tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#119
Part 33
"Hoammmmph......"

Pagi itu jinan sedang menunggu sarip di depan rumah untuk PKL seperti biasanya, kelopak mata nya seperti kantong panda berwarna hitam.

Mata nya juga merah dan beriak lantaran semalam kurang tidur.
efek setelah di sambangi kawan baik nya, Ndaru yang kini sudah menjadi almarhum.

Setelah cukup lama menunggu, datang lah sarip untuk menjemput nya. Mereka bergegas berangkat ke tempat PKL, di perjalanan tak ada sepatah kata yang terucap dari bibir mereka berdua, hanya suara menguap secara bergantian saja.
Tampak nya Jinan dan Sarip sama sama jurang tidur semalam.

"Nan, nanti malam kita harus datang ke acara tahlilan...."

Tiba tiba sarip mulai membuka pembicaraan.

"Iya Rip, kasihan Ndaru di sana. Kesepian menuunggu kiriman dari kita."

Sahut jinan yang sedang duduk membonceng motor sarip.

"Kiriman????"

Sarip kaget ketika jinan mengucapkan kata tersebut.

"Iya Rip, semalam aku di datangi sosok ndaru. Dia tiba tiba saja berdiri di samping tempat tidur ku untuk Minta di kirim meski cuma sedikit."

Kata jinan dengan suara lesu.

"Hahhh....."

Kamu juga di samperin almarhum nan?"

Ucap sarip yang seolah tak menyangka.

"Bukan cuma di datengin rip, almarhum juga minta di anter pulang."

"Untung pulang nya ke rumah, bukan ke kuburan...."

Celetuk jinan.

"Gilaaa...."

"Kamu anterin beneran nan?"

"Lebih tepat nya di pindah paksa rip."

"Lha jam 1 dini tiba tiba aku terbangun sudah berada di atas dipan samping rumah ndaru. Siapa yang ndak shock coba...."

"Busetttt, dipan yang di pake untuk memandukan jenazah ndaru kemarin?"

"Ya iya lah....."

"Kok bisa nan???"

Sarip terheran heran mendengar nya.

"Yo mbuh, orang tadi nya aku tidur di kamar ku kok pintu kamar sama pintu depan juga aju yang ngunci."

"Lha kok tiba tiba aku sudah ada di samping rumah ndaru coba."

Ujar jinan, sarip hanya geleng geleng kepala.

"Sebenarnya semalam aku juga di datang in almarhum nan...."

Kata sarip.

"Lho, berarti bukan aku doang dong rip."

"Gimana cerita nya?"
Tanya jinan.

POV Sarip

Semalam setelah pulang dari workshop dan mengantar jinan, sarip pulang ke rumah nya.

Ia di bukakan pintu oleh emak dan adik perempuan nya yang masih kecil yang bernama Lia,

"Kok sampai jam segini baru pulang rip?"
Tanya emak nya saat membukakan pintu.

"Iya mak, tadi ada mesin produksi yang rusak cukup parah, jadi agak lama deh."

"Wah, kamu jadi ndak bisa tahlilan di rumah ndaru rip."
Kata emak nya.

"Yaaah mau gimana lagi mak...."

"Besok masih bisa kok rip, kan bapak mu sudah ada di sana sekarang."

"Sana kamu mandi dulu terus makan."

Kata emak.

"Iya mak, tadi sudah makan di kantin kok."

Adik nya sarip yang berdiri di samping emak nya sedari tadi bengong melihat ke arah belakang sarip sambil memelik kaki emak nya.

"Mas mas sarip, itu temen mu ngapain?"
Kata Lia kecil dengan polos nya sambil menunjuk ke arah belakang sarip.

Sarip dan emak nya heran mendengar Lia kecil berkata demikian, mereka secara kompak melihat ke arah depan pintu.

"Mana dek, ndak ada siapa siapa kok...."
Ujar sarip sambil tersenyum kepada adik nya.

"Ya udah, sarip mau mandi dulu mak."
Kata nya sambil berlalu masuk ke dalam kamar.

Emak nya sarip menutup pintu dan masuk bersama adik nya, setelah mandi dan ganti pakaian. Sarip langsung tiduran di kamar, malam itu ia merasa sangat capek dan ngantuk berat sampai sampai ndak kedengeran saat bapak nya mengetuk pintu setelah pulang dari tahlilan di rumah ndaru.

Saking capek nya sarip tertidur dalam posiai telentang, lampu kamar nya juga masih menyala.

Beberapa kali sarip memiringkan posisi tidur nya,

"Rip sarip....."

"Kapan kamu kasih aku...."

Lamat lamat sarip mendengar suara daru ndaru.

"Kasih apa sih Ru, kamu kan punya banyak duit.biasanya juga kamu yang nraktir kok...."

Sarip menyahuti suara ndaru dalam kondisi setengah sadar seperti orsng ngelindur, dia yang semula tidur miring ke kanan berganti ke arah kiri.

Secara reflek tangan nya merangkul benda panjang berlapis kain di depan nya dan mengeloni benda tersebut.

Sepersekian detik ia baru ingat kalau guling nya berada di sebelah kanan, seketika itu juga dia mencium aroma minyak melati yang menyeruak ke dalam hidung saat bernapas.

"Glekkkk...."

Dalam tidur ayam nya, sarip mulai sadah bahwa ada yang tak beres, aroma melati yang menyeruak langsung berganti menjadi aroma anyir darah dan bau busuk.

Perlahan sarip membuka mata nya, pandangan nya belum jelas karena silau oleh lampu kamar yang masih menyala.

Saat mata sarip terbuka, berapa terkejut nya ia karena sedang memeluk sebujur pocong dengan jarak antar wajah yang tak lebih dari sejengkal.

Sarip terbelalak, matanya melotot saat kontak dengan mata pocong tersebut. Sosok pocong berwajah hancur berdarah darah dan bau busuk percis di depan wajah nya.

"Rip....."

"Kasih aku sedikit rip...."
Ucap pocong tersebut.

Sarip benar benar ketakutan, bibir dan lidah nya kaku tak bisa berteriak, sontak ia reflek melepaskan pelukan dari guling seram tsrsebut dan mundur mundur sampai...

"Brukkkkkk....."
Sarip terjatuh ke lantai, kepala nya terbentur dan tak sadarkan diri.

"Rip, sarip...."

"Bangun le....."

"Kok malah tidur di lantai, nanti kamu masuk angin."

"Ini sudah pagi lho, kamu ndak siap siap PKL?"

Sarip di bangunkan oleh ibu nya dalam kondisi tergeletak di lantai dengan kedua kaki berada di atas kasur dan badan nya di lantai.

Perlahan sarip mulai tersadar, ia terbangun dan merasakan sakit di kepala bagian belakang.

"Iya mak, aduh...."

"Kepalaku pusing."
Kata nya sambil mengusap usap nya, ia merasakan benjol di kepla belakang karena terbentur lantai kamar.

"Kamu kenapa to le, kok tumben tidur di lantai."
Tanya emak nya.

"Ehm....."

"Anu mak, ndak apa apa kok mak. Hehehehe..."

Sarip tiba tiba bergidik mengingat kejadian mengerikan semalam.

Kembali lagi ke perjalanan sarip dan jinan.

"Sampai tepar di lantai rip???"

Aku ndak bisa bayangin kalau berada di posisi mu semalam, hiiii....."
Kata jinan.

"Maka dari itu nan, aku ndak habis pikir."

"Apa benar pocong itu adalah ndaru, wajah nya itu lho, ngeriiiii...."

"Paling itu cuma jin yang menyerupai ndaru rip, berarti sejak kamu pulang adik mu melihat mahluk itu mengikuti mu dari luar."

"Iya kali nan...."

"Kamu masih mending ketemu ndaru yang bentuk nya bagus, lha aku????"

"Tapi aku kan bangun bangun sudah ada di atas dipan mayit rip. Kamu enak masih di dalam kamar, coba aja kalau di pindah ke kuburan. Hiiiiii....."

"Gantian kasih aku rip tuh maksud nya apa ya nan?"

"Mungkin almarhum minta di kasih doa rip, kamu kan dulu sering banget minta traktiran ke ndaru."
Kata jinan.

"Sudah nan, jangan di bahas lagi. Masih takut aku kalau ingat, yang penting nanti malam kita kirim doa buat kawan kita bkar tenang di sana."

Sergah sarip, mereka sudah sampai di workshop dan menjalani PKL seperti biasanya.

Malam nya, jinan datang ke rumah bdaru bersama para warga. Ada sarip, umar dan ocid di sana. Tak lupa berbasa basi kepada orang tua almarhum.

Mereka mendoakan ndaru, tahlilan di pimpin oleh pak modin.
Setelah selesai seperti biasa jinan dan yang lain membantu mengeluarkan suguhan untuk para warga.

Mereka berempat duduk di dekat gerbang sambil ngemil dan merokok, setelah cerita ngalor ngidul. Ternyata bukan cuma Jinan dan Sarip yang di datangi ndaru, Ocid dan umar juga mengalami hal yang sama. Dari penuturan mereka berdua ocid dan umar di datangi almarhum tapi melalui mimpi.

Yang paling apes diatara mereka hanya sarip, karena ia sudah memeluk guling seremmmm.

Acara tahlilan ndaru berjalan dengan lancar sampai di malam ke tujuh, mereka membantu menyerahkan besek tahlilan kepada warga.

Bukan nasi berkat, melainkan beras, telur, mie instan, gula pasir dan amplop berisi uang sebagai syarat yang besaran nya antara dua ribu sampai sepuluh ribu rupiah.

Jinan dan kawan kawan nya membantu acara sampai di hri ketujuh.
Mereka mengobrol bersama beberapa warga dan papah nya ndaru di malam tahlilan terakhir sampai larut malam.

Setelah itu jinan dan yang lain berpamitan pulang, orang tua ndaru mengucapkan terima kasih karena mereka sudah banyak membantu.


Singkat cerita tiba lah jinan dirumah sambil menenteng dua kresek berkat mentahan, di malam terakhir pardi bapak nya tidak hadir karena merasa tak enak kalau dapat jatah besek, cukup lah satu saja untuk jinan.

Tapi ternyata papah nya ndaru menulis semua warga yang hadir meski serumah ada dua orang yang ikut tahlilan, meski jinan menolak tapi papah nya ndaru bersikukuh untuk menitipkan besek bapak nya

"Tok tok tok...."
"Pak buka in pintu...."

Ucap ndaru saat di depan rumah.

Dari jendela ia melihat bapak nya masih menonton tv.

"Iyo le, sebentar...."

"Cklekkkk...."

"Tadi yang datang ramai yo le?"
Tanya pardi kepada anak nya

"Rame pak, ini bapak dapat jatah besek mentahan juga tadi."

Kata jinan.

"Wah, malah repot repot le. Harus nya tadi ndak usah. Kamu tolak...."

"Bapak ndak datang kan supaya cukup dapat satu besek saja."


"Papah nya ndaru memaksa pak, sudah di catat soal nya."

"Yo wis le, sana kamu bawa ke dapur."
Kata pardi.

"Ini ada amplop nya lho pak di dalam besek."
Ucap jinan.

"Ya memang biasanya gitu le, buat syarat."

""Bapak ndak mau?"
Tanya junan.

"Buat kamu saja."

"Wah lumayan, isi nya sepuluh ribu pak. Dapat 20 ribu ini. Hehehehe..."

"Ada mie instan rasa soto juga nih, mau tak masak ahhhh mumpung lapar."

"Bapak mau tak buat in juga?"

"Ndak usah le, bapak masih kenyang."
"Kamu saja...."
Kata pardi.

"Yo wis kalau begitu."

Kata jinan sambil berjalan menuju dapur,

Jinan mengambil baskom dan membuka pintu dapur, keluar menuju kamr mandi untuk mengambil air.

Pintu dapur rumah jinan masih berbentuk dua sisi atas bawah terbuat dari papan.


Bentuk nya kira kira seperti ini

Ia menimba air di sumur.

"Wusssssshhhhh....."

"Krengket krengket krengket...."

Terasa angin yang menerpa tubuh nya saat sedang menimba air.

Di samping kamar mandi jinan ya g berada di luar ada jalan kecil menuju depan dan kalau ke arah kanan ada rimbuhan pohon pisang dan sebuah rumah joglo tua tak berpenghuni persis seperti yang ku ceritakan di part awal.

Tiba tiba jinan merasa merinding, ekor mata nya melihat seklebat bayangan orang berlalu dengan cepat beberapa kali.

Setelah mengambil air untuk merebus mie instan, jinan langsung masuk ke dapur dan mulai menyalakan kompor.

Ia duduk di dekat nya sambil menunggu air mendidih sambil main hp pemberian almarhum ndaru.

Posisi jinan membelakangi pintu dapur yang ia tutup bagian bawah nya saja.

Lagi lagi ia merasakan ada seklebat bayangan mondar mandir di belakang nya. Terkadang jinan juga merasa seperti ada yang mengawasi nya dari belakang.

"Wah jangan jangan maling...."
Batin nya.

Jinan melihat ke sekeliling dapur, ia mengambil sebuah alu, alat u tuk menumbuk padi berbahan kayu silinder dengan panjang semeter setengah.

Lalu jinan berdiri di belakang pintu dapur, menunggu orang mencurigakan tersebut lewat di depan pintu dapur sambul memegang alu tersebut untuk jaga jaga.


Saat sedang bersiaga,

"Kamu ngapain le....."

Ucap pardi sambil menepuk pundak jinan fan membuat nya kaget.

"Ya alllah kaget aku pak......"
Ucap jinan yang terkejut dengan kedatangan bapak nya secara tiba tiba.

"Kowe ki nyapo le, pake bawa bawa alu segala."

Kata pardi.

"Anu pak, dari tadi aku meras ada orang ysng bereliweran belakang dapur."

"Jangan jangan maling pak...."
Kata jinan

Pardi tsrsenyum,

"Mana ada maling le, kamu mau tau itu apa?"
Kata pardi.

"Iya pak, aku masih penasaran...."

"Yo wis, taruh kembali alu nya."

"Ayo kamu ikut bapak...."
Ajak pardi.

Mereka keluar dari dapur dan berjalan melalui aamping rumah menuju ke pekarangan rumah joglo ysng beeada di sisu kanan rumah nya melalui kebon pisang.

"Wia le, di sini saja..."
Pardi berhenti di bawah pohon pisang.

"Kamu lihat di belakang rumah joglo itu le...."

Suruh pardi kepada anak nya.

"Iya pak...."
Sahut jinan sambil bisik kepada bapak nya.

Jarak antara pekarangan rumah dan ppjon pisang hanya sekitar 6 meter. Pekarangan dengan pagar bambu dan rimbunan pohon mangga agak gelap.

Suasana agak berkabut malam itu, twk.lama kemudian....

"Nah, itu le coba kamu perhatian kepilan asap itu."

Tunjuk pardi ke sebuah kepulan asap putih tipis di bawah pohon mangga, kepulan asap itu tiba tiha saja menggumpal dan semakin tebal dan solid membentuk siluet pocong.

"Pak, apa itu pakk...."
Jinab mulai panik dan takut.

"Tenang saja le, ndak usah takut."

"Kamu prhatikan saja terus."
Ucap pardi.

Kepulan asap tersebut semakin padat membentuk sosok pocong dengan kain kafan lusuh dan wajah nya berwarna hitam. Kedua bola mata na menyala berwarna merah.

Jinan benar benar ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh bapak nya.

Pocong tersebut melonpat tiga kali lalu lenyap begitu saja.....


"Pak ayo balik pak, aku takut...."
Ajak jinan sambil memegang pundak bpak nya

"Lha itu tadi sosok ysng kamu kira maling le, sana lekas kau pentung kalau berani. Hahahaha...."
Kata pardi sambil terkekeh, mereka kemnali pulang melalui pi tu dapur.

"Owaladalah...."
"Air mu sudah mendidih le, sampai asat (kering) tuh, gosong baskom ya.

Ucap pardi, jinan mematikan kompor.

'Ndak jadi msak mie pak, tidur saja."

"Aku takut......"

"Gitu aja kok takut le....."

Bersambung
cos44rm
boesly
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup