tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#75
Part 21
Dua hari berlalu,

Jinan masih berada di rumah karena luka di betis nya belum sembuh. Sebenarnya bapak dan ibu nya sudah berusaha untuk mengupayakan pengobatan mulai dari herbal sampai obat obatan dari klinik, malam setelah kejadian pagi nya jinan di bawa ke klinik untuk mendapatkan oenanganan medis. 

Sayang nya ikhtiar tersebut tak kunjung membuahkan hasil, kondisi betis jinan terlihat parah.

Di sekitar area luka nya tampak lebam dan membengkak seperti terdapat cairan nanah di dalam nya, jinan hanya bisa mengerang kesakitan saat ibat pereda nyeri yang ia konsumsi sudah hilang efek nya.

Karena hal itu juga dia tak bisa berangkat sekolah seperti biasa nya, Jinan sudah berada di bangku SMP bersama dengan Sarip, Ndaru, Ocid dan Umar karena usia mereka memang sepantaran.

Sri sang ibu yang sudah tak tega melihat anak nya merasakan kesakitan akhir nya berinisiatif untuk meminta pertolongan sang bapak yang tak lain adalah Mbah Darmo.

"Hari ini ibu ndak jualan ke pasar?"

Tanya Pardi yang sedang duduk di teras depan rumah bersama jinan yang tak henti henti nya mengusap usap betis yang membengkak seperti buah tomat dengan cairan nanah yang terus saja keluar.

"Ndak pak, Ibu mau di rumah dulu menemani Jinan. Bapak kan berangkat kerja Aku ndak tega meninggalkan jinan sendirian di rumah."

Ucap Sri kepada suami nya sambil menenteng rantang makanan yang akan ia berikan kepada mbah darmo dan mbah uti.

"Buk, jinan kan sudah gede..."

"Kalau ibuk mau jualan ndak apa apa kok buk. Biar jinan di rumah sendirian."

Sergah jinan yang sedang duduk di samping bapak nya.

"Ndak le, kamu harus istirahat dulu. Jangan banyak gerak takut nya bengkak di kaki mu semakin membesar."

Sahut sang ibu yang begitu mengkhawatirkan anak nya.

"Terus sekarang ibu mau kemana?"

Tanya pardi yang melihat sang istri sedang membawa rantang.

"Ini lho pak, ibu mau sowan ke rumah bapak. Sekalian mau minta tolong ke beliau."

"Siapa tau bapak bisa mengobati anak kita."

Kata sri mengutarakan maksud kepergian nya ke kediaman mbah darmo kepada pardi.

"Yo wis, ayo sekalian bapak antar."

"Bapak mau berangkat kerja."

Ucap pardi yang hendak mengantarkan sri ke rumah mertua nya.

Setelah memapah jinan masuk ke dalam kamar nya, pardi dan sri bergegas menuju rumah mbah darmo yang letak nya tak jauh dari rumah mereka menggunakan sepeda motor.

"Semoga saja bapak bisa menyembuhkan jinan ya buk...."

Kata pardi kepada istri nya saat berada di perjalanan.

"Aminnnn, iya pak...."

"Ibu ndak tega melihat jinan kesakitan terus menerus."

Kata sri kepada sang suami.

Beberapa saat kemudian mereka bersua sudah sampai di depan rumah mbah darmo.

"Asalamualaikum pak, Bu....."

Sri mengucap salam kepada orang tua nya yang masih berada di dalam rumah, pardi juga ikut turun dari motor setelah matikan mesin motor. Nggak etis juga kalau pardi langsung pergi begitu saja meninggalkan sri di rumah mertua nya tanpa mampir terlebih dahulu.

Suara burung tekukur dan perkutut peliharaanbah darmo bersahit sahutan membuat suasana pagi di sana benar benar terasa menenangkan.

"Waalaikumsalam...."

Setelah beberapa kali mengucap salam dan mengetuk pintu, akhir nya terdengar suara jawaban dari dalam rumah.

"Cklekkkk...."

Suara pintu yang di buka, 

"Owalah, kamu to nduk sama pardi juga."

Ucap mbah uti ketika menyambut kedatangan anak dan mantu nya di depan rumah.

"Iya buk, ini lho saya mau mengantarkan sarapan."

Kata sri kepada mbah uti.

"Iya ndhuk terima kasih, hari ini kamu ndak jualan?"

Tanya mbah uti kepada sri.

"Ndak buk, aku mau di rumah saja menemani jinan. Dia sedang sakit soal nya...."

Ucap sri sambil nyelonong masuk ke dalam untuk menaruh rantang berisi makanan yang ia masak ke dapur.

"Cucu ku sakit apa Di?"

Tanya mbah uti kepada pardi yang berada di teras.

"Kaki jinan sakit mbah, bengkak karena di gigit ular saat mencari jangkrik di sawah."

Ucap pardi kepada mbah uti.

"Ya Allah gusti....."

"Kok bisa, luka nya parah Di?"

Tanya mbah uti yang langsung merasa khawatir setelah mendengar bahwa jinan di gigit ular dsri sang menantu.

"Seperti nya sih parah buk, betis nya sampai bengkak dan lebam."

Jawab pardi singkat sambil duduk di kursi.

"Ndhuk, bojomu buatin kopi sekalian...."

Teriak mbah uti kepada sri.

"Ndak usah buk, saya cuma mengantarkan sri saja kok sekalian langsung pamit berangkat kerja."

"Bapak mana buk?"

Tanya pardi mengenai keberadaan bapak mertua nya 

"Kok buru buru to le ndak wedangan dulu, ini kan masih pagi."

"Bapak ada di belakang sedang ngurus ayam."

Ucap mbah uti kepada pardi.

"Matur suwun buk, tadi sudah wedangan di rumah soal nya."

"Saya ke belakang dulu ya buk, mau pamitan kepada bapak."

Kata pardi.

"Iya le, masuk saja...."

Sahut mbah uti, pardi pun masuk ke dalam menuju ke belakang rumah untuk ebrpamitan krpada mbah darmo.

"Bapak mana bu?"

Tanya pardi kepada istri nya yang sedang berada di dapur menyiapkan sarapan untuk kedua orang tua nya.

"Itu beliau sedang ngasih makan ayam ayam nya di belakang pak."

Jawab sri yang masih sibuk membuka rantang dan memindahkan sayur dan lauk ke atas piring.

"Pak....."

Ucap pardi saat menui mertua nya.

"Eeehhhh kamu le, sudah lama datang nya?"

Tanya mbah darmo kepada pardi.

"Ndak kok pak, baru saja sampai sama Sri."

Jawab Pardi sambil mencium tangan mbah darmo.

"Ow sama sri juga tah...."

"Ayo wedangan dulu."

Ajak mbah darmo kepada pardi.

"Ndak pak, matur suwun. Saya mau pamitan berangkat kerja...."

Ujar pardi kepada bapak mertua nya.

"Ow...."

"Yo wis, hati hati ya le...."

"Hari ini sri ndak jualan?"

Tanya beliau.

"Ndak pak, sri hari ini ndak jualan dulu karena mau nunggu in jinan di rumah."

Ucap pardi kepada mbah darmo.

"Jinan, cucu ku kenapa le?"

Tanya mbah darmo.

"Anu pak, jinan sedang sakit. Kaki nya bengkak karena di gigit ular di sawah kemaren malam."

"Lho....."

"Kok kamu ndak ngomong ke bapak kalau jinan di gigit ular."

"Iya pak, maaf...."

"Sebenar nya jinan sudah tak bawa ke klinik supaya mendapatkan penanganan medis, tapi sampai sekarang luka nya belum membaik."

Kata pardi.

"Kedatangan kami ke sini sebenar nta juga bermaksud untuk meminta tolong kepada panjenengan pak."

Tambah nya lagi.

"Iyo le, nanti tak tanya lagi lebih jelas nya kepada sri."

"Sana kamu berangkat kerja saja, nanti keburu siang."

Kata mbah darmo kepada pardi.

"Iya pak, saya pamit ya...."

Kata pardi sambil mencium tangan mertua nya lagi dan kembali ke depan untuk berangkat kerja.

Pardi juga sempat berpamitan kepada istri dan ibu mertuanya di depan.

Setelah selesai mengurus ayam di belakang, mbah darmo menyusul sri dan mbah uti yang sedang berada di teras depan.

Sri menjelaskan kronologi yang menimpa jinan kepada kedua orang tua nya, 

"Jadi seperti iti cerita nya ndhuk...."

"Jinan memqng sembrono."

Kata mbah darmo setelah mendengar cerita dari sri.

"Maklum lah pak, nama nya juga anak anak."

Celetuk mbah uti yang membela cucu kesayangan nya.

"Itu kejadian nya malam hari yo ndhuk?"

Tanya mbah darmo kepada sri.

"Iya pak, kemarin malam jinan bersama teman teman nya pergi mencari jangkrik di sawah."

Kata sri kepada mbah darmo.

"Yo wis, nanti malam saja bapak sama ibu ke sana."

"Insyaallah bapak akan mambantu sebisa nya, semoga Allah ta'ala memudahkan semuanya amin....."

"Aminnnn......"

Ucap mereka bersamaan.

Sri menemani kedua orang tua nta untuk sarapan lalu kembali ke rumah, dia benar benar khawatir karena jinan berada di rumah sendirian.

Mbah darmo berangkat ke sawah untuk memupuk padi, sedangkan sri langsung kembali ke rumah bersama mbah uti untuk menemani jinan.

Sesampai nya di rumah, mbah uti langsung memasak air. Bukan untuk menyeduh kopi.

Melainkan beliau hendak membasuh luka di kaki jinan menggunakan air hangat yang beliau campur dengan beberapa sendok garam.

Dengan telaten, mbah uti membasuh luka di akki jinan menggunakan kain yang belau celupkan ke sebuah baskom berisi air hangat.

Jinan hanya terbaring di atas kasur sambil meringis kesakitan tatkala kain basah tersebut menyentuh luka di kaki nya.

"Aduhhh aduh mbah pelan pelan, sakit mbah...."

Teriak jinab kepada mbah uti.

"Tahan dulu le, sudah gede kok nggak tahan sakit."

Celetuk mbah uti sambil tersenyum, mendengar hal itu jinan seperti nya merasa malu dan sok sok an ber ekspresi kuat menahan sakit di kaki nya,

Ternyata lah tersebut memang membuat rasa sakit di kaki jinan mereda.

Seharian mbah uti menemani jinan bersama ibu nya, sore nya pardi dan mbah darmo juga berada di sana, mereka datang bersama karena sepulang kerja pardi sengaja menjemput mbah darmo di kediaman nya setelah selesai dsri sawah.

Mbah darmo sholat maghrib dan bertawasul di kamar jinan sampai selesai shilat isya',

Kemudian beliau keluar dari kamar jinan,

"Le pardi, bawa jinan ke teras depan sekarang."

Ucap mbah darmo kepada pardi, jinan rani mbah uti dan sri sedang berada di ruang ramu malam itu.

Pardi memapah jinan untuk berjalan ke teras depan, lalu jinan duduk berselonjor di balai panjang dengan posisi kaki ysng luka di oangku oleh mbah darmo.

Suasana sudah gelap hanya di terangi bohlam berwarna redup di teras rumah.

Mbah darmo terdiam sambil melihat ke arah luka di kaki Jinan.

Pardi menemani beliau bersama jinan di depan sedangkan yamg lain menunggu di ruang tamu.

Setelah beberapa lama, tiba tiba pardi dan jinan terperanjat secara bersamaan lantsran melihat seekor ular yang berjalan meliuk liuk ntah darimana asal nya, ular tersebut mendekati mereka bertiga.

"Astagfitullahaladzim...."

"Pak ular pak....."

Teriak pardi.

Jinan juga tampak ketakutan melihat ular tersebut.

"Tenang, kalian berdua ndak usah takut."

"Itu adalah ular yang mematuk kaki jinan, memang sengaja aku panggil ke sini."

Ujar mbah darmo dengan nada tenang,

"Terima kasih sudah mau datang ke sini...."

Ucap mbah darmo dalam batin, beliau hanya terdiam sambil memasang ekspresi wajah serius.

Pardi dan jinan hanya bisa terdiam menuruti ucapan beliau dengan seekor ular berukuran tak terlalu besar berwarna dasar hitam legam dengan corak kuning melingkar seperti cincin di sekujur ubuh nya, sesekali ular itu menjulitkan lidah nya.

Dalam diam, ternyata terjadi sebuah dialog antara mbah darmo dan ular tersebut yang ternyata memang bukan ular biasa.

"Ada apa kamu memanggil ku?"

Ucap ular tersebut yang hanya bisa di dengar oleh mbah darmo.

"Kenapa kau celakai cucu ku yang tak tau apa apa mengenai keberadaan mu?"

Tanya mbah darmo dalam hati sambil melihat ke arah luka bengkak di kaki jinan yang beliau pangku.

"Itu bukan salah ku, anak ini tiba tiba saja datang dan mnginjak tubuh ku yang sedang bertapa. Karena aku merasakan gesekan energi ysng cukup kuat."

"Aku merasa ada ancaman dari anak ini, maka langsung saja aku mematuk nya untuk melindungi diri."

Kata ular tersebut.

"Dia adalah cucu ku, dia tak bermaksud untuk mencelakai mu."

"Lagi pula, dia tak tau apa apa mengenai keberadaan mu."

Ucap mbah darmo untuk menjelaskan.

"Karena ulah mu, kaki cucu ki jadi seperti ini."

"Tolong kau sembuhkan dia seperti sedia kala."

Tambah beliau.

Atas permintaan mbah darmo, tiba tiba ular itu bergerak naik ke atas balai menuju kaki jinan.

"Mbah...."

"Mbah...."

"Jinan takit mbah...."

Ucap jinan yang merasa panik saat melihat ular tersebut menggerayangi kaki nya.

Tenang le, ndak apa apa jangan takut."

Ucap mbah darmo, pardi pun memegangi jinan di samping nya.

Hal aneh pun terjadi, ular tersebut tiba tiba saja kembali menggigit luka di kaki jinan seolah hendak menghisap lagi bisa yang sudah masuk di dalam nya.

"Cleppppp......"

Kedua taring ular tersebut mendarat dan menusuk permukaaan betis jinan.

"Aduuuhhhhh...."

Terdengar suara teriakan jinan yang setengah tertahan,

Tak berapa lama, ular tersebut akhir nya melepaskan gigitan nya. Kepala nya sedikit menegak seolah memberikan isyarat bahwa tugas nya sudah selesai, perlahan lahan ular tersebut pergi menuju ke dalam kegelapanalam dan menghilang.

"Bagaimana le, apa masih terasa sakit kaki mu"

Tanya mbah dsrmonkepada cucu nya.

Jinan mencoba memeganf betis nya sambil menggoyang goyangkan pergrlangan kaki.

"Ndak mbah, kaki ki sudah tak terssa sakit lagi"

Kata jinan kepada mbah darmo.

"Syukurlah kalau begitu...."

Sahut beliau, kaki jinan yang awal nya bengkak perlahan mulai kempes walau masih ada luka di permukaan nya, 

"Pak, sebenar nya ular apa yang barusan itu?"

Tanya pardi kepada beliau.

"Itu adalah ular weling Di...."

"Ular itu biasa di panggil weling (paweling/pengingat)"

"Biasa nya ular itu keluar untuk memberi peringatan kepada manusia, kejadian yang menimpa jinan sebenar nya hanya salah paham."

"Ular itu menganggap jinan berbahaya karena jinan memiliki energi yang kuat, energi yang memancar secara spontan dari dalam tubuh nya untuk melindungi diri tanpa jinan sadari."

"Dalam istilah orang jawa di sebut dengan kemenungsan (ketahuan oleh orang)"

"Jadi wajar kalau dia langsung mengigit kaki jinan."

Ujar mbah darmo.

"Le....."

"Sekarang kamu sudah akhil baligh, jangan lupa sholat 5 waktu"

Ucap mbah dsrmo kepada jinan.

"Iya mbah...."

Jawab jinan.

"Pardi, kamu ingat kan kalau jinan memangempunyai krlrbihan sejak lahir?"

Ucap mbah darmo kepada pardi.

"Iya pak, saya masih ingat. Kan dulu panjenengan yang menutup mata batin jinan."

Sahut pardi yang  kepada beliau.

"Memang benar, tapi seperti yang ku ucapkan dulu bahwa mata batin jinan tak bisa sepenuh nya di tutup untuk selama nya."

"Kelebihan itu akan kembali lagi setelah jinan memasuki usia akhil baligh seperti sekarang."

Ucap mbah darmo.

"Mbah, jinan takut kalau bisa melihat hantu."

Rengek jinan seperti anak kecil.

"Sebenar nta kamu kemarin habis melihat apa kok sampai lari dan terperosok ke dalam parit?"

Tanya mbah darmo.

"Jinan melihat pocong mbah...."

Jawab jinan kepada beliau, mbah darmo dan pardi saling melihat.

"Seperti nya mrmang sudah waktu nya Le...."

Ucap mbah darmo sambil mengusap wajah jinan.

"Buka mata mu le...."

"Coba ku lihat ke sana."

Mbah darmo menunjuk ke arah depan rumah.

Jinan membuka mata nya, penglihatan nya masih buram karena mbah darmo baru saja mengusap nya, 

Jinan mencoba menfokuskan pandangan mata nya ke sebuah objek, samar samar dia melihat seorang anak yang berdiri di depan rumah nya.

"Mbah, siapa itu?"

Tanya jinan.

"Benar dugaan ku, dia Urip Le....."

Ucap mbah darmo.

"Urip????"

"Siapa dia mbah......."

"Aku takut mbah, lebih baik aku ndak bisa melihat mereka."

Kata jinan.

"Itu semua tergantung pada mu le, kalau kamu mau mbah bisa mengajarkan mu bagaimana cara menutup dan membuka mata batin mu sendiri seperti saklar lampu."

Kata mbah darmo.

Bersambung
johny251976
cos44rm
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup