tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#87
Part 23
"Tunggu Rip....."

Teriak Jinan kepada si Sarip yang sedang berjalan mengenakan kopiah di kepala nya, mereka berjalan menuju kediaman Mbah Anggoro yang telah berpulang ke Rahmatullah malam tadi bersama para pelayat lain, Di perjalanan mereka juga bertemu dengan Ndaru, Ocid dan Umar yang hendak pergi melayat juga seperti mereka.

Pemakaman akan di laksanakan jam 2 siang, sehingga Jinan dan kawan kawan nya bisa mengantarkan jenazah mbah anggoro ke pemakaman.

"Setelah lulus nanti mau pada nerus in ke mana nih?"

Tanya jinan kepada ke empat rekan sepermainan nya yang berjalan berjajar membentuk formasi seperti boyband Kpop yang hendak perform di panggung.

"Aku mau nerus in ke STM Nan...."

Sahut sarip sambil sibuk membetulkan posisi kopiah berwarna hitam di kepala nya.

"Ndak mau nerus in ke Aliyah saja kamu rip, letak sekolah nya kan lebih dekat dari rumah kita."

Ucap ocid yang berada di antara Ndaru dan Umar.

"Ndak ah Cid, di aliyah kan kebanyakan mata pelajaran agama. Aku nggak kuat mikir apa lagi menghafal hehehehe...."

Jawab nya sambil nyengir.

"Owalah, dasar kamu nya aja yang malas."

Aku sama Umar mau masuk ke Madrasah Aliyah, iya kan Mar...."

Ujar Ocid sambil melihat ke arah Umar.

"Yo'i cid, mudah mudah an kita bisa satu kelas di sana nanti."

Kata Umar yang berada di posisi paling samping berdekatan dengan Ndaru.

"Kalian ini benar benar sudah seperti kakak beradik saja, kompak bener....."

Celetuk Ndaru di iringi dengan gelak tawa mereka bersama.

"Sepertinya aku juga mau masuk ke STM juga sama kayak kamu rip."

Ucap jinan setelah gelak tawa mereka mereda.

"Asikkkk....."

"Ini nih sobat gue....."

Seru Sarip dengan aksen sok sok an jadi anak metropolitan.

"Mau ambil jurusan apa Nan kamu rencana nya?"

Tanya Sarip.

"Mungkin mau ambil otomotif rip, biar setelah lulus langsung bisa kerja."

Jawab jinan dengan nada serius.

"Persis seperti yang ada di dalam pikiran ku, cucu mbah darmo ini memang ada bakat jadi cenayang nampak nya...."

Gurau Sarip kepada Jinan.

"Cenayang gundul mu...."

"Di mana mana kalau masuk ke STM kan emang niat nya supaya bisa langsung nyari kerja setelah lulus."

Kata Jinan sambil menoyor kepala Sarip yang berada di samping nya.

"Kerja sih kerja tapi ndak pake noyor juga kali nan, bisa kopyor otak ku nih...."

Celetuk Sarip sambil menoyor kepala nya sendiri berlawanan arah dari toyoran jinan tadi, kata nya sih biar nggak gesrek posisi otak nya, ada ada saja itu anak.

"Iya iya maaf deh rip...."

Ucap Jinan kepada nya.

"Apa asik nya sekolah di STM, praktek di bengkel saban hari ketemu nya batang kabeh. Ora ana cewek nya. Suram bro....."

Celetuk Ndaru ysng sedari tadi hanya diam mendengarkan kawan kawan nya mengutarakan rencana kedepan.

"Iya juga sih"

"Emang kamu mau nerus in kemana Ru?"

Tanya Sarip kepada ndaru.

"Kalau bos kecil mas sudah pasti nerus in ke SMA lah rip...."

"Sampai kuliah juga enteng buat ortu nya."

Celetuk jinan memotong pertanyaan si sarip.

"Enak banget kamu Ru, apa aja keturutan, nggak kayak kita kita ini. Huhuhu...."

Kata sarip sambil berlagak menangis iri dengan nasib ndaru yqng notabene memang anak dari keluarga berada, ndaru hanya menaik kan alis nya dengan bangga.

"Kurang enak apa lagi coba, belum lulus smp saja si ndaru sudah di beli in motor baru, itu tuh motor cowok yang bintang iklan nya Primus."

Celetuk ocid yang tahu kalau ndaru baru saja di belikan motor baru lantaran rumah mereka yang berdekatan.

"Beneran cid, kok kamu tau?"

Tanya Sarip kepada Ocid karena penasaran.

"Kapan sih aku bohong rip, kemaren sore tuh ada orang dealer yang datang kerumah nya mengantar kan satu unit motor anyar gressss masih di bungkus plastik semua."

Ujar Ocid kepada sarip di iringi decak kagum umar dan jinan.

"Beneran Ru?"
Tanya sarip untuk memastikan lagi.

"Apa an sih, biasa aja kali. Si ocid mulut nya rmber banget."

Kata ndaru dengan santai nya.

"Wahhhhh, abis ini bancakan dong....."

Ucap sarip memberi kode traktiran kepada bos kecil.

"Iya iya...."

"Gampang itu mah, nanti habis ngelayat kita makan bakso di pengkolan."

Kata ndaru mengiyakan permintaan sarip.

"Bakso pengkolan yang pentol nye segede gaban itu ya ru?"

Kata sarip dengan penuh semangat sampai mengelus elus perut nya.

"Ahhhh kamu ini kebiasaan rip, main minta mi ta traktir segala."

Ucap jinan yang merasa sungkan.

"Gitu juga kamu mau kan?"

Celetuk nya.

"Ya mau lah...."

Sahut jinan 

"Hahahahahaha...."

Tawa renyah mereka berlima.

Tanpa sadar mereka sudah sampai di depan rumah duka dengan bendera kuning yang di ikat kan di tiang tenda, tampak para pelayat sudah memenuhi tempat duduk yang tersedia didominasi oleh bapak bapak dan orang tua, sedang kan yang muda berdiri di posisi belakang tenda.

Keranda mayat yang sudah tertutup kain berwarna hijau di hiasi dengan rangkaian bunga di atas nya di letak kan di teras rumah.

Mbah modin memulai prosesi pelepasan jenazah, memberikan sambutan singkat, ucapan bela sungkawa, ucapan terima kasih atas kehadiran para warga tak lupa mewakili almarhum bilamana semasa hidup beliau memiliki salah baik di sengaja maupun tidak di sengaja, satu lagi masalah sangkutan utang piutang. Jika ada yang punya urusan utang piutang di mohon untuk langsung menghubungi pihak keluarga atau mengikhlaskan nya.

"Para hadirin menjadi saksi nya kalau almarhum semasa hidup nya, beliau adalah orang yang baik nggih pak, buk...."

Ucap mbah modin di depan para pelayat.

"Nggih....."

Sahut para pelayat.

"Laa illahailallah...."

"Laa illahailallah...."

Seruan tauhid dari mbah modin di ikuti para pelayat, seiring keranda mayat mulai di angkat oleh empat orang di setiap sisi nya.

Tampak mbah darmo ikut mengangkat keranda berisi sahabat baik nya tersebut, walau usia nya sudah tak muda lagi namun kekuatan fisik nya benar benar masih prima lantaran keseharian nya yang bekerja di sawah.

Sanak keluarga yang berduka tampak bersedih dan ada yang menangis, 

Keranda di angkat dan di bawa ke depan rumah, tak langsung berangkat melain kan berhenti sejenak lalu sanak family mbah anggoro berjalan melewati bawah keranda sebagai bentuk penghormatan terakhir secara bergantian dari istri, anak tertua sampai cucu nya.

"Krempayaaaanggggg....."

Pembawa payung menyondol atap rumah duka sampai satu genteng di atas nya terjatuh dan pecah sebagai simbol supaya sang istri atau kelaurga nya tidak ada yang menyusul jenazah (meninggal) sebuah tradisi lama yang ada di daerah kami.

Jenazah di gotong menuju ke masjid secara bergantian untuk di sholatkan lalu sesegera mungkin di bawa ke makam untuk di kebumikan.

Iringan para pelayat tampak memenuhi jalan perkampungan untuk mengantarkan mbah anggoro mwnuju ke tempat peristirahatsn terakhir nya.

Lantaran serambi masjid sudah penuh dengsh shaf jemaah sholat jenazah, sebagain pelayat memilih untuk langsung menuju ke pemakaman, tak terkecuali jinan dan teman teman nya.

Mereka langsung masuk ke makam bersama pelayat lain dan dengan seenak nya duduk di atas makam lama persis di bawah pohon kamboja yang cukup rindang dan teduh.

Sambil menunggu jenazah tiba, mereka asik bersenda gurau di sana sampai tiba tiba jinan melihat gumpalan seukuran bola sepak yang menggantung di dahan pohon beringin, itu adalah sarang tawon vespa.

posisi nya tepat di tengah tengah area makam, tak terlalu jauh dari liang lahat untuk mengebumikan jenazah mbah Anggoro.

Setelah beberapa lama menunggu, akhir nya keranda telah tiba memasuki area pemakaman.

Beberapa orang masuk ke liang lahat bersama penggali kubur untuk menerima jenazah lantas memasuk kan nya ke lubang makam.

Saat para pelayat kerkerumun melingkari liang lahat, timbul lah ke jahilan jinan.

Dia mengambil sebongkah batu bata di dekat nys lalu melemparkan nya tepat ke sarang tawon tersebut.

"Prakkkkkk....."

Lemparan jinan tepat mengenai sasaran, sarang seukuran bola sepak tersebut langsung hancur beratakan di iringi dengan auara dengungan ratusan ekor tawon vespa yang mengamuk dan berterbangan ke segala arah.

"Tawon...."

"Tawon ngamuk....."

Seru beberapa pelayat yang sedang mengikuti prosesi pemakaman jenazah.

Mereka panik lantas lari tunggang langgang menyelamatkan diri dari amukan tawon vespa jenazah yang baru di letak kan dan belum sempat di urung tanah terbengkalai begitu saja karena ulah jinan yang usil.

Jinan dan ke empat kawan nya juga menjadi sasaran tawon yang benar benar mengamuk,

Mereka berlarian ke segalah arah dan beberapa kali tersandung batu nisan.

Jinan berlari sendirian karena tertinggal oleh ke empat teman nya, saat berlari tiba tiba....

"Bleeeesssssss....."

Tubuh junan terperosok ke dalam sebuah makam lama, badan nya terbenam sampai seukuran dada.

Dia meronta ronta sebisa nya sambil menggunakan kedua tangan nya untuk menutupi kepala dan wajah dari serangan tawon vespa.

"Wadauuuu, wadau...."

"Tolonggggg...."

Teriak nya sambil kesakitan di sengat tawon vespa.

Suasana benar benar chaos, namun mbah darmo tampak berdiri tenang di dekat liang lahat.

Beliau mendekati keranda yang sudah kosong lantas mengais kapur barus halus yang di tebar di permukaan keranda, kapur barus yang semula di tabur di permukaan keranda sebagai wewangian bersama minyak kenanga dan minyak melati.

Lantas beliau menaburkan nya ke atas, benar benar aneh bin ajaib.

Tawon vespa yang jumlah nya banyak dan dalam kondisi sedang mengamuk, tiba tiba saja mulai tenang dan berhamburan meninggalkan makam.

Para pelayat yang tadira berhamburan keluar mulai berdatangan untuk melanjutkan prosesi pemakaman,

"Jinan kenapa itu, ayo ayo tolong in dia..."

Ucap beberapa orang di sana yang mendapati tubuh jinan sedang terperosok ke dalam sebuah makam.

"Pak tolong pak..."

"Aduhhhh...."

Ucap nya sambil mengaduh lantaran kepala nya di sengat oleh taeon vespa.

Di daerah ku tawon ini biasa di sebut dengan tawon ndas karena kalau menyerang biasa nya menyengat ke daerah kepala.

Sarip, ndaru, ocid dan umar melihat jinan yang sedang di evakuasi oleh beberapa warga. Mereka terdiam sambil cekikikan.

"Kualat kowe..."

Gumam Sarip sambil melihat jinan yang kesakitan.

Setelah berhasil keluar lantaran di bantu para warga, jinan di datangi oleh bapak nya dan mbah darmo.

"Kamu ndak apa apa le?"

Tanya kang pardi bapak nya.

"Ndak apa apa pak, tapi bekas sengatan tawon tadi terasa perih dan panas."

Ucap nya sambil memegangi wajah nya yang merah dan mulai bengkak.

"Tahan dulu le, nanti di rumah di obati pake minyak tawon."

"Sekarang kita lanjutkan prosesi pemakaman dulu, kasihan si jenazah...."

Kata mbah darmo di sana.

"Siapa sih yang usil melempar sarang tawon, kurang ajar banget...."

Celetuk salah seorang pelayat di sana, tak satu pun dari para pelayat yang mengetahui siapa si pelempar sarang tawon tersebut karena mereka tadi fokus ke liang lahat, jinan tampak tertunduk.

Ke empat teman nya hanya cekikikan sambil melihat ke arah jinan,

"Rasain...."

"Kualat kamu nan. Hihihihi..."

Kata sarip sambil meledek jinan.

"Aduhhhh, sakit banget rip....."

Kata jinan.

"Kamu sih, usil nya kebangetan. Ini kan prosesi sakral nan. Kurang kerjaan...."

Seru Umar yang tampak sedikit kesal karena ulah jinan, lengan umar juga tersengat saat berlari. Begitu juga ocid dan ndaru yang terluka di bagian kaki karena tersandung batu nisan.

Liang lahat telah selesai di urug oleh tanah dua batu nisan yang terbuat dari semen tertancap di kedua sisi nya dengan posisi kepala yang di tandai dengan tulisan nama si jenazah beserta tanggal lahir dan tanggal wafat nya.

Mbah modin memimpin doa  berdiri di depan pusara yang sudah bertabur oleh bunga dan kendi air berbahan tanah liat.

Para pelayat mulai membubarkan diri untuk pulang, tinggal keluarga almarhum yang masih berada di sana, saat jinan cs hendak membubarkan diri tiba tiba mbah darmo memanggil mereka.

"Le...."

"Jinan...."

Panggil mbah darmo.

",Nggih mbah...."

Sahut jinan.

"Kamu sama teman teman mu bawa keranda ini, kembalikan ke ruang samping masjid."

Suruh mbah darmo kepada cucu nya.

"Iya mbah, mbah ndak pulang?"

Tanya jinan.

"Mbah pulang nanti Le, mau nunggu makam anggoro dulu bersama beberapa warga."

"Takut ada yang berniat jahat."

Ujar mbah darmo kepada jinan.

"Nggih mbah, jinan pulang dulu ya...."

"Rip, cid ayo batu in angkat ini."

Ajak jinan kepada teman nya untuk membantu mengembalikan keranda ke masjid.

Aku ndak usah bantu angkat kan, kan sudah ada kalian berempat...

Kata ndaru sambil berjalan menuju keluar.

"Ayo cepetan angkat...."

Kata ocid sambil memengang pegangan keranda.

"Sudah cid, kamu stand by di dekat ku saja, biar aku sendiri yang berada di depan."

"Jinan dan umar yang ada di belakang."

Kata sarip dengan songong.

"Beneran nih?"

Ocid bertanya kepada nya.

"Iya lah, aku kan kuat..."

Kata nya, umar dan jinan tak mnghiraukan nya. Jinan masih sesekali memegangi wajah dan kepala nya yang tersengat tawon, Sudah terlihat memerah dan benjol benjol.

"Ayo jalan...."

Kata sarip dengan kedua tangan yang mengangkat kedua pegangan keranda sendirian di depan, mereka mulai berjalan menuju ke pintu keluar makam sambil menghindari jajaran batu nisan di bawah nya.

"Sini rip aku bantu in saja, nanti kamu kesandung malah bahaya."

Ujar Ocid seraya mengambil alih satu pegangan di samping ocid.

"Yo wis, ayo...."

Kata sarip, saat mulai melangkah tiba tiba.

"Blekkkkkk....."

Terasa seperti ada yang sedang naik ke atas keranda kosong tersebut.

"Lha kok tiba tiba berat ya cid?"

Gumam sarip kepada ocid di samping nya.

"Iya rip, kayak ada yang naik ini..."

Celetuk ocid.

"Padahal tadi pas aku sendirian enteng kok...."

Bisik sarip yang keheranan.

Rupa nya jinan dan umar juga merasakan hal yang sama, keranda kosong yang mereka angkat tiba tiba saja terasa berat.

"Leee...."

"Tunggu dulu...."

Teriak mbah darmo, mereka kompak berhenti sambil menggotong keranda tersebut.

"Mundur tiga langkah...."

Seru mabh darmo, mereka pun menuruti nya dengan hati hati supaya tidak terjegal batu nisan.

"Penumpang nya sudah turun, sekarang kalian bisa jalan lagi. Kembalikan ke masjid."

Teriak mbah darmo.

Mereka berempat langsung saling memandang,

"Haaahhhh...."

"Penumpang???"

Bersambung-
bejo.gathel
cos44rm
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup