiti. Terlebih kakak nya adalah perempuan.

"Kita habisi saja tono malam ini juga Nan, ulah nya benar benar tak bisa di maafkan."

Ucap Eko yang sudah di selimuti emosi.

Mbah Darmo hanya tersenyum kecut melihat tingkah jinan dan eko yang mulai arogan.

"Kalian ini jangan gegabah, bagaimana bisa anak yang bernama tono ini kalian hajar sedangkan tak ada bukti bahwa dia lah yang telah melakukan nya."

Ucapan mbah darmo seketika membuat Jinan dan eko kicep, mereka baru sadar bahwa kiriman yang di tujukan untuk rani tak bisa di buktikan secara nyata. Kalau dengan gegabah menghajar tono maka mereka akan terkena pasal penganiayaan, namun dasar nya jinan yang memang sudah sering terlibat masalah ia malah tetap akan mencari tono malam itu juga untuk memberi pelajaran, untung saja pardi dengan sigap mencegah nya.

"Wes to Le, sabar dulu. Yang penting sekarang mbak mu bisa sembuh dulu."

Ucap parsi seraya menahan anak laki laki nya yang bersiap untuk mencari tono.

Jinan yang semula sudah seperti kesetnan perlahan mulai tenang setelah melihat sang kakak yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

"Sebenarnya aku pernah melihat sesuatu didalam dompet tono mbah dulu saat kita masih bersama."

Tiba tiba rani bercerita mengenai kejanggalan di dalam dompet tono.

Jadi cerita nya dulu rani pernah jalan dan makan di sebuah rumah makan bersmaa tono, nah pada saat hendak membayar di kasir tanpa sengaja ada sebuah benda berupa keris kecil yang terjatuh dari dompet tono. Mungkin itu semacam pusaka pegangan milik nya.

Dari hal itu lah Rani menyimpulkan bahwa tono ini memang sudah sering berhubungan dengan hal hal semacam itu.

Mendengar hal itu mbah darmo berujar bahwa itu adalah pusaka pegangan namun untuk keperlian pekerjaan tono saja, keris tersebut ia gunakan untuk melunakan hati dan pikiran nasabah nasabah nya yang bermasalah.

Setelah suasana mulai kondusif, mbah darmo mencoba untuk kembali bertawasul mencari petunjuk untuk menyembuhkan rani yang masih merasa kesakitan di bagian perut nya.

Sebenarnya penyembuhan Rani tidak lah cepat, menurut penuturan jinan hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama, mereka sempat memeriksakan Rani ke jalur medis. Perut Rani sempat di X ray dan memang terdapat benda nenda tak lazim seperti jarum dan pecahan beling di dalam nya.

Dokter hanya bisa menyarankan untuk segera melakukan operasi pembedahan guna mengeluarkan benda benda tersebut, namun berbeda pendapat dengan tenaga medis. Mbah darmo tidak mengizinkan cucu nya ini di tindak secara medis karena salah salah nyawa rani bisa melayang.

Mbah darmo mencoba berikhtiar mencari sela kelemahan dari kiriman tersebut, beliau sampai bertirakat laku puasa mutih guna mendapatkan solusi terbaik.

Hingga pada akhir nya di dapatlah hati yang pas untuk mengrluarkan kiriman tersebut dari perut rani.

Malam itu tepat tiga hari pasca mbah darmo melakukan mutih dan ngebleng (istilah ritual terakhir dalam puasa mutih di mana si pelaku harus terus terjaga selama sehari semalam sebagai penyempurna tirakat)

Mbah darmo mendekati rani yang sedang terbaring lemah tak berdaya dengan perut nya yang membuncit, beliau seperti merapal doa dan mulai mengasma' rani, perut nya di pegsng dan di usap perlahan seperti sedang memindahkan sesuatu, dalam sekali sentakan mbah dsrmo seolah menarik dan menggenggam sesuatu di dalam tangan nya dari permukaan perut rani lantan bergegas berjalan keluar menuju pohon pepaya di depan rumah pardi, beliau melemparkan sesuatu di dalam genggaman tsngan nya ke arah buah pepaya yang ada di teras rumah, sekilas terlihat percikan api yang langsung sirna dalam sekejap mata.

Di lanjutkan dengan mbah darmo yang seolah memagari sekeliling hon pepaya tersebut denganenggunakan air putih di dalam kendi.

Benar saja, perut mbak rani yang awal nya membuncit perlahan mulai kempes dan kembai seperti semula.

"Sebelum matahari terbit, pohon pepaya itu harus sudah kamu tebang."

"Tapi kamu ambil satu buah pepaya yang tampak layu, warna dan bentuk nya berbeda dengan buah pepaya yang lain di pohon tersebut."

Ucap mbah darmo kepada pardi.

"Baik Pak, nanti setelah subuh aku akan langsung menebang pohon itu."

Ucap pardi kepada mertua nya.

"Kamu sudah merasa enakan ndhuk?"

Tanya mbah darmo kepada Rani yang sedang di pijit oleh mbah uti.

Ia mengagguk....

"Iya Mbah, perut ku sekarsng sudah tsk terasa sakit lagi."

Kata rani.

"Syukurlah kalau begitu...."

Ucap mbah darmo.

"Lalu pepaya itu mau di apakan Mbah?"
Tanya jinan yang penasaran.

"Iya Mbah, apa ndak kita kembalikan saja kepada si pengirim nya?"

Timpal Eko kepada mbah darmo.

"Nah, buah pepaya yang berbeda itu nanti kalian bawa dan tunjuk kan kepada Tono, dia pasti tak akan berkilah lagi."

Ucap mbah darmo.

"Kok bisa begitu mbah?"
Tanya jinan.

"Dia pasti tau kalau kiriman yang di tujukan kepada Rani nerada di dalam buah tersebut."

"Kalian lemparkan saja buah itu kepada nya, kalau memang dia yang mengirim pasti kiriman nya akan berbalik menyerang diri nya."

Kata mbah darmo.

Jinan dan eko mengangguk karena mulai mengerti seperti apa konsep benda kiriman dari tono tersebut.

Malam itu mbah darmo, mbah uti dan Eko menginap di kediaman pardi untuk berjaga jaga siapa tau ada kiriman lagi dari pihak tono. Sekalian bersiap untuk menebang pohon pepaya di depan rumah, pardi sudah menyiapkan sebulah golok untuk mengeksekusi nya habis subuh.

Semalaman mereka berjaga di depan rumah sekalian menunggu subuh tiba, hingga akhirnya waktu yang di tunggu tunggu itu pun tiba.

Selepas berjamaah, pardi, jinan Eko dan mbah darmo mulai mengerumuni pohon pepaya tersebut.

Mbah darmo mengawali nya dengan merapal doa sembari mengusap batang pohon pepaya itu lalu sekali tebas batang pohon yang tak terlwlu keras itu pun langsung putus oleh golok di tangan beliau, sekeketika pohon tersebut tumbang.

Pardi, jinan dan eko langsung mencari satu buah pepaya yang masih mentah dan berwarna pucat layu sendiri seperti ucapan mbah darmo semalam.

Eko menyorot buah buah tersebut menggunakan lampu senter dan ketemu.

Pardi pun menngambil buah tersebut lalu membungkus nya dengan sobekan kain jarik seperti seorang bayi.

"Alhamdulillah...."

"InshaAllah sekarang semua sudah beres."

Ucap syukur dari bibirbah darmo setelah selesai menebang pohon tersebut.

Jinan memotong motong batsng pepaya tersebut lalu membakar nyaenggunakan minyak tanah dan dedaunan kering.

Setelah matahari terbit, jinan dan Eko yang sudah geram langsung berpamitan untuk mencegat Tono di jalan dimana ia biasa lewat saat hendak berangkat kerja.

Cukup lama mereka menunggu tono lewat di pengkolan hingga akhir nya yangdi tunggu tunggu datang juga.

Tampak sebuah motor tiger ysng di kendarai tono terlihat dari kejauhan, penglolan jalan itu memang masih sepi karena berada di tengah persawahan.

Alangkah terkejut nya tono ketika mendapati dua laki laki yang ia kenal sedang menunggu nya di depan, tono terlihat gelapan. Ia terlihat memelankan laju motor yang ia kendarai, hendak memacu sekencsng mungkin juga tak bisa karena motor eko sudah di hadang kan di tengah jalan.

Jarak 5 meter tono terdiam di atas motor nya dengan raut muka panik.

"Heh pengecut, berani berani nya kamu menyakiti Calon istri ku!"

Ucap eko yang sudah geram.

"Maksud mu apa, jangan asal tuduh sembarangan ya...."

"Mana bukti nya?"

"Tono berkilah.

Tanpa basa basi Jinanengelurkan sebuah bungkusan jarik kepada Tono, sontak saja ia langsung melotot lantaran panik sudah ketahuan.

Tono langsung memutar motor nya untuk kabur, namun Jinan langsung melemparkan buah pepaya layu di tangan nya ke arah laki laki itu,

Tono berhasil menghindar, namun buah pepaya yang di lemparkan jinan setelah jarik pembungkus nya di buka mengenai paha kaki tono.

"Prakkkkkk"

Buah pepaya yang masih mentah berwarna hijau layu tersebut langsung mlenyok (bahasa lain dari ambyar)
Seperti plastik berisi air ysnf pecah.

Pepaya itu seketika langsung hancur brerantakan mengeluarkan cairan berwarna hitam berasap dan berbau busuk, tampak celana yang tono kenakan sudah kotor terkena cipratan.


"Ahhhhhh....."

"Panasssss....."

Tono berteriak kepanasan sambil memegangi paha nya.

"Sudah nan, ayo kita pergi dari sini sebelum ketahuan pengguna jalan lain."

Ajak eko kepada jinan untuk segera pergi.

"Tapi mas, ndsk kita hajar dulu si baik itu?"

Kata jinan dengan nada kesal.

"Ndak perlu, dia sudah dapat balasan yang setimpal. Moga aja kitiman nya berbalik nyerang diri nya sendiri."

Ucap eko sambil menyetarter motor nya, jinan pun berpaksa mengikuti ajakan calon kakak ipar nya dan berlalu begitu saja meninggalkan tono ysng kesakitan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, pardi sekeluarga mendapatkan tamu tak terduga.

Sebuah rombongsn satu mobil carry tiba tiba datang untuk bertamu, rupa nya mereka adalah orang tua dan keluarga dari Tono.

Mereka datang untuk mengucapkan permintaan maaf atas ulah Tono kepada Rani.

Tono tak bisa ikut datang mengucapkan permintaan maaf langsung karena paha kaki nya membengkak dan membusuk.

Itu adalah akibat dari ulah nya sendiri, siapa yang menabur maka dia lah yang akan menuai.

Pihak keluarga tono datang meminta maaf dengan maksud supaya dapat meringankan penyakit nya.

Pihak keluarga Rani sebenar nya sudah memaafkan nya, namun menurut kabar yang jinan dapat. Tono akhir nya tewas secara perlahan karena paha nya yang membusuk perlahan menjalar dan menggerogoti organ organ vital di dalam tubuh nya. Medis menyatakan bahwa luka tono sudah menginveksi ke seluruh tubuh.

Itu lah akhir hidup tono si penabur bencana......


Janur kuning melengkung merumbai jadi penghias halaman rumah Pardi. Setelah rani pulih dari sakit nya, akhir nya Eko pun mempersunting nya.

Tenda hajatan sudah di pasang di sana, Malam itu adalah malam terakhir Rani melajang karen keesokan hari nya ia sah menjadi istri Eko.

Jinan dan teman teman nya beserta tetangga kumpul kumpul untuk begadang, acara khas juka ada warga yang akan mantu besar di daerah perkampungan, sekedar ngopi, ngobrol, main gaple sambil di iringi musik dangdut dari sound system.

Emasang dekor juga tampak sibuk mendesain tempat pelaminan pernikahan.

Di belakang rumah, para perempuan tampak sibuk menyiapkan hidangan dan seserahan seperti Gemblong, ketan salak, wajik dan penganan khas hajatan lain nya untuk tamu undangan dan seserahan besan yang akan datang besok.

Malam semakin larut, ibu ibu yang rewang pun berpamitan untuk pulang.

Tersisa para pemuda dan bapak bapak yang begadang di depan di temani jinan pardi dan mbah darmo beserta saudara yang menginap.

Mbah darmo duduk sendirian di salah satu sudut teras sambil mengisap tokok kretek di tangan nya.

Beliau tampak sedang memperhatikan sesuatu dari pinggir rumah, dan tiba tiba mbah darmo berjalan tergesa gesa menuju dapur pardi.

"Astagfirullah....."

Pekik mbah darmo yang terkejut karena melihat sosok tinggi besar berwarna hitam, sekujur tubuh nya penuh dengan bulu lebat dengan taring dan mata lebar berwarna merah bersinar menyeringai ke arah nya.

Mahluk itu berdiri mengangkang di atas nampan nampan panganan yang akan di jadikan seserahan untuk besan.

"Dasar mahluk kursng ajarrrr...."

"Minggat kamu dari sini!!!!"

Teriak mbah darmo dengan lantang tanpa gentar.

Mahluk tinggi besar itu kembali menyeringai ke arah nya,

"Pletokkkk...."

Tiba tiba sebuah benda lembek menjijikan keluar dari kedua selangkangan mahluk tersebut.

Rupa nya sosok tersebut berak dan kotoran nya menimpa ke sebuah nampan berisi gemblong, penganan yang terbuat dari beras ketan.

Bau busuk langsung menyetuak di dapur, mbah darmo yang semakin geram terhadap ulah nya langsung menghampiri namun mahluk itu langsung berlalu bagai angin dan menghilang.


Teriakan mbah darmo di dengsr oleh pardi dan jinan, mereka menyusul beliau ke dapur.

"Ada apa mbah kok teriak teriak?"
Tanya jinan.

"Genderuwo usil le...."

"Kui gemblong e di jupuk wae, buang ke sungai."

Suruh mbah darmo kepada jinan.

"Genderuwo mbah?????"

Tanya jinan.

Mbah darmo mengangguk.

"Hiiiii, terus kenapa gemblong nya di buang?"

Tanya jinan lagi

"Gemblong nya sudah di berak i sama si wowo tadi."

Jawab mbah darmo.

"Ya Allah gusti, kurang ajar betul mahluk itu."

Sahut pardi.

"Biar kan saja, mahluk itu memang usil, dia tinggal nya di pohon sukun dekat pos kamling."

Kata mbah darmo.

"Owalah....."

"Pantesan mbah....."

"Kui to yang di bilang suami nya Mbah Ripah????"

Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 09-04-2023 07:25
bejo.gathel
erman123
belajararif
belajararif dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup