tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basišŸ˜
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#80
Part 22
"Le....."

"Kamu ndak ke rumah mbah kakung?"

Ā Malam itu Sri bertanya kepada Jinan yang sedang rebahan di kamar nya, biasanya dia langsung menuju ke rumah mbah darmo sepulang sholat magrib dari mushola untuk mengaji dan mendapatkan beberapa hafalan untuk mengendalikan penggunaan mata yazna/ mata ketiga yang sudah ia dapatkan dari lahir.

"Ndak ah buk, aku sudah cukup pengetahuan untuk hal hal seperti itu."

"Setidak nya sekarang aku sudah tau kapan harus menutup nya, dan seperti nya biar tertutup saja lah...."

Jinan berkilah sembari merenggangkan tubuhnya di atas kasur, selain karena dia merasa kalau tak ingin mempelajari hal hal berbau klenik lebih jauh jinan juga sedang ingin fokus untuk menghadapi ujian sekolah yang sudah berada di depan mata, jinan sekarang sudah kelas 3 smp.

Semenjak memasuki usia remaja, perangai jinab memang sedikit berubah. Darah muda yang mulai menggebu membuat masa pencarian jati diri nya harus di warnai dengan percikan percikan konflik yang di dasari oleh rasa emosi.

Siang itu jinan baru saja pulang sekolah, tanpa berganti pakaian dia lantas masuk ke dalam kamar dan tidur.

Beberapa kali Rani, sang kakak mengetuk pintu kamar nya untuk mengajak jinan makan siang. Sayang nya dia tak mendapatkan respon yang berarti dari sang adik.

Hingga menjelang sore, jinan baru keluar kamar untuk mandi. Itu pun lantaran pintu kamar nya yang kembali mendapatkan ketukan dari jemari ibu nya,

"Lho Nan...."

"Itu kenapa wajah mu lebam lebam?"

"Kamu habis berkelahi?"

Tanya ibu nya ketika melihat jinan keluar dari kamar sambil membawa handuk untuk menuju ke kamar mandi.

Jinan terdiam sejenak, tangan nya seolah sedang menutupi lingkar wajah yang terdapat beberapa lebam dari sang ibu.

"Anu buk...."

"Jinan tadi terjatuh saat pulang sekolah..."

Ucap jinan dengan maksud menampik asumsi ibu nya tadi.

"Jatuh???"

"Kamu jangan bohong Le, ibu yang mengandung mu selama sembilan bulan. Sejak kecil ibu paham betul seperti apa anak laki laki ibu."

"Kamu berkelahi dengan siapa?"

Ibu nya kembali menginterogasi anak laki laki nya lagi sambil memegang lebam di muka jinan.

"Aaaawwwwww....."

"Sakit buk...."

Jinan sontak saja meringis kesakitan ketika tangan ibu nya menyentuh wajah nya.

"Kalau tau sakit, kenapa kamu berkelahi nak?"

"Kamu berkelahi sama siapa?"

Tanya ibu nya lagi.

"Cuma luka sedikit ini, besok juga sembuh kok."

"Jinan ndak tau buk...."

Sahut nya, seperti nya jinan masih bersikukuh tak mau mengaku kepada ibu nya.

"Kamu ini gimana to, berkelahi kok ndak tau sama siapa."

Ucap ibu nya yang semakin bingung dengan ucapan anak nya.

"Pak...."

"Lihat nih anak perjaka mu, sudah berani berkelahi dia sekarang."

Sri memberi tahukan pardi sang suami perihal jinan yang babak belur lantaran habis berkelahi.

Pardi yang baru saja masuk ke dalam rumah tampak memperhatikan lebam di wajah anak nya tersebut.

Dia memegang dagu jinan kemudian menolehkan nya ke kanan dan ke kiri sambil mengamati luka di wajah anak nya.

"Aaaahhhhh, sudah lah buk...."

"Jinan kan anak laki laki, jadi wajar lah kalau dia sesekali berkelahi. Kata bang haji oma irama kan Darah muda darah nya para remaja...."

Kata pardi dengan santai nya, dia seolah tak ingin mengintimidasi jinan yang terlihat gusar.

"Lho, lho, lho...."

"Bapak iki pie to, anak berkelahi kok di bilang wajar."

Celetuk sri kepada pardi.

"Buk, coba kamu lihat wajah jinan. Dia itu sudah mendapatkan pelajaran dari apa yang sudah ia perbuat."

"Jinan anak kita ini bukan anak yang brangasan, asal mukul in anak orang. Bapak yakin jinan berkelahi karena ada alasan nya."

"Iyo ndak le...."

Cara pardi mendidik anak nya memang lebih fleksibel dan tidak kaku, dia pah benar bagaimana cara memperlakukan anak nya supaya bisa menjadi orang tua sekaligus teman yang membuat jinan merasa nyaman sehingga dia bisa dengan terbuka bercerita kejadian yang sebenarnya tanpa harus mengajukan pertanyaan yang bersifat mengintimidasi.

"Le....."

"Bapak mu ini juga laki laki, bapak juga pernahuda seperti diri mu."

"Kamu ada masalah apa sebenar nya?"

Tanya pardi sambil merangkul jinan dan mengajak nya duduk di ruang tamu di ikuti sri di belakang merekaĀ 

"Di sekolah, jinan sering di ledek sama Handoko pak. Dia adalah teman sekelas jinan yang sok jadi jagoan."

"Sebenar nya jinan tak pernah menggubris nya, tapi kelakuan handoko tadi pas di sekolah benar benar audah kelewatan pak."

Ucap jinan sambil menunduk di samping bapak nya.

"Kelewatan bagaimana Le?"

Sahut Pardi yang tampak serius mendengarka. Penjelasan anak nya.

"Jadi si handoko itu mengatai jinan dengan sebutan anak tukang sayur...."

"Walaupun otang tua handoko adalah seorang pegawai, tapi apakah pantas dia merendahkan keluarga kita pak. Terutama ibuk."

"Jinan nggak rela ibuk di jadikan bahan ejekan pak."

Terang jinan kepada bapak nya.

Mendengar hal itu, sri juga tampak terharu kepada anak nya.

"Jadi seperti itu kejadian nya le, yo wis...."

"Yang sudah ya sudah. Toh kamu tadi sudah berusaha membela martabat ibu mu."

"Lain kali ndak usah di ladeni hal hal yang seperti itu, memang benar kalau kamu ini anak seorang tukang sayur. Tapi belum pasti kalau si handoko itu lebih baik dari diri mu."

"Tadi kamu duel sama si handoko itu?"

Tanya pardi kepada jinan, dia menggeleng....

"Awal nya sih gitu pak, tapi pas pulang sekolah. Jinan di cegat handoko bersama dua teman nya."

Kata jinan dengan nada lirih,

"Lho, kamu di keroyok le?"

Tanya bapak nya sambil terkejutĀ 

"Iya pak, tadi aku di keroyok tiga orang, sarip dan Ndaru kebetulan sudah pulang duluan."

Kata jinan sambil menegak kan posisi duduk nya.

"Wahhhh, benar benar si handoko itu pengecut yang berani nya keroyokan."

Ujar Pardi yang tampak kesal.
"Tapi jinan ndak gentar pak, walaupun di keroyok, aki memang sengaja hanya mengincar handoko. Dia ku yindih dan ku bogem terus menerus sampai gigi nya copot walaupun kedua teman nya tak henti henti memukul punggung dan kepala ku."

Kata jinan,

"Terus bagaimana sampai mereka berhenti mengeroyok mu le?"

Tanya pardi.

"Untung nya tadi ada banyak orang yang melerai pak."

"Walaupun babak belur, setidak nya aku sudah berhasil menghajar handoko."

Ujar jinan kepada bapak nya.

" Ya sudah, sana mandi...."

"Kalau ada luka yang serius ngomong ke bapak, biar nanti ku antar berobat."

Ucap pardi kepada anak nya.

Selepas magrib, tiba tiba ada yang mengetuk pintu rumah mereka.

"Tok, tok ,tok....."

"Dorrrr, dorrrr, dorrrr...."

Suara ketukan pintu yang awal nya perlahan tiba tiba berubah menjadi suara gedoran.

"Iya sebentar...."

Ucap sri dari dalam rumah.

"Cklekkkkk...."

Pintu terbuka....

"Bapak siapa ya?"

Tanya sri kepada seorang laki laki setengah baya berdagu tegang dengan kumis tebal yang berdiri di hadapan nya.

"Mana anak mu!!!!"

Bapak bapak tersebut bertanya dengan nada tinggiĀ 

"Sebentar pak, anda ini siapa dan ada urusan apa anda mencari anak saya?"

Sri tampak kebingungan karena orang tersebut seperti nya sedang dalam keadaan emosi.

"Ada apa ini buk, kok dari dalam ku dengar suara orang yang sedang membentak bentak."

Pardi keluar dan bertanya kepada sri istri nya.

"Ini lho pak, ada tamu yang mencari anak kita."

Kata sri sambil menunjukan bapak bapak tersebut kepada suami nya.

"Ow....."

"Maaf pak, anda siapa ya kok datang datang langsung emosi?"

Tanya Pardi kepada orang tersebut.

"Saya adalah bapak nya Handoko, anak yang tadi siang di hajar oleh anak mu."

"Kalian ini sebagai orang tua bisa ndak mendidik anak, masih sekolah kok kelakuan nya sudah urakan."

Bapak bapak tersebut berbicara dengan nada tinggi sambil marah marah.

"Woey pak, jaga ya etika anda di rumah saya."

"Apa anda tahu permasalahan yang sebenar nya antara putra bapak dan anak saya sehingga mereka berkelahi?"

Tanya pardi yamg sudah benar benar kesal.

"Halah, ndak usah banyak omong kamu...."

"Kalau tak becus mendidik anak, sini biar aku saja yaang memberi nya pelajaran karena susah membuat gigi anak ku tanggal."

Teriak nya seperti sedang kesetanan.

"Anda memang tak bisa di ajak berbicara secaraĀ  baik baik."

"Kalau anda mau memberi anak ku pelajaran, salah besar pak."

"Anda tak sebanding kalau melawan anak ku."

"Brukkkkkkkk"

Bammmmmm....."

Pardi uang sudah kadung emosi langsung menerjang tubuh orang tersebut, tanpa basa basi dia langsung mendaratkan bogem mentah tepat ke rahang bapak bapak tersebut secara membabi buta.

"Pakkkk, sing eling pak...."

"Sudah pak sudah...."

Sri yang benar benar panik mencoba menenangkan suami nya yang benar benar emosi dan kesal.

Pardi akhir nya bisa mengontrol emosi nya, walau ia dapati bapak bapak tersebut sudah tak berdaya dan babak belur.

Pihak handoko tak terima atas perlakuan pardi dan jinan, mereka berencana membawa kereka ke meja hijau.

Namun atas negosiasi yang di lakukan oleh mbah darmo selaku mertua dan kakek pardi dan jinan. Akhir nya pihak handoko mau untuk berdamai, pengaruh mbah darmo sebagai tokoh sesepuh dan cukup di kenal di dalam maupun di luar kampung membuat pihak handoko mengurungkan niat mereka untuk menembuh jalur hukum atas tuduhan penganiayaan.

Bapak nya hadoko juga merasa malu setelah mengetahui duduk permasalahan anak nya dengan jinan.

Pardi menyetujui kesepakatan perdamaian dengan memberikan biaya prngobatan untuk handoko dan bapak nya.

Walau begitu, pardi dan sri tak pernah menyalahkan atas perbuatan yang jinan lakukan, meski demikian mereka juga tak membenarkan tindakan anak nya.

Sri memaklumi sikap anak nya yamg belakangan mulai ogah ogah an ketika di suruh siwan ke kediaman mbah darmo.

Baru saja selesai berbicara dengan anak nya, tiba tiba.....

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un....."

"Mohon perhatian nya karena saya akan menyampaikan berita duka...."

Sebuah berita duka terdengar dari toa mushola yang berada di dekat rumah mereka.

Melalui toa mushola malam itu terdengar kabar bahwa ada salah satu warga yang meninggal dunia,

Beliau adalah Mbah Anggoro, laki laki berusia seumuran mbah darmo yang baru saja di panggil oleh tuhan alias meninggal dunia.

Mbah anggoro adalah kawan sejawat dari mbah darmo kakek jinan.

"Ndhuk kecil kan volume tv nya sebentar....."

Ucap pardi kepada Rani yang tengah asik menonton tv.

"Pak...."

"Mbah anggoro meninggal dunia."

Ucap sri kepada pardi yang sedang berada di ruang tengah bersama Rani.

"Pak, mbah anggoro itu kan teman karib nya mbah kakung kan?"

Tanya rani kepada bapak nya.

"Iya nduk...."

Sahut ibu nya.

"Nama nya kok jadul banget ya, Anggoro...."

Celetuk Rani.

"Husssshhhh...."

"Ndak boleh begitu ndhuk, orang jaman dahulu memang buasa memberikan nama abak nya berdasarkan weton atau neptu ketika lahir."

"Ada yang lahir nya pas neptu pon di kasih nama ponidi, kalau mbah anggoro ini lain cerita nya nduk."

Ujar Sri kepada rani yang seperti nya paham betul dengan sosok bernama anggoro, sosok kawan baik bapak nya di kampung.

"Lain cerita nya bagaimana buk?"

Tanya rani yang penasaran.

"Mbah anggoro ini dulu terlahir tepat di hari selasa Kliwon, dalam kebudayaaan jawa hal ini biasa di sebut dengan istilah "Anggoro Kasih".

Kata sri yang sedang menerangkan kepada rani.

"Anggoro kasih?"

"Ow....."

"Makan nya beliau di namakan Anggoro ya buk?"

Tanya Rani, sri hanya mengangguk kan kepala.

Anggoro kasih adalaj sebutan untuk seseorsng yang terlahir tepat saat hari dan pasaran selasa kliwon, orang ysng terlahir di hari tersebut biasanya di angfap istimewa karena sifat nya yang selalu menebar keceriaan dan mudah di kasihi oleh orang lain, bahkan konon kata nya orang tersebut sangat di sukai oleh mahluk ghaib.

"Lho pak, ini kan malam selasa kliwon."

Kata sri kepada pardi.

"Iya buk, kok bisa as dengan weton beliau ya...."

"Wah bakalan jaga makam sampai 40 hari ini buk."

Kata pardi kepada istri nya.

"Yo ndak apa apa lah pak, kan bisa bergantian sama warga."

Ujar sri.

Orang yang meninggal saat selasa kliwon atau anggoro kasih memang biasa nya makam nya akan di jaga ketat selama 40 hari, beberapa kalangan meyakini kalau orang yang meninggal di hari itu di percaya kalau tali pocong dan gelu atau bola tanah di dalam nya bisa di salah gunakan sebagai sarana mahar pesugihan atau persayaratan untuk melakukan ritual mencari ilmu hitam.

"Bapak pasti sedih ya buk, karena kehilangan teman baik nya uang di oanggil yamg maha kuasa."

Kata pardi.

"Iya lah pak, mereka berdua kan sudah seperti saudara."

"Teman seperjuangan pada masa nya."

Sahut sri.

"Jenazah nya akan di makam kan besok jam 2 siang pak."

"Kamu ijin saja untuk ngelayat ke makam."

Kata sri kepada pardi.

"Iya buk, besok bapak akan minta ijin untuk melayat jenazah ke pemakaman."

"Le...."

"Besok sepulang sekolah jangan langsung main, kamu ngelayat ke pemakaman mbah anggoro ya....

Teriak sri kepada jinan ysng berada di dalam kamarĀ 

"Nggih buk...."

Sahut jinan dari dalam kamar nya.


Bersambung-
bejo.gathel
cos44rm
belajararif
belajararif dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup