tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#151
Part 42
"mar, umar ....."

"Kamu ngapain di sana, ayo sini gabung sama kita."

Jinan mencoba memanggil umar yang tiba tiba saja marah marah dan bilang kalau ia sedang di omongin di belakang.

Umar hanya terdiam, beberapa saat kemudian ia pergi menggunakan motor bapak nya ntah kemana.

"Tuh kan, kalian lihat sendiri batapa aneh nya teman kita sekarang...."

Kata ocid yang mencoba untuk menegaskan peilaku aneh umar.

Malam itu mereka ngobrol di warkop sampai sekitar jam satu dini hari.

Warkop tempat mereka ningkrong terbuat dari bilik bambu dan atap anyaman daun blarak (daun kelapa)

Depan nya terdapat kursi panjang dan dua pintu di kedua sisi nya.

Malam sudah sangat larut, jinan pun mengantarkan Sarip yang masih luka luka akibat kejadian ri rumah kosong dengan mahluk tinggi besar penghuni sana.

Kang Paijo, sebut saja begitu. Dia adalah sang pemilik warung kopi tersebut.

Warung milik nya berada di halaman depan rumah nya, setelah pembeli yang nongkrong sudah membayar dan pulang, ia duduk sejenak sekedar menghitung uang hasil jualan malam itu.

"Lumayan...."

Kata nya sambil kipas kipas uang kertas yang ia pegang.

Saat hendak menutup kedua pintu warung nya, tiba tiba ia melihat ke arah hendela persis di tengah tengah dua pintu depan warung ada orang yang masih duduk m mbelakangi nya.

Pundak nya lumayan lebar dengan rambut gondrong dan kaku.

"Siapa itu yang masih nongkrong di depan."
Gumam nya.

Kang paijo pun bangun dari duduk nya sambil memegang sarung yang ia pakai seperti rompi, perlahan berjalan menuju ke pintu sebelah kiri dan menamati secara seksama siapa gerangan.

Orang itu bertubuh besar tapi masih dalam taraf normal nya manusia,

Rambut nya kok gondrong,

Pas kang paijo melihat wajah nya dsri samping,

Itu orang ternyata bertaring panjang dan kedua bila mata nya menyala merah seperti lampu, kang paijo terdiam dan sempat saling kontak mata.

Tubuh nya gemetaran dan mulai menggigil, mulut nya benar benar tercekat dan tak mampu berkata kata.

Walau takut, tapi dia tak sampai pingsan. Mahluk itu tiba tiba membesar kepala nya sampai menembus atap warung dan menghilang begitu saja.

Kang paijo baru bisa bergerak, ia merambat melalui dinding bilik dan ngasir masuk ke dalam rumah.

Ia hanya mematikan lampu warung dan meninggalkan nya begitu saja saking takut nya.

Keesokan hari nya kang paijo mriang sambil menempel koyo cabe di kedua pelipis kepala.

"Apes apes, siapa sih yang membawa balak ke warung ku semalam....."

(Siapa lagi kalau bukan sarip)

Suara bising lalu lalang kendaraan yang hilir mudik di depan sebuah sekolah aliyah di jam jam makan siang di tambah riuh nya bubaran para siswa yang berseragam batik di padukan dengan celana panjang berwarna putih semakin membuat padat area sekitar.

Umar mengayuh sepeda federal nya keluar dari gerbang sekolah, menerobos debu jalanan untuk segera pulang ke rumah.

Belum lama ini ia memang lebih introvert dengan teman teman sebaya nya, bahkan dengan Ocid yang merupakan sejawat nya sejak masih piyik dan tinggal di kampung yang sama pun kini ia lebih terkesan menutup diri.

Padahal dulu mereka sudah seperti sejoli yang selalu bersama dalam hal apa pun, namun semenjak Umar terobsesi dengan olah kanuragan dan tergabung dalam sebuah padepokan kini sikap Umar benar benar berubah drastis.

Ia lebih sering menyendiri dan menjadi sosok pendiam, umar juga sering berpuasa ntah dalam rangka apa.

Siang itu umar sudah sampai di rumah nya, ua menaruh sepeda nya di samping rumah.

Sebuah rumah sederhana dengan halaman depan kecil yang di tanami warna warni bunga asoka, bunga yang tergabung dalam family fabaceae dengan kuntum bunga khas bergerombol membentuk bulatan. Bila masih kuncup bunga ini bentuknya seperti tombak, dulu saat masih kecil pasti ada yang pernah memetik bunga ini dan mengisap nektar atau sari madu yang terdapat di dalam nya.

Daerah sekitaran rumah Umar memang warga nya hobi menanam bunga, seperti tetangga sebelah rumah nya yang bernama bu nuning, di depan rumah beliau banyak tanaman bunga seperti mawar, kenanga melati dan anturium yangselalu di rawat.

Janda beranak dua dengan rambut pendek khas nya ini memang suka sekali menyibuk kan diri merawat tanaman du halaman rumah semenjak suami nya gugur dalam misi membrantas sisa sisa gerakan fretilin di daerah timor timur.

Beliau bukan lah janda kembang, kedua anak nya audah mentas dari perguruan tinggi dan si sulung juga sudah membina rumah tangga bersama sang istri.

Sedangkan di depan rumah Umar tinggal sebuah keluarga non muslim yang taat, nama kepala keluarga nya adalah Pak Petrus.

Beliau adalah seorang pendeta di sebuah gereja, pak petrus tinggal bersama istri yang berprofesi sebagai perawat dan seorang anak perempuan nya yang masih kuliah.

Mereka terkenal sangat ramah dan terbuka dengan siapa saja.

Umar berjalan masuk ke dalam rumah, ia tak menghiraukan ketika di ruang tamu ada sang ibu yang sedang menjahit pakaian.

Ibu nya umar memang seorang penjahit pakaian, sedangkan sang bapak bekerja sebagai penjual kerupuk keliling.

Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang sudah menikah dan ukut bersama suami nya.

"Umang sudah pulang tah...."

Ucap sang ibu saat melihat anak laki laki nya pulang. Umang adalah panggilan kesayangan orang tua nya sejak kecil.
Namun tak seperti biasa nya siang itu umar asal nyelonong saja tanpa mengucap salam.
Hal itu membuat sang ibu merasa keheranan, "ah, mungkin dia sedang kecapek an...."

Batin ibu nya sambil terus menginjak pedal mesin jahit nya.

"Mang, kalau mau makan itu di dapur sudah siap semua."

"Tadi ibuk masak pepes ikan wader sama sayur bayam."

Teriak beliau untuk sekedar memberitahukan menu makan siang hari itu kepada anak nya, sayang nya lagi lagi umar tak menyahut nya.

"Si umang kenapa ya..."

"Apa dia sudah tertidur."

Batin ibu nya lagi.

Umar adalah pemuda berperawakan kurus dan postur nya lumayan tinggi, kulit nya putih bersih dengan rambut belah tengah, dia juga termasuk anak yang cerdas. Meski saat di SMP ia sering berbuat onar dengan Jinan yang lain, tapi umar selalu mendapatkan rangking paling tidak masuk 3 besar.
Selain itu umar ini anak yang religius, ia rajin sekali berjamaah di masjid.

"Biar lah ia beristirahat, nanti setelah bangun juga pasti merasa lapar."

"Apa lagi semalam umang pulang larut kata nya ikut latihan silat."

Gumam ibu nya yang sedang sebdirian di ruang tamu.


Sejak siang sampai sore menjelang umar masih di dalam kamar, Ibu nya sedang berada di jamar mandi untuk mengambil wudhu.

"Cklekkkk...."

Terdengar suara pintu kamar terbuka, akhir nya umar keluar dari kamar nya.
Ia berjalan keluar bersamaan dengan kedatangan sang bapak yang sedang memarkirkan sepeda motor di teras. Beliau baru saja pulang berjualan kerupuk, terlihat plastik besar berisi kepingan berwarna putih yang masih terikat di atas motor tinggal sedikit.

Umar keluar tanpa memakai alas kaki dan bertelanjang dada dengan tatapan kosong.

"Umang, kamu mau kemana mblonder (telanjang dada) gitu?"

Sama seperti ibu nya, lagi lagi Umar tak menghiraukan pertanyaan yang di lontarkan oleh sang ayah.

Karena merasa tak ada yang aneh, bapak nya menurunkan keruput dagangan nya dari motor dan membawa bya masuk.

Sedangkan umar yang awal nya memasang tstaan kosong, tiba tiba sorot matanya nyalang.

Liar kesana kemari seolah sedang mencari sesuatu.

Dia berjalan menuju ke halaman depan rumah Bu Nuning yang berada di sebelah rumah nya, Umar menghampiri pohon kenanga yang tinggi nya sekitar dua meteran dan sedang berbunga banyak.

Bu Nuning yang aedang berada di ruang tamu rumah nya langsung memperhatikan tingkah umar ysng bertelanjang dada dan mengendus endus bunga kenanga di depan rumah nya.

Hingga umar mulai memetik bunga jenanga yang tampak sudah mulai menguning.

"Apa umar mau nyekar ke makam kakek nya ya, ini kan hati kamis...."

Gumam bu Nuning sendirian.

" Tapi biasanya kan Umar selalu ijin dulu kalau mau ngambil bunga untuk nyekar."

Memang semua tetangga di situ selalu meminta bunga kepada bu nuning seriap kali mau nyekar ke makam, tak terkecuali keluarga umar.

Saat Bu nuning hendak keluar dan menemui Umar, tiba tiba terdengar suara geraman.....

"Herrrrrrhhhhhmmmmmm....."

Mata umar melotot dengan mulut menyeringai bagai harimau sembari mengunyah bunga kenanga.

Hal itu membuat bu nuning bergidik, beliau mengurungkan niat nya untuk menemui umar. Karena sendirian nyali nya menciut dan merasa takut.

Cukup lama umar memakan bunga kenanga di sana seperti orang yang kerasukan.

Bu nuning akhir nya memberanikan diri untuk keluar melalui pintu samping yang bisa tembus ke dapur rumah umar.

Beliau mengetuk pintu dapur rumah umar dan langsung di buka kan oleh ibu nya.

"Lho yu nunung, ada apa?"

Sapa ibu nya umar saat membuka pintu dapur rumah nya.

"Iya , yu...."

Sahut nya

"Anu, itu aku sejak tadi memperlihatkan anak lanang mu si Umar kok tiba tiba di depan rumah ku ndak pake baju."

"Dia kok kelihatan aneh....."

"Aneh bagaimana yu?"

Tanya Ibu nya

"Masak Umar makan bunga kenanga sambil menggeram. Aku jadi takut yu."

Jawab bu nuningsambil mergidik ngeri.

"Ya Allah gusti, umar anak ku kenapa ya yu...."

Yu Nuning geleng geleng,

"Pak, bapak...."

Ibu nya mulai khawatir dan memanggil suami nya yang sedang menghitung uang hasil jualan kerupuk hari itu.


"Iya buk, ada apa to kok teriak teriak?"

"Eh lho ada Yu nuning juga tah...."

Kata bapak nya umar saat menghampiri istri nya di dapur.

"Ada apa ini kok ibuk sampai teriak teriak?"
Tanya bapak nya umar.

"Itu lho pak, Umar sekarang sedang ada di depan rumah ku. Kelakuan nya aneh banget."

Jawab bu Nuning.

"Aneh bagaimana yu?"

"Umar seperti orang kesurupan pak, dia makan kembang di halaman depan rumah yu nuning sambil nggereng nggereng kata nya."

Sahut sang istri dengan nada khawatir.

"Cepat pak, samperin Umar takut kalau ia kenapa kenapa."

Tambah ibu nya

"Iya pak, soal nya cukup lama juga umar berada di sana tadi."

Imbuh bu nuning.

Bapak, ibu dan yu Nuning pun bersama sama mengahmpiri umar.

"Astagfirullah...."

"Kamu kenapa le...."

"Ya Allah umang...."

Mereka semua kaget bukan kepalang saat mendapati anak laki laki nya bertelanjang dada sambil mengganyah bunga kenanga dengan lahap dan rakus, tak hanya bunga saja.

Tapi daun nya juga ia kunyah kunyah di dalam mulut umar.

Bapak nya mendekat perlahan,

"Le, kamu kenapa?"

Tanya pardi perlahan namun umar tak menggubris nya sambil terus mengunyah bunga dan menggeram ia cuek tak mau menoleh.

"Plekkkk"

"Lee....."

Bapak nya menyentuh pundak umar dan....

"Srettttttttt....."

Tangan beliau langsung di pengang oleh umar dan seketika itu juga di tarik
Ke atas lalu membanting nya ke tanah hanya menggunakan tangan kiri nya saja.

"Ya Allah pak....."

Umang, sing eling nak."

"Itu kan bapak mu, sadar nak...."

Ibu nya berteriak histeris m lihat hal tersebut.

"Umar, sadar mar...."

Bu nuning juga mencoba untuk berbicara dengan umar.

"Aduuuuuhhhhh, aaaaawwww....."

Bapak nya yang sudah terkapar di tanah mengerang kesakitan.

"Buk, yu...."

"Kalian jangan dekat dekat sama umar, itu bukan dia."

"Umar sedang kesurupan...."

Belum selesai bicara tiba tiba umar berlari menerjang yu nuning dan ibu nya.

"Aaaaaahhhhhh......"

"Umang, aku ibu mu nak."

"Sleeeeepp....."

Tangan umar ada yang memegangi, nyaris saja....

Sepersekian detik saja telat, kuku kuku tangan umar pasti bisa mencakar wajah ibu nya dan yu nuning.


Rupa nya yang berlari dan memegang tangan umar adalah Pak Petrus.

"Mas umar, sadar mas....."

Ucap pastur tersebut sambil menahan tangan umar dan di tangan lain memegang benda berbentuk gelang, mungkin itu yang di bamakan tasbih rosario. ( Jinan pas cerita bilangnya seperti tasbih gitu)

Umar hanya menggeram sambil menyeringai kepada beliau seolah tak suka.

"Siapa kamu, cepat keluar dan bla bla bla bla...."
(Ucapan khas seorang pendeta)

"Herrrrrmmmmmmmhhhh....."

Umar hanya menggeram lagi.

Bapak nya umar perlahan bangkit sambil menahan pergelangan tangan nya. Seperti nya kesleo setelah di banting anak nya.

"Seperti nya umar memang sedang kerasukan pak bu...."

"Biar saya bawa masuk ke rumah saja, kalau di sini nanti malah jadi tontonan warga dan gempar."

"Iya pak petrus, tolong selamatkan anak saya...."

Kata bapak nya.

"Akan saya bantu sebisa dan semaksinal mungkin...."

Ucap pendeta berkepala botak berusia kira kira 50 tahun an.

"Tapi ndak apa apa kab kalau saya bantu dengan menggunakan keyakinan yang saya anut?"

Dalam keadaan genting beliau tetap meminta ujin terlebih dahulu kepada orang tua umar yang memang orang muslim.

"Ndak apa apa pak, keadaan nya sedang genting ini. Tolong pak...."

"Mah, tolong ambil kan alktab ku di lemari kamar."

Pak petrus meminta istri nya yang ikut menyaksikan kejadian tsb untuk mengambilkan al kitab di lemari kamar beliau.

Pak petrus merangkul pundak umar supaya tidak berontak dan membawa nya ke rumah, namun karena sungkan. Ibu nya umar meminta supaya anak nya di tangani di rumah nya saja.

Umar kembali ngamuk di dalam kamar nya sambil teriak teriak.

"Aku suka tubuh anak ini...."

Teriak nya kepada pak petrus di dalam kamar.

"Kau kemanakan umar?"

Tanya beliau,

"Anak ini sudah tersesat, aku tahan dia di dunia ku...."

Kata mahluk yang merasuki umar.

"Tolong kembalikan anak tersebut, kasihan dia...."

Pinta pak petrus dengan suara tenang.

Sayang nya mahluk itu memang tak bisa di ajak bernegosiasi, beliau pun mengeluarkan nya dengan keyakinan yang di anut.

Sejak sore sampai jam sembilan malam mahluk tersebut masih belum bisa di keluarkan.

Nah saat itulah warga mulai heboh, dan ocid yang tinggal tak jauh dari rumah umar pun ikut datang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dengan umar.

Tetangga nya menonton melalui kaca jendela kamar umar.

Berbagai upaya telah di lakukan oleh pak petrus sampai pada akhir nya umar berhasil di sadarkan.

Ocid yang berada di situ pun menjadi informan utama mengenai umar yang ikut gabung ke sebuah padepokan.

Umar ternyata terlalu obsesi dan tidak menjalankan tahap tahap latihan sesuai pakem nya, itu lah mengapa dia mudah di hasut dan di perdaya oleh mahluk mahluk usil tersebut.

Pak petrus juga pernah memergoki umar pada saat malam malam ia berjalan sambil menggendong sosok wanita (kuntilanak) di punggung nya yang hendak di bawa masuk ke rumah.

Namun lantaran ketauan oleh pak petrus, umar menaruh wanita itu di pohon sawo tepi gang rumah nya.

Semenjak kejadian tersebut, umar memang masih sering ngomong sendiri, dan bebapa kali kesurupan.

Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat itu sebuah toleransi benar benar di perlukan supaya kedamaian dan kenyamanan dalam lingkungan sekitar bisa berjalan dengan harmonis.

Hingga pihak keluarga memutuskan untuk membawa nya ke luar kota untuk mengikuti terapi, berobat lah. supaya dia benar benar bersih dari segala pemicu gangguan yang menghampiri nya

Ane tau betul siapa si umar ini, pernah beberapa kali ketemu saat main ke rumah jinan.

Sekarang dia memang orang nya agak "aneh" gitu.....

Tapi di balik semua itu, yang jelas umar sudah sukses dalam hal pekerjaan dan berumah tangga.

Umar sekarang tinggal di luar kota bersama keluarga kecil nya.

Bersambung-
cos44rm
boesly
belajararif
belajararif dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup