tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#128
Part 35
Jinan dan sarip baru saja selesai PKL dan mengikuti tes semester untuk kenaikan kelas.

Raport dan penilaian hasil PKL selama 3 bulan sudah keluar, maka tibalah waktunya libur panjang.
Sebelum nya mereka juga sudah berpamktan dengan spv dan teknisi workshop, beliau adalah Pak Eko.
Supervisor yang selama 3 bulan kemaren membimbing jinan dan sarip pada saat PKL, seiring berjalan nya waktu rupa nya jinan dan sarip semakin akrab kepada beliau. Bahkan pak Eko menawari mereka berdua pekerjaan setelah lulus nanti ya walaupun masih kurang lebih setahun sampai lulus STM.

Karena sudah terbiasa begadang hingga larut malam, hampir setiap malam jinan tak pernah berada di rumah.

Dia lebih mudah di cari di warung kopi atau pos ronda bersama teman teman satu tongkrongan.

Malam itu jinan sedang keluar bersama sarip untuk sekedar mencari angin, hingga tiba tibahp nya berbunyi.
Ada sebuah panggilan masuk di hp nya dari Pak eko.

Pak eko ini perawakan nya agak gempal, meskipun sudah bapak bapak tapi beliau masih seperti anak muda yang hobi nongkrong dan ngopi di warung.

"Halo pak, ada apa?"
Kata jinan ketika mengangkat telpon dari beliau sambil membonceng sarip.

"Nan, kamu sekarang di mana?"
Tanya beliau dengan suara putus putus lantaran jaringan sinyal sedang bermasalah.

"Siapa nan?"
Tanya sarip yang penasaran sambil mengendarai motor nya.

"Pak eko Rip...."
Sahut jinan dengan hp yang ia letak.kan di telinga.

"Aku lagi keluar sebentar sama sarip pal, biasa cari angin."
Kara jinan.

"Ow...."
"Masih lama ndak?"
Tanya pak eko.

"Emmmm, belum tau pak."

"Memangnya ada apa ya pak?"
Tanya jinan lagi.

"Anu nan, rencana nya aku mau main ke rumah mu malam ini. Pengen ngobrol ngobrol sama ngasih titipan dari anak anak teknisi."

Kata beliau.

"Titipan apa pak, kok ngrepotin lho."

"Ndak kok nan, ini memang bentuk solidaritas anak anak workshop. Sekedar uxapan terima kasih karena kalian selama tiga bulan ini sudah bantu bantu di sana."

"Ini kamu sedang sama sarip kan?"
Kara beliau.

"Iya nih pak, aku bonceng sarip masih di jalan."

Ujar jinan.

"Ow yo wis, sekalian sarip ajak ngobrol ya nanti, ow ya rumah mu sebelah mana nya MTS nan?"
Tanya pak eko.

"Persis di belakang nya pak, masuk gang sempit sebelah mts itu."

Kata jinan.

"Bapak kalau mau ke rumah sekarang ndak apa apa. Biar di temenin bapak ku dulu."
Kata jinan.

"Nanti saja lan nan, sudah jam sembilan lebih kok. Ndak enak bertamu malam malam. Kalau ada kamu sih ndak apa apa sekedar ngobrol ngobrol di teras."

Pak eko agak sungkan kalau bertamu ke rumah jinan malam malam, terlebih jinan sedang tak ada di rumah.

"Atau gimana kalau kita ngobrol di warkop depan gang saja pak."

"Boleh nan, sebelah mana warkop nya?"
Tanya beliau.

'Itu lho, mts ke utara da perempatan warkop nya di sebelah timur perempatan."
Kata jinan.

"Yo wis, nanti tak kesana."

"Tapi kalau bisa mampir ke rumah mu dulu ya. Ndak enak ngasih titipan dari teman teman di warung."

"Ow, iya pak."

"Nanti kabar in aja kalau sudah dekat rumah."

"Beres nan...."

Setelah janjian untuk ketemuan, telpon pun di tutup. Jinan dan sarip mampir ke sebuah warung mie ayam untuk mengisi perut, waktu menunjukan pukul sepuluh malam.

Di lain tempat, pak eko sudah otewe menuju ke rumah jinan.

Beliau menggunakan motor, dan jarak rumah nya menuju ke kediaman jinan cukup jauh lantaran tempat tinggal pak eko memang beda kecamatan dengan daerah jinan.

Sampailah beliau di depan Sekolah tsanawiyah, tapi pak eko masuk ke gang yang berada di sebelah kiri sekolah. Melewati rumah joglo tua yang cukup luas halaman depan dan pekarangan nya, motor pal eko melaju masuk ke gang sempit dengan penerangan jalan hanya lampu bohlam berwarna kuning redup, beberapa lampu tampak sudah mati membuat jalan sempit tersebut menjadi temeram di selimuti kegelapan malam.

Di ujung gang terdapat pengkolan letter S. Sebelah kiri adalah tembok rumah warga dan di sebelah kanan nya adalah pagar bambu area rumah joglo terbengkalai rumah si poci.

Karena bukan warga daerah situ, pak eko tampak biasa saja tanpa rasa takut saat memasuki gang itu, padahal tak ada satu pun warga yang berani lewat gang tersebut saat sudah melewati ba'da isya.

Pak eko berhenti di sebelah kiri rumah jinan, persis di depan kebon pisang ysng rimbun dan gelap.

Beliau sungkan kalau harus mengetuk pintu rumah jinan sedangkan saat itu sudah masuk jam 10 malam lebih.

Mesin motor ia matikan kemudian merogoh saku celana nya untuk mengabari jinan bahwa ia sudah sampai di dekat rumah nya.

Saat sedang mengetik pesan sambil duduk di atas motor, tiba tiba....

"Blekkkkk....."

Ada seseorang yang duduk di jok belakang motor nya.

Kaeena rekflek, pak eko secara spontan menengok ke belakang.

Sosok berbalut kain kafan dengan tangan bersedekap duduk di belakang nya dengan wajah gelap, pak eko saling bertatap muka beberapa detik hingga akhir nya......

"Pppppooooocooooongggg......"

Dalam keadaan terkejut dan shock beliau berteriak memecah kehehingan malam dan turun dari motor nya.

Pak eko lari tunggang langgang meninggalkan motor nya begitu saja dengan kontak yang masih menancap di sana bersama si pocong.

Dalam keadaan panik pak eko terus saja berlari melewati depan rumah jinan dan kelur dsri gsng sempit yang tembus ke sebelah kanan MTS.

Beliau terus berlari menuju ke perempatan dimana terdapat warung kopi yang biasanya di pakai nongkrong oleh jinan dan sarip.


"Tolonggg...."

"Tolongg....."

"Ada pocong... "

Teriakan pak eko membuat orang orang di warkop berhamburan keluar dari warung.

Dengan sempoyongan pak eko di datangi beberapa warga, tubuh nya gemeter dan masih ketakutan.

"Pak ada apa pak, kok teriak teriak seperti melihat setan?"
Tanya salah satu warga.

"Ssssetan massss, aaada ssetannn di sana...."

"Mo mo motor ku mas, motor ku tak tinggal...."

Ucap pak eko yang masih gemetaran.

"Setan????"

"Di mana pak setan nya?"

"Sudah sudah pak, mari ke warung dulu."
Warga memapah nya masuk ke warung dan meminta segelas air putih untuk nya.

Semua orang di warkop memperhatikan pak eko yang msih ketakutan.

"Bapak ketemu apa?"
Tanya penjual kopi.

"Iya pak, memang nya habis dari mana?"
Tanya warga lain.

"Pppocong mas, poconggg, ngeri...."

"Aku lihat pocong di belakang rumah tua dekat rumah nya jinan."

Kata pak eko yang msih shock.

"Owalah....."

"Korban selanjut nya....."

Dengan enteng nya warga ngucapkan hal demikian seolah itu adalah hal biasa bagi orang yang baru pertama kali lewat sana.

"Bapak bukan orang sini ya?"
Tanya sang penjual kopi, pak eko hanya menggeleng kepala.

"Pak, warga sini tuh kalau sudah lewat jam delapan tak ada yang berani lewat jalan itu."

"Anda terlalu berani, memang bapak kenal sama jinan?"
Tanya penjual kopi lagi.

"Saya ndak tau mas, kan tadi saya janjian mau main ke rumah jinan. Dia itu relan saya saat PKL di workshop."
Ujar pak eko sambil memegang gelas di tangan nya yang masih tremor.

"Tilulilulittttt...."

Hp pak eko berbunyi, jinan menelpon.

"Halo pak, njenengan di mana sekarang?"

"Kok motor nya di tinggal di sini?"
Tanya jinan melalui telpon.

"Halo nan, anu...."
""Aku sekarang di warkop perempatan."

" kamu sama sarip kan, tolong motor ku bawa kesini ya...."

"Memang kenapa pak?"
Tanya jinan.

"Sudah kamu kesini saja, nanti aku jelasin deh."
Ujar pak eko yang tak mau membahas nya melalui telpon.

"Pak eko dimana nan?"
Tanya sarip.

"Di warkop Rip, ayo ke sana...."

"Biar aku yang bawa motor nya pak eko."

Kata jinan
"Wah sembrono banget naruh motor sembarangan, kunci nya masih menggantunf lagi."

"Di colong orang baru tau rasa."
Ujar sarip.

"Siapa juga yang mau nyolong, pocong????"
Celetuk jinan.

"Hiiiiiiii, mulut mu sompral amat nan."

"Ayo gasss ke warkop aja, merinding aku lama lama di sini."
Ajak sarip yang sudah merasa takut.

Singkat cerita mereka akhir nya menemui pak eko di warkop dan pak eko pun menceritakan kronologi yang baru saja beliau alami, kenapa sampai motor nya ia tinggal begitu saja.

"Owalah....."

"Mulut sompral mu petitis nan, motor nya pak eko mau di kasih ke poci.hehehehe...."
Celetuk sarip.

"Kenapa kamu ndak ngomong kalau dekat rumh mu angker nan...."
Kata pak eko yang rada kesal ke jinan.

"Maaf pak, makan nya tadi aku ajak njenengan ketemu di sini saja."

"Saya bingung gimana jelasin nya."
Ujar jinan.

"Kapok aku nan, baru kali ini aku lihat yang begituan. Ngeri....."

"Buat jinan itu sudah jadi hal biasa pak..."
Celetuk seorang warga kepada beliau.

"Hehehehehehe"
Kekeh jinan.

Malam itu pak eko menjadi korban selanjut nya dari si poci.
Setelah ngobrol sejenak, pak eko memnerikan dua amplop untuk jinan dan sarip sekedar uang lelah karena sudah membantu di workshop.

Dan pak eko masih trauma untuk pulang, jadilah sarip dan jinan mengantarkan beliau sampai ke jalan besar.

Susah tak terhitung berapa banyak teman jinan yang baru pertama kali datang untuk berkunjung ke rumah nya di teror oleh poci tersebut, bahkan rekan seprofesi bapak nya yang bersilaturahmi bersama anak dsn istri nya juga mengalami hal serupa, anak dari rekan kang pardi yang masih kecil sampai kena sawan lantaran di ikuti sampai ke rumah nya saat pulang dari sana.
Skip....


Karena sedang libur sekolah, hari itu jinan berencana untuk najur atau mancing malam bersama sarip di sebuah sungai yang berada di luar daerah nya.

Sore itu jinan mencari umpan hidup berupa precil atau anakan katak ysng baisanya terdapat di saluran irigasi pematang sawah.

Najur adalah tehnik memancing dengan menggunakan batang bambu berukuran satu meter dengan kenur setengah meter, dan joran bambu nya biasanya berjumlah banyak, di tancapkan di pinggir sungai dengan jarak per joran w sampai 3 meteran, target nya adalah ikan gabus dan ikan lele.

Jinan biasanya memakai tajur milik bapak nya yang ada seratus joran, rencana nya malam itu jinan dan sarip akan najur masing masing 50 buah.

Setelah mendapatkan precil/anakan katak cukup banyak dan di masukan ke dalam karung beras, Mereka pun pulang untuk bersiap siap najur malam.

Najur biasanya di lakukan semalaman sampai pagi, setelah isya mereka pun berangkat menuju spot najur yang nerada di kampung lain.

Suasana malam itu cukup menjanjikan, langit tampak cerah di hiasi taburan bintang dan sebuah bulan sabit.

Tiba lah mereka di tanggul sungai yang vukup lebar dan panjang, lokasi nya berada di tengah tengah sawah dan jauh dari jalan pemukiman.

"Sepertinya malam ini kita akan dapat banyak ikan nan, tidak ada suara disel pengairan sawah dan bulan nya juga belum purnama."

Ujar sarip.

Para penajur ikan memang biasanya menghindari waktu waktu musim tanam dan bulan purnama karena ikan gabus tak akan mau menyambar umpan kalau suasana nya bising oleh suara disel dan permukaan air sungai di terangi cahaya purnama.

"Ngiiiiingggg, ngiiiingggg ..."

"Wahhh nyamuk nya pada kelaparan nan."
Kata sarip.

"Nih obat nyamuk nya rip..."
Jinan memberikan plastik berisi biji mahoni sebagai obat nyamuk. Meeeka biasanya meminum biji mahoni kalau najur malam supaya nyamuk nyamuk ndak foyan menggigit dan mengisap darah nya, pahit gan.....

"Beli kopi sama cemilan dulu yuk rip, tadi di jalan depan ada warung buka kayak nya deh."
Ajak jinan kepada sarip.

"Kamu aja deh nan, biar aku menyiapkan tanur nya di sini. Nih pake motor aja...."
Kata sarip.
"Emmm, yo wis kalau gitu."
Jinan meraih kontak motor sarip.dan naik ke atas tanggul sungai yang cukup tinggi dengan rerumputan di prmukaaan nya.

Sarip mulai memisahkan satu persatu bilah bambu tajur yang masih tergulung dan di ilat seperti kayu bakar, dia mulai membagi separo an dengan jinan.

Di sisi lain jinan sudah sampai di warung dan membeli kopi beserta gorengan untuk cemilan.

"Bukkk, bungkus kopi hitam nya dua, es teh nya dua sama gorengan sepuluh ribu."
Kta jinan kepada ibu ibu warung.

Beberapa pembeli sedang duduk mengobrol dan rokok an di dalam warung bilik bamby tersebut.

"Mas tadi berdua ke sungai ya?"
Tanya ibu ktu sambil membungkus kopi.

"Iya buk, kami mau najur di sana malam inu."
Jawab jinan sambil memakan tempe mendoan di depan nya.

Orang orang di warung sontak saja menatap ke arah jinan seperti terheran.

"Sampeysn kok berani banget mas mancing malam di sana...."
Sahut bapak bapak suami pemilik warung tang sesang menggoreng bakwan di belakang ibu ibu tersebut.

"Memang nya kenapa pak?"
Tanya jinan.

"Dia paling bukan orang sini...."
Celetuk salah seorang di warung tersebut.

"Kamu hati hati saja ya le di sana, soal nya jarsng sekali warga sini mencari ukan malam malam gini."
Kata ibu ibu nya.

"Nggih bu...."

Kata jinan

"Jangan lupa permisi numpang numpang mas, buat jaga jaga saja."

"Asal menjaga sopan santun, mbah e baik kok sebenar nya."

Kata ibu ibu tersebut kepada jinan.

Setelah membayar semua nya, jinan pun berpamitan untuk kembali ke sungai lagi.

Di jalan jinan memikirkan maksud ucapan perjual di warung tadi, hati hati katanya.

Namun jinan masih berpikiran positif saja.
"Aku dan sarip cuma mau mancing, ndak bermaksud menngganggu kok..."
Ucap nya dalam hati.

Setelah kembali bertemu sarip di tepi sungai, masing masing dari mereka mulai memasang tajur.

Titik pertemuan mereka di tengah tengah persis di bawah pohon kersen, tajur di sebar jinan ke arah kanan dan sarip ke arah kiri bantaran sungai.

Mereka menancapkan tajur yang sudah di pasang umpan precil ke sepanjang tepi sungai. Posisi umpan berada di permukaan rata rata air supaya langsung di sambar ikan. Mereka masing msing memasang 50 tajur jadi jarak pisah nya lumayan jauh, kesepakatan nya adalah selama 30 menit mereka akan berada di posisi berjauhan. Lalu akan mulai berjalan menuju ke titik pertemuan persih di bawah pohon kersen dengan koordinasi melalui hp.

Jadi estimasi nya adalah 30 menit berpisah dan 30 menit bertemu sembari mengontrol tajur, kalau kelamaan biasanya ikan yang terkena kail bisa moncel.

Saat mulai menancapkan tajur, jinan merasa kalau di belakang nya persis di atas tanggul ada seseorang berdiri sambil mengamati nya, setiap kali melangkah sosok di atas tanggul juga mengikuti nya.

"Ahhhh paling orang sini yang sedang menonton."
Batin nya.


"Permisi mbah, saya cuma mau mancing....."

"Numpang numpang..."
Ucap jinan, sesekali ia melihat ke arah sarip yang tampak sibul menancapkan tajur di arah berlawanan dengan nya.

Setelah 50 tajur terpasang, jinan pun duduk sendirian. Saat ia melihat ke atas tanggul yang ada di belakang nya, Sosok tersebit sudah tidak ada lagi.

Sambil menunggu, untuk menghilangkan kejenuhan jinan bermain gsme di hp nya.

Game bounce dan ular ular an menjadi kesibukan yang ampuh mengusir rasa bosan, begitupun dengan sarip.

Sesekali mereka berbalas pesan untuk saling memberi kabar.

"Setengah jam berlalu, sebuah sms dari sarip masuk ke hp jinan.

"Wauahe wayahe...."

"Sudah waktu nya mengontrol tajur"


""Oke...."

Balas jinan.

Ia pun bangkit dari duduk nya dan mulai berjalan mengontrol tajur nya menuju ke titik pertemuan dengan sarip.

Tajur pertama sampai ke lima zonk, umpan nya ada yang habis ada juga yang di makan separo.

Namun tajur berikut nya hilang tak keliharan, rupanya ujung tajur nya masuk ke dalam air sungai karena di tarik ikan, dari riak air nya ikan itu cukup besar.

"Penglaris....."
Gumam jinan sambil menarik ikan gabus seukursn lengan di tajur nya.

Setelah memasang umpan dan menaruh nya lagi, jinan pun mulai mengontrol tajur selanjut nya.

Dia terperangah saat mendapati tajur tajur nya sudah ada ikan gabus dan lele besar besar dalam posisi menggantung.

Tidak sewajar nya, ikan ikan itu gemandul atau tergantung di atas permukaan air tanpa bergerak seperti sengaja di pasang di kailnya.

Tapi ikan yang tergantung di tajur msih hidup masih hidup karena sesekali jinan melihat ikan nya bergerak.

Sekitar 30 tajur jinan terdapat ikan besar semua, karena merasa ada yang janggal ninan tak serta merta langsung mengambil ikan ikan tersebut.

Dia langsung mempercepat langkah nya supaya lekas bertemu dengan sarip di titik pertemuan sambil berujar

"Mbah...."

"Kalau ikan ikan ini memang untuk ku, terima kasih. Tapi kalau bukan untuk ku silahkan njenengan ambil kembali...."

Jinan membiarkan ikan ikan tersebut di tempat nya,
Dari kejauhan ia lihat sarip yang berjalan ke arah nya

"Gimana rip hasil kontrol pertama nya?"
Tanya jinan.

"Kurang memuaskan nan, cuma tiga ekor...."

"Kamu gimana?" Tanya sarip

"Jinan diam menunggu sarip mendekat.

"Kok malah diam nan?"
Tanya sarip sambil melihat ke raut tempat ilan di tangan nya.

"Wiiihhhh super super ikan mu nan."
Kata sarip.

"Rip rip, ada yang aneh dengan tajur ku...."
Ucap jinan perlahan kepada sarip.

"Aneh gimana nan?"

"Masak tajur sebanyak 30 buah ada ikan nya semua, dan posisi nya sudah tergantung. Ndak di dalam air ikan nya."
Ujar jinan.

"Masak nan????"

"Jangan jangan....."

"Sssttttt...."
Jinan menghentikan ucapan sarip.

"Kita tunggu sebentar lagi, lalu kits cek sama sama."

"Kalau ikan itu tak menghilang berarti memang untuk ku, tapi kalau pas kita cek tak ada. Berarti memang ulah "mbah e"

Kata jinan, sarip hanya mengangguk.

Dan setelah beberapa menunggu sambil merokok, akhir nya jinan mengajak sarip mengontrol tajur nya.

Teryata ikan ikan tersebut masih tergantung di tajur.

Jinan dan sarip langsung mengambil nya satu persatu, ikan gabus dan ikan lele berukuran besar langsung memenuhi rajut tempat ikan nya.

Malam itu jinan dan sarip seperti mendaptkan rejeki nomplok, pagi nya rajut ikan jinan benar benar penuh dengan ikan sampai tak muat.

Setelah mengemasi tajur, jinan pun naik ke atas tanggul untuk pulang bersama sarip.

Alangkah tsrkejut nya mereka saat melihat ke sebrang sungai ternyata ada batu nisan berjajar di sana, ternyata semalaman mereka najur di sungai dekat pemakaman umum.

Jinan dan sarip terbengong saling menantap satu sama lain seolah tak percaya.

Jinan tersenyum dan berujar

"Matur suwun mbah ikan nya...."

Hari itu nasib mereka benar benar mujur, ntah suatu kebetulan atau apa.
Yang jelas dari hasil menjual ikan jinan mendaptkan uang 300ribu dan di bagi dua dengan sarip.

Mengenai sosok orang misterius yang memperhatikan jinan semalam, menurut warga daerah sana beliau adalah penunggu di sungai tersebut. Sosok itu tidak jahat dan memang sering menolong orang orang yang mencari ikan di sungai asalkan bisa menjaga adab dan sopan santun di sungai tersebut.

Bersambung-
cos44rm
boesly
belajararif
belajararif dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup