tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#104
Part 29
Musim panen cabai baru saja selesai, hamparan ladang yang luas dengan gundukan tanah berselimut plastik sebagai pelindung dari tanaman gulma dan rumput liar terlihat di tengah tengah nya dengan batang pohon cabai yang mulai mengering.

Harga cabai yang sempat meroket membuat para petani melakukan panen sampai 7 kali dengan tanaman yang sama, mereka memaksimalkan hasil tanaman tersebut meski cabai yang di hasil kan tak sebagus ketika tanaman yang menghasilkan cita rasa pedas ini sudah mulai morek atau kerdil.

Berbeda dengan cabai yang baru di panen dua atau tiga kali, hasil nya lebih besar besar dan montok.

Mau gimana lagi, mumpung harga nya sedang bagus. Para petani tak ingin menyia nyiakan momen tersebut, kalau harus mengulangi penanaman pkhon cabai yang baru masih membutuhkan waktu dua atau tiga bulan lagi supaya pohon cabai regenerasi bisa kembali berbuah, dan kemungkinan harga jual nya sudah tak sebagus saat ini.

Hari itu Jinan dan teman teman nya berkumpul di pos ronda, mereka berencana untuk berburu tikus, garangan atau pun ular di ladang. Mencari bahan logistik untuk menghabiskan malam minggu.

"Peralatan sudah siap semua?"

Tanya Jinan kepada sarip yang datang paling akhir.

"Beres....."

Sahut nya singkat sambil menunjukan karung, ember bekas cat dan sebilah parang lengkap beserta sarung nya yang ia taruh di pinggang layak nya pendekar.

"Sipppp....."

"Saat nya kita beraksi."

Ujar jinan dengan penuh semangat.

"Kita mau berburu kemana nan?"

Tanya ocid kepada jinan.

"Di sana saja, sawah bengkok desa yang biasanya."

Jawab jinan sambil menunjuk ke arah selatan.

"Tempat itu kan sudah sering kita jelajahi nan, pemburu di sana juga bukan cuma kita saja."

"Kemungkinan untuk mendapat hewan buruan sangatlah kecil kalau kita berburu di sana lagi."

Spekulasi Ocid cukup beralasan mengingat area persawahan tersebut memang letak nya berada tak jauh dari perkampungan.

Benar juga sih, terus kita mau berburu ke mana nih?"

Tanya jinan.

Umar yang dari tadi hanya diam sembari duduk di sebelah ndaru pun memberikan usul.

"Bagaimana kalau kita berburu ke ladang pentul, di sana kan baru saja selesai panen cabai."

"Pasti masih banyak hewan di sana."

Ujar si umar.

Ladang pentul, itu adalah sebutan untuk area ladang yang berada di luar wilayah desa. Letak nya cukup jauh dari pemukiman karena berada di sebrang jalan lingkar batas kabupaten.

Dari jalan utama harus masuk lagi ke dalam cukup jauh melalui jalan tanah, kemungkinan di sana memang jarang di jamah oleh para pemburu.

"Wah boleh juga tuh saran mu mar, semua setuju kan?"

Tanya jinan kepada yang lain, dengan serempak mereka pun menyetujui nya.

Jinan dan kawan kawan nya berangkat menunu lokasi tsrsebut menggunakan motor karena letak nya memang cukul jauh, mereka berarak membelah terik matahari di siang bolong untuk memulai perburuan.

Tibalah mereka di sebuah perempatan jalur lingkar, bila mengambil ke arah kanan masuk nya ke pemukiman sedangkan kalau belok ke kiri akan langsung masuk ke area ladang pentul.

Sebuah jalur tanah lurus sedikit berkelok mulai tampak, motor mereka tak bisa masuk sampai ujung lantaran jalanan yang semakin mengerucut menjadi jalan setapak yang hanya bisa di lalui dengan cara berjalan kaki.

Setelah motor mereka di parkir di dekat pohon pisang, mulai lah jinan dan yang lain berjalan menyusuri jalan setepak tersebut.

Sebuah jalanan dengan kanan dan kiri nya yang berupa saluran irigasi namun tampak mengering.

Di ujung jalan tersebut tampak sebuah rerimbunan pohon pohon perdu seperti sebuah oasis di gurun pasir,

Jinan dan yang lain mulai mengoprek lubang lunbang di tepi ladang.

Ndaru yang tak kuat dengan terik matahari hanya berteduh di bawah pohon pisang sambil duduk di jok motor dan memperhatikan teman teman nya beraksi.

Cukup lama mereka melakukan perburuan namun belum juga membuahkan hasil.

Sarip menyodok nyodok swbuah lubang menggunakan tongkat di tangan.

"Ternyata lubang yuyu...."

Gumam nya.

Saat sarip, ocid dan umar sedang fokus melakukan perburuan.

Tiba tiba jinan seperti tertarik untuk berjalan menuju ke oasis tersebut melalui jalan setapak, jinan berjalan sampai tanpa sadar semakin menjauhi teman teman nya.


Pandangan nya celingak celinguk menyisir pematang yang ia lalui sampai ia tak sadar sedsng berpapasan dengan seseorang.

"Kalian nyari apa Le?"

Seorang kakek kakek berpakaian hitam dengan caping di kepala nya bertanya kepada jinan, sontak saja ia terkejut lantaran mendengar suara beliau.

Perasaan tadi ndak ada orang sama sekali, batin nya.

Jinan memperhatikan sosok tersebut lebih jelas, pandangan nya tak bisa berfungsi dengan baik lantaran terkena bias matahari yang terik terlebih lagi kakek tersebut mengenakan caping sehingga wajah nya tak bisa terlihat.

"Ehhhh, anu mbah...."

"Kami sedang berburu musang, tikus atau ular...."

Ucap jinan tanpa rasa curiga.

"Kalau kalian mencari tikus sawah dan ular, di tumpukan pojon cabai itu ada. Kalau sekedar ember mu. Lebih malahan untuk menaruh tikus tikus nya."

"Di sana juga ada dua ekor ulr kobra dengan ukuran cukup besar."

Ucap beliau sambil menunjuk ke arah tumpukan pohon cabai kering yang sudah di cabut pak tani.

Jinan meperhatikan tumpukan pohon cabai tersebut yang jarak nya tak jauh dari tempt ia berdiri.

Baru saja menoleh jinan langsung terperanjat lantaran sosok kakek kakek tersebut sudah menfhilang ntah kemana.

Padahal itu adalah sebuah jalan setapak yang kanan kiri nya adalah hamparan ladang, kalau beliau berjalan pasti masih bisa kelihatan.

Jinan hanya menggaruk garukkepala nya karena tak habis pikir.

"Masak siang bolong begini ada setan.
"Woyy nan, ngapain kamu malah bengong di situ."

"Ada sinyal butuan ndak?"

Tanya sarip, jinan langsung tersadar dari lamunan nya.

"Rip, mar, cid...."

"Sini....."

Teriak jinan kepada kawan kawan nya.

Mereka bertiga langsung berlari menghampiri nya,

"Ada apa nan?"

Tanya ocid.

"Kalian lihat tumpukan pohon cabai di itu?"

Kata jinan.

""Iya, kenapa nan?"

Tanya sarip.

"Panggil ndaru sekalian, kita sergap tumpukan pohon kering itu. Jangan lupa kalian pegang tongkat kayu untuk mengebuk tikus nya."

Ujar nya, hal itu membuat teman teman teman nya meraha heran.

"Darimana kamu tau kalau di situ ada banyak tikus nya nan?"

Tanya sarip kepda nya.

"Feeling aja kok Rip, kemungkinan ada ular nya juga. Jadi kalian harus waspada."

Tambah nya.

Setelah ndaru datang, mereka mulai mengepung tumpukan pohon cabai tersebut,

Jinan mulai membongkar tumpukan pohon itu, dan benar saja. Saat si sibak tikus tikus di dalam nya langsung berlarian keluar, 

Sarip dan yang lain begitu bersemangat menggebul tikus tikus tersebut seperti sedang bermain game di mall.

Tak butuh waktu lama ember yang mereka bawa sudah penuh dengan tikus buruan, dan di tumpukan paling bawah jinan menemukan dua elor ular kobra berukuran besar sedang saling melingkar.

Seekor ular berhasil di tangkap olej jinan dengan menggunakan tongkat dan di masukan ke dalam karung dalam ko disi masih hidup, sedangkan yang seekor lagi sedang di atasi oleh sarip.

Kobra tsrsebut langsung bereaksi dengan cara mengembangkan kepalanya seperrti sendok saat ekor nya di tarik oleh sarip, dia benar benr sepertu seorang pawang ular.

Ndaru dan umar sedikit menjauh karena ketakutan melihat mulut kobra yang mendesis.

Namun dengan cekatan sarip berhasil menaklukan nya dan memasukan ular tsrsebut ke dalam karung.

Karena susah dapat banyak buruan, meeeka memutuskan untuk menyudahi perburuan dan pulang untuk segera mengolah dan memasak nya.

"Apa an ini, kulit ular nya melungsungi( sedang ganti kulit)"

Kata sarip sambil membuang selongsong kulit ular yang menempel di tangan nya, ternyata ular tersebut sedang dalam fase ganti kulit.

Persis seperti ucapan kakek misterius yang di temui jinan, rmber dan karung nya sudah penuh dengan hewan buruan.

"Malam inu kita akan pesta besar...."

"Malam ini ada minuman penghangat nya kan bos?"

Seru sarip sambil merangkul ndaru sang bos kecil.

"Beres kalau itu rip...."

Sahut nya.

"Yang depkes ya bos, jangan yang oplosan. Hehehehe...."

Celetuk sarip.

"Gaya gaya an kamu rip, paling juga jackpot...."

Sahut jinan.

"Weeeitttssss jangan salah bro, muntahan ku itu seperti ambergris...."

"Harga nya mahal.hahahahahaha...."

Kata sarip.

"Ambergris apa an rip?"

Tanya ndaru yang tampak bingung.

"Muntahan paus bos, mahal tuh kalau di jual buat campuran parfum."

Tandas nya.

"Boro boro laku di jual, lihat aja ogah aku nya."

Celetuk ocid.

Setelah berkemas, mereka akhir nya kembali pulang ke rumah jinan untuk mengolah hasil buruan.
Sempat ada perdebatan sedikit di antara mereka lantaran ada nya rasa sungkan kepada keluarga jinan kalau harus mengolah dan memasak hasil buruan tersebut di rumah nya, namun jinan bisa meyakinkan teman teman nya kalau keluarga nya tak pernah mempermasalahkan nya.

Orang tua jinan memang tipikal orang tua asik dan tak banyak ngomel dengan apa yang jinan perbuat.

Setuba nya di rumah, junan dan teman teman nya mulau mengolah seember tikus sawah dan dua ekor ular kobra yang mereka dapat di dekat kandang ayam.

Untuk mengeksekusi kobra di butuhkan kewaspadaan ektra menngingat dua ular inu masih dalam keadaan hidup.

Jinan dan sarip memegang kepal ular menggunakan kayu sebagai penjepit lalu memotong kepala nga dalam sekali tebasan, teman teman nya memperhatikan dua ekor konra ysng sudah tanpa kepala ktu menggelepar, menggeliat meregang nyawa dengan darah segar yang masih mengucur. Permukaan kulit nya yang bersisik tampak mengelupas berganti dengan kulit baru seperti kulit salak tampak berkilau di lapisi semacam cairan licin.

Tanpa basa basi mereka langsung menguliti dan memotong motong ular teraebut menjadi beberap bagian, begitu pula dengan ocid, umar dan ndaru yang sudah selesai terlebih dahulu mengolah tikus tikus di ember.


Jinan dan sarip mencuci dan membulas nya beberapa kali menggunakan air sumur, setelah itu jinan mulai mengupas bawang dan bahan bahan masakan lain yang sudah di beli umar dari hasil uang kolekan.

Jinan sudah seperti koki handal di restoran saat meracik bumbu bahan masakan, karena hari sudah sore maka teman teman nya berpamitan untuk pulang dan mandi terlebih dahulu.

'Ya sudah, kalian pulang saja dulu. Nanti setelah matang datang lah ke sini, kita rayakan malam minggu inu sampai pagi kalau perlu."

Kata nya.

Teman teman jinan pun akhir nya pulang satu persatu meninggalkan nya, sembari menunggu daging tikus dan daging ular nya di rebus supaya lebih empuk, Jinan mulai mengulek rempah rembah yang akan ia gunakan untuk memasak rica rica.

Kurang lebih setengah jam ia merebus nya sampai semua bumbu halus siap jinan lalu mengangkat dan meniriskan daging yang baru saja ia rebus.

Jinan mulai menumis bumbu rica di penggorengan, tak lupa daun salam dan seruas lengkuas dan jahe ia maauk kan ke dalam nya setelah sebelum nya ia geprek terlebih dahulu.

Aroma bumbu di penggorengan sudah semerbak tercium, jinan lantas langsung memasukan daging tikus dan ular ke dalam nya.

Setelah bumbu meresap, dan kadar air nya menyusut. Jinan mengangkat penggorengan dari atas tungku api.
Sebuah kuali dengan rica rica daging tampak masih mengepul, aroma nya benar benar menggugah selera sehingga membuat jinan ingin mencicipi nya.

Jinan mencicipi dua potong paha tikus dan benerapa potong daging ular.

Sensasi pedas dan panas di bibir dan lidah nya membuat jinan ingin mencicipi nya lagi dan lagi.

Sampai tiba tiba tenggorokan nya terasa gatal dan kering.

Jinan terbatuk batuk dan sesekali membuang ludah, tenggorokan nya terasa panas seperti benar benar terbakar.

Itu bukan lah efek dari rica pedas buatan nya, ada yang aneh dengan nya.

Jinan benar benar takut dan panik ketika mulut nya tiba tiba mengeluarkan busa seperti orang yang sedang keracunan.

Jinan memegangi lehernya sambil kesakitan,

Hal itu di saksikan oleh bapak nya yang baru saja pulang kerja.

"Le...."

Kamu kenapa...."

Tanya bapak nya saat melihat jinan sedang panik dengan mulut berbusa.

Jinan tak bisa berbicara, dia hanya menunjukkan gestur memasukan sesuatu ke dalam mulut nya dan menunjuk kasakan di kuali.

"Masak apa kamu tadi le?"

Tanya pardi kepada nya.

Junan benar benar tak bisa berbicara, wajah nya tampak memerah.

"Buk, ibuk...."

"Teriak pardi kepada sang istri.

"Kenapa pak, kok datang datang teriak teriak."

Kata sang istri

"Jinan buk, dia seperti nya keracuan."

Kata pardi.

"Kok bisa le...."

Kamu makan apa...."

Teriak sri dengan rasa panik.

"Jinan masak ular kayak nya buk...."

"Sudah nanti saja di bahas, aku mau bawa junan ke klinik dulu buk."

Ujar pardi.

Jinan seperti orang bisu, tak sesikit pun suara bisa terucap dari mulut nya yang penuh busa.

Pardi membawa jinan ke klinik terdekat, sesampai nya di sana dia langsung di tangani oleh seorang dokter.

Jinan duduk di kasur matras dan mulai di periksa oleh bu dokter.

Mulai dari tekanan darah sampai menyotot puil mata nya menggunakan senter.

"Ini adalaj gejala keracunan, kamu tadi habis makan apa Dek?"

Tanya bu dokter.

Karena jinan tak bisa berbicara, dia bingung bagaimanamenjawab nya. Mata nya melijat kertas dan pulpen di meja bu dokter, jinan turun dari matras lalu menyahut kertas dan pulpen.

Dia menulis

"Saya habis makan daging ular Bu......"

Bersambung-
cos44rm
boesly
belajararif
belajararif dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup