tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#147
Part 41
"Mbah tolong, mbah......."

Dengan tergesa gesa dan napas tersengal sengal Jinan berteriak teriak saat baru saja tiba di depan rumah kakek nya.

Tanpa mematikan mesin motor milik Sarip yang ia kendarai, jinan langsung berlari menyongsong pintu rumah lantas mengetuk nya bertubi tubi.

"Cklekkkk...."

Suara gagang pintu yang di buka dari dalam.

"Ada apa le....."

"Kok kamu panik begini?"

Tanya laki laki berusia 70 tahun tersebut kepada cucu nya yang berdiri sambil grusa grusu, pandangan mata nya tak bisa fokus. Jinan seringkali melihat ke berbagai arah seperti orang yang sedang shock.

"Anu mbah...."

"Sarippp, si sarip sedang dalam bahaya."

Dengan terbata bata jinan mencoba menjelaskan kejadian yang sedang menimpa sahabat nya kepada mbah darmo.

"Sarip kenapa le?"

"Bahaya apa?"

Cecar sang kakek yang masih berada di depan pintu.

"Sarip tiba tiba terkapar tak berdaya mbah, kedua tangan dan kaki nya telentang di lantai dengan mata melotot, mulut nya menganga."

Ucapan jinan tiba tiba saja menjadi lancar namun dengan intonasi yang berantakan.

Mbah darmo masih terdiam menyelami maksud ucapan dari cucu nya tersebut.

"Duduk dulu le, tenangkan dulu diri mu...."

"Keadaan nya sedang genting mbah, nyawa sarip sedang dalam bahaya sekarang."

"Ayo mbah, kita tolongin dia sebelum terlambat."

Jinan benar benar tak bisa tenang mengingat di tempat lain teman baik nya yang sedang tidak baik baik saja.

"Yo wis, sekarang dimana si sarip?"

Tanya mbah darmo kepada jinan.

"Dia sekarang ada di dalam rumah kosong dekat pengkolan jalan desa mbah...."

"Ayo mbah, sekarang juga kita kesana."

Mendengar bahwa sarip sedang berada di rumah tersebut, mbah darmo langsung terkejut.

"Ngapain kalian main main di rumah kosong yang sudah bertahun tahun tak di tinggali?"

Jinan tercekat saat mbah darmo menanyakan hal itu.

"Sembrono kalian ini...."

Tambah beliau.

Mbah darmo tahu betul kalau tempat itu memang sudah tak pernah di jamah orang sejak terakhir kali sebuah keluarga yang menghuni tempat tersebut semua nya nya tewas di tangan perampok secara mengenaskan.

Selain itu, rumah tersebut juga pernah di gunakan untuk mengakhiri hidup seorang pemuda yang sakit hati lantaran di tinggal menikah oleh kekasih nya, pemuda tersebut di temukan sudah tergantung tak bernyawa menggunakan seutas tali di dalam sana.

"Kalian sudah berbuat apa di sana?"
Tanya mbah darmo lagi kepada jinan.

Sontak saja jinan langsung terdiam dengan pandangan menunduk. (Mereka ndak berbuat mesum di sana lho)

"Kami tadi nepi di sana mbah, iseng iseng nyari nomor buntut."

Jawab nya lirih seolah ua menyesal telah melakukan tindakan bodoh semacam itu.

"Ya Allah le...."

"Kamu ini benar benar sudah keblinger."

Mbah darmo geleng geleng kepala mendengar kelakuan konyol cucu nya.

"Kamu tau ndak kalau rumah itu adalah tempat wingit dan jarang di jamah manusia, lagian buat apa sih kamu nyari nyari nomor, buat apa???"

"Apa uang saku mu kurang?"
Tanya mbah darmo.

"Ndak kok mbah, aku cuma iseng saja...."

Sahut jinan yang tertunduk lesu.

"Yo wis, ayo kita kesana...."

"Kasihan sarip kalau kelamaan di tahan di sana."

Mbah darmo bangkit dari duduk nya dan mengajak jinan untuk menolong sarip.

"Lho mbah, kok sudah mau pergi?"

"Kalian mau kemana?"
Tanya mbah uti yang baru saja keluar membawa segelas air putih untuk cucu nya.

"Ini lho, cucu mu bikin ulah lagi...."

Sahut mbah darmo singkat.

"Kamu ini kenapa lagi to le...."

"Ndak ada kapok nya, ini di minum dulu...."

Mbah uti mengusap kepala cucu nya sembari memberikan segelas air yang langsung jinan teguk hingga tak bersisa.

"Anak anak jaman sekarang memang ngawur, ayo le...."

"Mbah, kami pergi dulu ya."

Mbah dsrmo berpamitan kepada mbah uti untuk pergi menolong sarip bersama jinan.

"Iya mbah, hati hati...."

Sahut mbah uti.

"Ingat le, ndak ada sejarah nya pemain judi itu bisa kaya."

"Kalau kamu pengen dapat uang ya kerja, bukan nya malah minta minta ke tempat seperti itu."

Sepanjang perjalanan jinan mendapatkan siraman rohani dari kakek nya, dia hanya bisa terdiam dan mengangguk.

"Berhenti dulu le...."

Mbah darmo memunta jinan untuk berhenti di bahu jalan yang terdapat beberapa pohon kelor yang berjajar.

Beliau turun dari motor dan memetik setangkai dahan kelor yang tak terlalu tinggi lantas kembali membonceng jinan.

"Ayo jalan lagi le...."
Ujar beliau.

"Itu buat apa mbah?"
Tanya jinan yang penasaran.

"Sudah, jangan banyak tanya dulu. Nanti juga kamu tau sendiri...."

Sahut mbah darmo.

Setelah itu tiba lah mereka di depan rumah kosong dimana sarip sedang di sekap di dalam nya.

Mbah darmo dan jinan berjalan menuju intu rumah tersebut sambil menyibak rumput ilalang yang sudah tumbuh rimbun di sekeliling nya.

Di mana si sarip berada le?"
Tanya mbah darmo kepada jinan yang berjalan di belakang nya.

"Itu mbah, sarip ada di dalam ruang tamu depan."

Tunjuk jinan ke pintu rumah tersebut kepada mbah darmo.

Mereka mendekati pintu depan yang sudah usang dan tampak terbuka setengah.

"Astagfirullah...."

Secara spontan mbah darmo mengucap istigfar ketika mendapati tubuh sarip yang masih telentang di lantai yang sekeliling nya sudah berantakan.

"Mbah, ayo kita tolong sarip...."

Ucap jinan sambil berlindung di balik punggung mbah darmo.

"Jangan dulu le, kamu jangan mendekat. Bahaya...."

Mbah darmo melarang jinan untuk mendekati tubuh sarip.

"Kamu diam saja di belakang ku."
Tambah beliau.

Mbqh darmo seperti sedang berkomunikasi tapi ntah dengan siapa, pandangan beliau tertuju ke arah atas seolah sedang berbicara dengan mahluk tunggi besar.

Suasana gelap dan mencekam membuat bulu kuduk junan meremang.

"Itu cucu ku, cepat lepaskan dia ...."

Terdengar suara Mbah darmo yang sedang membentak.

Karena negosiasi berjalan alot, mbah darmo perlahan mendekati tubuh sarip. Bibirnya komat kamit seperti membaca sesuatu dan sejurus kemudian beliau mengibaskan tangkai kelor yang di bawa ke sekujur tubuh sarip.

"Hoaaaahahahahahahaha...."

Terdengar suara tertawa dengan kencang dan mengerikan dari arah salah satu kamar.
Setelah di kibas menggunakan batsng daun kelor perlahan tubuh jinan mulai bergerak.

"Rip, sarip kamu ndak apa apa?"
Tanya jinan saat membantu nya bangun dari lantai.

Pandangan sarip masih kosong, dia memegang kepala nya mungkin merasa pusing.

"Nan, aku kenapa ini?"
Sarip bertanya kepada jinan sambil mengingat kejadian yang menimpa diri nya.

"Kamu...."

"Sudah le, ayo kita keluar dulu dari sini."

"Nanti saja penjelasan nya kalau sarip sudah membaik."

Ucap mbah darmo sambil membantu memapah sarip yang tubuh nya masih lemas dan compang camping seperti habis di bantik ke lantai.

Lutut kaki dn siku tangan nya baret baret berdarah, mungkin terluka oleh pecahan keramik.

Jinan dan mbah darmo mengantarkan sarip pulang kerumah nya ,beliau juga menjelaskan kronologi sesungguhnya kepada orang tua sarip supaya mereka tidak khawatir.

Semenjak kejadian itu sarip beberpa hari sakit mriang, panas dingin dan trauma.

Karena memang dasar nya si sarip yang tak kerasan di rumah, dalam kondisi luka luka baret dia masih ingin nongkrong di warkop, kebetulan waktu itu ada ocid di sana.

Sarip datang ke warkop bersama jinan,

"Kamu kenapa rip, luka luka gini?"
Tanya ocid yang keheranan saat melihat sarip baru saja datang bersama jinan.

"Keman aja kamu cid, sampai ketinggalan berita."

Celetuk sarip sambil duduk perlahan menahan sakit.

"Si sarip ini habis melakukan non suicidal self injuring Cid...."

"Haaaahhhh, seriusan Nan?"

"Kamu kenapa sih Rip, aneh aneh segala. Sedang ada masalah?"

Tanya ocid yang menanggapi ucapan jinan secara serius.

Sarip yang nggak paham hanya plonga plongo.

"Sucidal suicidal apa an sih nan?"

"Aku nggak paham...."

Tanya sarip yang kebingungan.

"Non suicidal self injuring rip."

"Itu adalah perilaku seseorang yang sengaja melukai diri sendiri namun tanpa tujuan untuk bunuh diri."

Ocid mencoba untuk menjelaskan nya kepada sarip.

"Woeeeey, amit amit jabang bayik...."

"Emang nya aku se frustasi itu sampai melakukan hal seperti itu."

Jinan tertawa bersama ocid

"Ya siapa tau kamu ini keturunan children of god seperti Mevaly di kisah nya Om Ari si Pujangga lama yang judul kisah nya Sepasang kaos kaki hitam tuh, viral banget cerita nya tau."

"Tuh si Galih yang TS aja sampai mewek mewek gak jelas baca thread nya."

"Sampai baper dia, ndak masuk kerja.di bela bela in ambil cuti cuma buat baca thread itu."

Kata Jinan.

("Heisssssss, jadi meleber kemana mana ini cerita....")

"Di dalam darah mu ndak mengandung keturunan COG rip, tapi lebih ke darah kotor palingan, hahahahahaha...."

Celetuk Ocid meledek si sarip.

"Sembarangan aja kamu cid...."

"Lah kamu sama jinan kan suka banget bersinggungan sama mereka tuh."

"Masuk akal lah...."

Kata ocid.

"Ngawur kamu cid...."

Sahut jinan,

"Jadi sebenar nya Sarip tuh kenapa?"
Tanya ocid, jinan pun menjelaskan perihal kejadian yang menimpa salah satu teman nya itu.

"Ckckckckck...."

"Makin blangsak aja kalian ini."

"Ya mau gimana lagi cid, demi ketemuan sama sang pujaan hati dek Susi, apa pun kan ku lakukan."

Kata jinan.

"Iya, walau harus ngorban in temen nya..."

Sahut si sarip yang sial.

"Memang nya kapan sih kamu mau krtemuan?"
Tanya ocid kepada jinan.

"Malming besok lah cid...."

"Tapi belum ada modal ini, bingung aku."

"Ketemuan tinggal ketemuan kok bingung mikir modal, emang mau lqngsung ke hotel?"

Ucap si ocid.

"Positip...."
Tambah si sarip sambil sibuk mengupas luka di siku tangan nya yang mulai mengering.

"Apa an sih, satu pekara aja belum terealisasi sudah ke arah sana saja...."

Kata jinan, sarip dan ocid saling memandang dan menaikan alis nya.

"Kamu lagi rip, pake nyamber segala, itu bekas luka jangan sambil di cemil in...."

"Husssst, udah gila kamu nan...."

"Ya kamu kan ikut aliran freemason..."

"Opo meneh kui remason remason, ora ngerti aku...."

Hahahahahahaha.....

Jinan dan ocid tertawa terbahak bahak melihat kekonyolan si sarip.

"Si umar kemana cid, kok sekarang jarsng ketemu dia sih?"

Tanya jinan kepada ocid saat tawa mereka mulai mereda.

"Ndak tau aku nan, semenjak umar ikut kumpulan kaya bela diri dan kanuragan gitu. Sekarang dia kayak tertutup gitu sama lingkungan."

Rupa nya ocid yang satu sekolah dengan umar juga sudah tak terlalu akrab lagi dengan nya.

Tingkah nya sekarang agak aneh, dia sering ketauan ngomong sendiri. Kadang juga suka marah marah nggak jelas, bilang kalau dia tau sedang di omongin di belakang.

"Wah, jangan jangan umar ikut ke aliran ndak bener ini...."
Celetuk sarip

"Apa rip, remason lagi???"

Hahahahahaha.....
Kata jinan.

"Woeeeyyyy, Asssssuuuuu ......"

"Ndak usah ngomongin orang di belakang ya kalian."

"Kamu pikir aku ndak tau???"

Tiba tiba saja ada suara teriakan dari arah depan, itu adalah si umar.

Dia berdiri di jalan depan dan jarak nya sekitar 20 meter an.

Umar teriak teriak sambil mengumpat, kata nya ada yang membisiki bahwa ia sedang di omongin oleh jinan dan teman teman nya.

"Wah, kenapa lagi ini....."


Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 13-03-2023 18:08
cos44rm
boesly
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup