tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#90
Part 24
"Ini dia si Ndaru...."

"Aku kira sudah pulang duluan tadi."

Kata sarip sambil menyalakan kran air di samping Masjid setelah mengembalikan keranda mayat di tempat nya bersama Jinan, Ocid dan Umar.

Rupa nya Ndaru menunggu teman teman nya setelah cuci tangan dan kaki di tempat wudhu masjid.

"Kita kan datang bareng bareng Rip, masak pulang nya nggak bareng bareng juga."

Kata Ndaru yang sedang duduk di teras batas suci masjid.

"Memang sohib ane yang paling gini deh kamu Ru...."

Kata Sarip sambil mengacungkan jempol tangan ke arah Ndaru.

"Tapi traktiran makan makan motor baru nya jadi kan...."

Tambah nya lagi.


"Yeeeeee......"

"Dasar tukang makan....."

Seru teman teman nya secara bersamaan.

"Sudah sudah nggak usah ribut ribut gitu, ini kan masjid bro."

"Karena itu aku nunggu in kalian di sini, ayo kita cabut ke warung bakso pengkolan sana."

"Nan, kamu ikut kan?"

Tanya Ndaru kepada jinan yang sedang membasuh wajah nya secara perlahan, dia meringis kesakitan saat menyentuh benjolan bekas sengat tawon vespa di makam.

"Di enak in aja deh, kayak nya aku nggak bisa ikut nih."

"Rasa nya perih banget muka sama kepala ku. Gara gara tawon......"

Kata jinan kepada ndaru.

"Kamu sihhhh, iseng nya nggak ketulungan."

"Segala sarang tawon di timpuk in."

Celetuk ocid sambil mematikan kran air.

"Sudah sudah, ada teman sedang kesakitan malah di ledek in."

"Kamu bisa pulang sendirian kan Nan?"

Kata Umar yang dari tadi diam.

"Iya mar, aku masih bisa pulang kok."

"Kamu ikut aja makan makan sama yang lain, aku ikut senang karena kamu sekarang punya motor baru Ru."

Ujar jinan kepada umar di tambah memberikan ungkapan kebahagiaan kepada ndaru.

"Wah jadi cuma ber empat deh kita...."

"Istirahat ya nan, semoga lekas sembuh."

"Nggak nyesel kan batal makan bakso. Hehehehe"

Kata Sarip dengan aksen sedikit meledek.

"Jatah ku kasih ke Sarip aja tuh Ru, ngebet banget dia kayak nya."

Celetuk jinan sambil berjalan mengambil sandal lalu berjalan pulang sendirian, suasana sekitar masjid yang terletak tak jauh dari makam sudah lengang, tak ada satu pun pelayat yang terlihat di sana.

Sedangkan di makam, masih ada keluarga mbah darmo bersama beberapa warga termasuk mbah darmo yang mulai menjaga makam tersebut, mereka rencana nya akan bergantian menjaga nya supaya tidak ada yang berniat untuk menggali dan mencuri sesuatu dari makam mbah anggoro.

"Le....."

"Tunggu....."

Teriak Pardi dari arah makam, ia setengah berlari dari arah makam ketika melihat anak nya sedang berjalan untuk pulang.

"Iya Pak...."

Sahut jinan, langkah nya terhenti menunggu bapak nya yang hendak menghampiri.


"Lho bapak ndak ikut jaga malam sama mbah kaking dan yang lain?"

Tanya jinan kepada bapak nya yang baru saja tiba di depan nya.

"Bapak tadi rencana nya mau ikut jaga, tapi di suruh samabah mu untuk pulang. Nanti habis mahrib bapak gantian jaha di sana sama supri dan yang lain."

Ujar Pardi kepada anak nya.

"Itu apa pak yang ada di tangan njenengan?"

Tanya jinan sambil melihat benda lembek berwarna putih menggeliat geliat di tangan bapak nya.

"Ini larva tawon ndas le, tadi di suruh mbah kakung untuk membawa pulang."

Jawab kang pardi sambil menunjuk kan beberapa ekor larva di tangan nya.

"Lho, buat apa pak?"

Tanya jinan yang penasaran.

"Tadi kata mbah mu, larva ini buat obat. Kan kamu tafi di sengat tawon pas di makam."

Jawab pardi, mereka berbincang sambil berjalan bersama menuju ke rumah.

"Obat????"

"Larva ini di makan gitu pak?"

Kata jinan sambil merasa geli melihat nya, membayangkan nya saja dia sudah mulai mual mual.

"Nggak ah pak, jinan ndak mau..."

Ucap nya yang merasa keberatan.

"Ya ndak di makan mentah mentah juga le, nanti biar di goreng dulu sama ibuk mu kalau kamu merasa geli."

"Kamu masih merasakan sakit?"

Tanya pardi kepada anak nya.

"Yo masih lah pak, kepala sama wajah ki pada benjol di sengat in banyak tawon ini."

"Badan ku tiba tiba merasa mriang."

Kata Jinan sambil bersedekap seperti orsng kedinginan, pardi menyentuh kening anak nya.

"Wah panas le, kamu demam ini."

"Ayo lekas kita pulang...."

Ajak pardi kepada jinan yang sudah mulai merasakan efek racun dari sengatan tawon.

Di lain tempat, Sarip bersama dengan Ocid dan umar sudah berada di warung bakso. Mereka di taktir oleh Ndarubyang baru saja di belikan motor oleh orang tua nya.

Mereka duduk dan menikmati semangkok bakso dengan ukuran besar besar, sarip makan dengan lahap nya sambil sesekali menenggak es jeruk yang ia pesan. 

"Pak tolong bungkus bakso nya satu ya...."

Ucap ndaru kepada sang penjual setelah mereka sudah kekenyangan.

"Bungkus???"

"Buat siapa itu Bos?"

Tanya Sarip kepada ndaru.

"Ua buat jinan lah, dia kan tadi harus nya ikut kita di sini."

"Nanti kamu anterin aku ke rumah nya buat ngasih bakso."

Ajak ndaru kepada sarip u tuk menani nya ke rumah jinan sekalian menanyakan keadaan nya.

"Siap bos kecil....."

"Nah kalau ocid sama umar ilut ndak?"

Tanya sarip kepada mereka berdua.

"Iya nanti aku nyusul deh...."

"Aku juga, mau mandi dulu soal nya udah sore ini."

Sahut umar dan ocid.

"Yo wis kalau gitu, tapi kita ke rumah mu dulu ya Bos. "

Ujar Sarip kepada ndaru.

"Ke rumah ku?"

"Mau ngapain Rip?"

Tanya ndaru kepada nya.

"Ya kita ke rumah mu naik motor baru lah,  aku pengen ngrasain. Hehehehehe...."

Kata Sarip sambil nyengir.

"Isshhhhh dasar kamu ini rip, ckckckck..."

Umar dan ocid sampai geleng geleng kepala melihat tingkah si sarip, sedangkan ndaru hanya tertawa.

"Iya iya, nanti kita bail motor ku ke rumah jinan biar kamu puas."

Kata Ndaru kepada sarip yang pengen banget naik motor baru nya.

Setelah mereka bubar untuk pulang,

Ndaru langsung mengambil kunci motor di rumah nya bersama sarip, mereka berboncengan menuju ke rumah jinan sambil menenteng kresek hitam berisi bakso.

Sarip benar benar kegirangan di bonceng oleh ndaru, sepanjang perjalanan tingkah nya bemar benar norak, Hampir setiap orang ia sapa padahal tak mengenal nya.

Akhir nya mereka sampai di depan rumah jinan,

"Tok, tok, tok...."

"Asalamualaikum...."

Ndaru mengetuk pintu rumah jinan.

"Waalaikum salam...."

Suara ibu nya menjawab salam terdengar dari luar.

Beliau membukakan pintu,

"Ow sarip sama ndaru to, pasti mau ketemu jinan kan."

Kata ibu nya jinan.

"Iya bulek, jinan nya ada kan?"

Kata ndaru, 

Baru saja mau menjawab tiba tiba sarip main selonong boy masuk ke dal tanpa basa basi kepada ibu nya jinan.

"Woey main nyelonong masuk saja kamu rip."

Celetuk ndaru.

"Susah le, ndak apa apa. Sarip memang sudah biasa seperti itu kok, ayo masuk...."

"Tuh jinan ada di dalam kamar nya."

Ajak ibu nya kepada ndaru.

"Wah motor mu baru ya le, jangan lupa di kunci setang takut ada maling."

Tambah beliau lagi.

"Nggih bulek, sudah kok."

Kata ndaru.

Mereka akhir nya masuk ke dalam untuk menemui jinan di dalam kamar nya.

Jinan sedang berbaring di atas kasur, aroma minyak tawon menyeruak di dalam ruangan tersebut, wajah jinan tampak mengkilap penuh dengan olesan minyak.

"Kamu kok malah mriang gini nan?"

Tanya sarip kepada nya.

"Iya nuh rip, haduhhhhh....."

"Mungkin ini efek dari racun tawon tadi."

Jawab jinan sambil menggigil.

"Ini apa nan, kok ada belatung goreng di piring?"

Tanya sarip saat menaruh bakso di meja dekat kasur nya.

"Itu larva tawon Rip, tadi di bawa in baoak ku dari makam."

"Kata mbah kakung itu bisa menetralkan racun, kata bapak ku tadi harus di makan. Tapi kalau mentah aku nggak mau, jijik...."

"Jadi di goreng dulu deh sama ibuk."

Ujar jinan menjelaskan.

"Kok ndak kamu makan nan?"

Tanya ndaru kepada nya.

"Nanti dulu deh ru, aku masih geli lihat nya,hiiiii...."

Sahut jinan.

"Ya sudah, kamu makan pake bakso ini aja nan biar nggak terasa. Gimana?"

Tanya sarip kepada nya 

"Ide yang bagus tuh rip...."

Sahut jinan.

"Yo wis, biar tak ambil in mangkok ke dapur sebentar."

Kata sarip yang langsung keluar kamar menuju dapur rumah jinan untuk mengambil mangkok 

Setelah itu bakso di dalam pastik di pindahkan ke dalam mangkok, sarip juga memasuk kan larva taeon goreng tersebut.

Jinan mulai memakan nya satu persatu bersama mie, kuah dan bakso nya yang terdapat larva tawon.

Dia mengunyah perlahan lahan, sesekali jinan ingin mu tah tapi ia tahan dan menelan nya.

Ndaru dan sarip sampai bergidik melihat jinan memakan larvs tersebut meskipun di campur dengan bakso.

"Kamu mau rip?"

Jinan menawari sarip,

"Emoh, hiiiii ......"

Sahut nya sambil memasang wajah jijik dan geli.

"Enak lho...."

Kata jinan menggoda.

"Ogah!!!!"

Celetuk sarip.

Saat sedang asik di dalam kamar, tiba tiba bapak nya jinan masuk. Beliau sudah mengenakan baju koko dsn sarung bersiap untuk menuju ke mushola.

"Sudah kamu makan le larva nya?"

Tanya beliau ketika masuk.

"Inu sudah kok pak, tak campur bakso."

Kata jinan.

"Yo wis, kalau gitu bapak ke mushila dulu ya."

Kata beliau.

"Iya pak...."

"Mari mas sarip, mas ndaru...."

Kata beliau

"Nggih om, monggo nderek aken...."

Sahut sarip dan ndaru.

"Bapak nanti ndak pulang dulu untuk makan malam?"

Tanya Sri kepada pardi saat hendak keluar.

"Ndak buk, setelah berjamaah bapakau langsung menuju ke makam untuk menjaga pusara mbah Anggoro bersama supri dan yang lain."

"Paling nanti ada yang ngirim makanan buat kami kok."

Jawab pardi kepada istri nya.

"Ow, ya sudah kalau gitu."

"Hati hati ya pak...."

Ucap sri kepada nya.

"Iya buk, bapak pergi dulu. Asalamualaikum...."

"Waalaikum salam...."

Tak lama berselang, sarip dan ndaru juga berpamitan pulang karena sudah mahgrib.

Mereka berpamitan kepada jinan dan ibu nya, ndaru mengantsrkan sarip ke rumah nya terlebih dahulu.

Setelah selesai sholat berjamaah, pardi dan supri berjalan menuju ke makam.

Mereka berjalan duluan karena beberapa warga masih khusyu' berzikir, nanti juga menyusul.

Suasana sudah mulai gelap, di atas makam mabh anggoro di pasangi terpal kalau kalau nanti turun hujan, Tak lupa cahaya petromak sebagai pencahayaan nya ysng di tenteng supri.

Saat hendak mendekati pintu masuk kuburan, tiba tiba supri memicingkan mata ke arah makam mbah anggoro lantaran samar samar ia melihat siluet orang yang sedang jongkok sambil mengais ngais tanah makam yang masih basah.

"Kang kang pardi, itu siapa kang yang sedang jongkok...."

Celetuk supri kepada pardi.

"Iya pri, ayo cepat kita samperin. Jangan jangan dia mau ngambil tali pocong."

Mereka berdua langsung berjalan dengsn cepat mendekati siluet tersebut.

"Woey ngapain kamu....."

Pekik supri kepada orang tersebut sambil mengarahkan petromak ke arah nya.

Terlihat seseorang dengan kepala yang di tutup kain sarung seperti ninja dengan kedua tangan sedang mengais tanah makam.

Dia terkejut, sorot kedua mata nya melotot ke arah supri dan pardi.

Tiba tiba dia berlari menerjang supri dan pardi, mereka di tubruk sampai terjatuh.

Pardi langsung bangun dan berlari mengejar orang tersebut sambil menghindari batu nisan di ikuti supri,

Mereka mengejar nya sampai ke rerimbunan pohin pisang.

"Itu orang nya pri, ayo cepat kita kejar...."

Ucap pardi kepada supri.

Mereka beehasil mengejar nya, namun saat hampir terpojok. Orang tersebut tiba tiba saja memanjat ke batang pohon pisang dengan cepat seperti seekor monyet lantas menghilang begitu saja.

Hal itu membuat supri dan pardi keheranan bercampur takut.

"Kang jangan jangan itu tadi setan, hiiiii...."

Kata supri


"Hussss....."

"Ngawur saja kamu pri."

Timpal pardi.

"Hoey kalian sedang mengejar apa?"

Tanya para warga yang menyusul mereka.

"Tadi ada ninja...."

Kata supri.

"Ninja?"

Ninja apa pri?"

Tanya salah satu warga.

"Ada orang yang menutup kepala nya menggunakan sarung seperti ninja, dia sedang mengais ngais tanah makam mbah anggoro di sana. Pas ketahuan dia lari ke sini...."

"Terus memanjat pohon pisang ini dan menghilang."

Kata supri.

"Iya benar kata supri...."

Tambah pardi.

"Wah untung keburu ketahuan sama kalian berdua."

Kata warga.

"Mana pohon pisang yang ia panjat pri?"

Tanya mbah darmo kepada supri.

"Itu pak, pohon pisang yang itu."

Sahut pardi sambil menunjukan pohon pisang yamg di maksud kepada mertua nya.

Mbah darmo mengamati pohon tersebut dengan seksama.

"Owalah, kui sirep...."

"Ada yang membawa golok atau oarang ndak?"

Tanya mbah darmo.

"Ada mbah, ini saya bawa untuk jaga jaga."

Kata salah satu warga.

"Bagus, sekarang cepat kau tebas pohon pisang tersebut. Orang nya masih ada di situ...."

Kata mbah darmo, beliau menyuruh warga untuk memotong nya.

Saat sedang di potong, tiba tiba....

"Blarrrrrrrrrrrr......"

Percikan api menyala di ujung pohon pisang tersebut.

"Waduh...."

"Dia berhasil lolos...."

Ucap mbah darmo.

"Lolos bagaimana mbah?"

Tanya supri.

"Maling nya di jemput sama si dukun yang melindungi nya."

Jawab mbah darmo.

Karena sudah kadung kesal, akhir nya warga tetap memotong pohon pisang tersebut, saat tumbang di ujung  daun nya memang tampak sudah hangus.

Karena kejadian itu, warga semakin intensif bergantian menjaga makam mbah anggoro kasih sampai 40 hari 40 malam lama nya.

Makam mbah anggoro aman tanpa ada pencuri yang berniat mengambil tali pocong di dalam nya.
bejo.gathel
cos44rm
belajararif
belajararif dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup