tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basišŸ˜
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#70
Part 19
"Pembunuhan di pukul satu, satu, satu...."

"Kalau di pukul dua dua dua berarti ada pencurian/rampok"

"Kebakaran di pukul tiga kali tong, tong ,tong....."

"Banjir/ bencana alam di pukul 4 Kali, kalau pencurian hewan ternak kentongan di pukul sebanyak 5 kali berurut turut."

Sarip sedang asik mengamati tanda tanda bunyi kentongan yang tertera di selembar kertas pada sebuah papan pengumuman, malam itu Sarip, Jinan, Ndaru dan dua kawan nya yang bernama Ocid dan Umar baru saja selesai sholat isya' berjamaah di sebuah surau kecil yang berada tak jauh dari pos ronda, Terlihat dari sarung dan peci ysng masih mereka bawa dengan cara di kalungkan ke leher.

Karena malam minggu, malam itu merekaenghabiskan waktu untuk sekedar main dan ngobrol di pos ronda.

"Brrrrrrr....."

"Jam segini kok hawa nya sudah terasa dingin ya."

Kata Ocid yang sedang duduk di samping jinan sambil bergidik memegang dua ujung sarung yang ia kalungkan di leher mirip sorban pak ustad.

"Iya Cid, bener banget kata mu, tuh sudah ada kabut di sana...."

"Tunjuk jinan ke arah lampu penerangan jalan yang cahaya nya terlihat kabut putih tipis.

"Ini kan sudah memasuki musim kemarau, jadi wajar kalau malam hawa nya dingin."

"Coba aja kalau siang hari, hawa nya panas banget."

Celetuk Umar yang sedari tadi ikut memperhatikan papan penguman di pos ronda bersama Sarip.

"Musim tandurĀ  (tanam) di sawah juga baru selesai beberapa hari kemarin."

Ujar sarip sambil masih memperhatikan tanda tanda kentongan.

"Tandur padi ya Rip?"

Tanya Ndaru yang duduk di atas sepeda nya.

"Mana ada musim kemarau tandur padi Ru, ngaco kamu...."

"Kan nggak ada air."

Sahut Sarip setelah mendengar ucapan ndaru yang aneh.

"Hahahahahaha....."

"Bos kecil mana tau musim tandur Rip...."

Kata Jinan sambil di iringi gelak tawa teman teman nya, wajah ndaru memerah lantaran merasa malu.

"Ow iya, ndaru kan sejak lahir sudah kaya raya. Jadi dia ndak tau seperti apa pekerjaan di sawah."

Ujar Sarip sambil sedikit meledek ke arah ndaru.

"Terus saja olok olok diri ku...."

Ucap Ndaru dengan nada kesal.

"Sorry bos, sorry...."

"Aku kan cuma bercanda."

"Jangan ngambek lah...."

Sarip mencoba menghibur ndaru yang sudah kesal karena di olok olok oleh nya.

"Alesan tuh si sarip Ru, dia takut kalau ndak kamu traktir jajanĀ 

Celetuk Jinan yang mencoba mengompori Ndaru untuk menggoda Sarip.

Benar saja, dia langsung tampak kelimpungan terhadap perkataan Jinan.

"Ndak Ru, jinan bohong. Aku tuh cuma bercanda kok tadi, maaf ya...."

Ujar nya seperti seorang penjilat kepada seorang bos.

"Nyantai aja kali Rip, aku juga tau kalau kamu bercanda."

Ucap Ndaru sambil tersenyum di iringi dengan tawa dari Umar, ocid dan Jinan.

"Syukur lah kalau begitu, hehehehe..."

Pada dasar nya mereka sudah sangat hafal dengan perangai sarip yang ceplas ceplos dan suka bercanda.

"Besok kan kita libur nih, nanti habis subuh kita jogging yuk...."

Tiba tiba Jinan mendapatkan ide untuk mwngajak teman teman nya olah raga pagi.

"Boleh tuh, kita ke alun alun kota saja, gimana?"

Sahut Ndaru yang menjadi orang pertama yang menyetujui ajakan Jinan.

"Aku sih oke saja, iya ndak Mar?"

Kata ocid menimpali nyaĀ 

"Aku juga mau...."

Sahut Umar yang anak nya memang rada pendiam.

"Aku kayak nya ndak bisa deh...."

Sarip yang biasanya menjadi pasukan penggembira tiba tiba mengatakan hal yang tak terduga dan sontak saja membuat teman teman nya tak percaya.

"Tumben kamu ndak bisa Rip, memang nya ada acara?"

Tanya jinan kepada nya dengan terheran heran.

"Ndak ada kok, cuma aku tuh ndak bisa bangun pagi pagi. Hehehehehe...."

Celetuk nya sambil nyengir.

"Owalah....."

"Tak kira in ada acara penting kamu."

"Dasar kebo."

Ujar Ocid sambil geleng geleng kepala.

"Ya itu, aku tuh besok sibuk buat tidur sepuas nya. Hehehehe..."

Kata Sarip dengan santai nya.

"Memang nya kamu ndak punya jam weker rip?"

Tanya Ndaru yang seperti nya benar benar menginginkan sarip untuk ikut jogging besok pagi.

"Hahhhhh boro boro punya jam weker Ru, kami mana bisa beli jam yang ada alarm nya gitu. Kamu mah lain cerita, bos kecil...."

Sahut Jinan kepada ndaru.

"Kata siapa aku ndak punya, aku tuh ndak kalah kaya nya seperti ndaru. Enak saja kalau ngomong kamu nan.

Celetuk nya sambil bersungut sungut.

"Beneran Rip kamu punya jam weker?"

Tanya ocid yang penasaran.

"Ya beneran lah, tapi kalau pas mimpi. Hahahahaha"

Kata sarip sambil tertawa terbahak bahak.

"Owalah, di dengerin serius malah asal ngegoblek. Dasar anak Raden Ramawelang."

Ujar Jinan yang tampak kesal lantaran bualan si sarip si tukang mimpi.

"Sebentar deh, Raden Ramawelang tuh siapa nan?"

Tanya Ndaru yang seperti nya asing dengan nama tersebut.

"Kamu ndak tau Ru siapa dia?"

Tanya Jinan dengan ekspresi tak kalah heran, Sarip juga terlihat sedang berpikir keras mengingat ingat nama tersebut.

"Raden Ramawelang tuh Bapak nya Wiro sableng Ru."

Celetuk Umar yang sedari tadi di saja memperhatikan tingkah konyol kawan kawan nya.

"Sialan kau Nan, aku malah di samakan sengan wiro sableng."

Timpal Sarip yang baru sadar maksud ucapan Jinan.

"Hahahahahaha...."

Suara gelak tawa mereka begitu ramai sekali melihat tingkah kocak Sarip yangenirukan gestur wiro sableng.

"Kami biasanya memakai jangkrik yang mengerik sebagai alarm tidur Ru, karena ndak punya jam weker."

Ucap Jinan yang baru saja berhenti tertawa.

"Jangkrik????"

"Memang nya bisa ya nan di jadikan alarm bangun tidur."

Tanya ndaru kepada jinan, umar dan ocid hanya mengangguk sambi melihat ke arah Ndaru.

"Ya bisa lah, biasanya aku memelihara jangkrik yang ku taruh di toples. Nah toples nya ku letak kan di bawah tempat tidur Ru"

"Kalau malam jangkrik tuh mengerik kencang banget suara nya bisa di jadi in alarm saking berisik nya."

Kata jinan.

"Baru tau aku, aki pikir cuma buat di adu saja."

Ujar Ndaru yang terheran dengan ucapan jinan.

"Kita nyari jangkrik saja yuk malam ini, kan kalau habis musim tanam begini biasanya jangkrik nya pada keluar di sawah."

Ajak Sarip kepada teman teman nya, di musim kemarau memang biasa nya banyak jangrik yang berkembang biak di sawah. Musim tanam palawija yang di dominasi dengan tanam jagung dan kacang tanah, nah bibit ysng baru saja tumbuh menjadi pohon muda menjadi sasaran empuk buat jangkrik jangkrik ini sebagai makanan nya.

Jangkrik biasanya membuat lubang di bawah pohon jagung dan kacang tanah yang baru saja tumbuh, kalau mal mereka biasanya keluar dari lubang untuk makan dan mengerik.

"Kita mau nyari jangkrik di sawah Rip, kebetulan jangkrik ku kemarin mati di kerubuti semut soal nya."

Tanya jinan kepada Sarip.

"Jangkrik sawah ukuran nya kecil kecil nan, kita nyari di ujung sawah saja tuh....."

Kata nya

"Emoh aku Rip, sudah gila kamu mau nyari jangkrik kesana."

Sahut umar yang secara spontan menolak mentah mentah ajakan sarip.

"Memangnya kenapa kok kami ndak mau nyari jangkrik di sana Mar?"

Tanya ndaru kepada nya.

"Nganu Ru, di ujung sawah itu kan lokasi Tempat pemakaman umum."

"Berani kamu?"

Ocid langsung menjawab pertanyaan ndaruĀ 

"Benar benar endan kamu Rip, malam malam gini mau ke sana cuma untuk nyari jangkrik."

Kata ndaru.

"Jangan salah, jangrik di dekat makam itu ukuran nya gede gede lho, soal nya kan mereka makan daging manusia."

Celetuk Sarip yang asal ngegoblek seenak nya.

"Hiiiiii....."

"Bikin ngeri saja kamu ini Rip, sudah kita nyari jangkrik di sawah saja. Biar pun jangkrik nya kecil yang penting kan suara nya mantep."

Ujar jinan.

"Beber tuh kata jinan, aku jadi penasaran pengen nyari jangkrik. Soal nya belum pernah biasa nya kan beli langsung kalau pengen buat di adu."

Kata Ndaru si anak yang selalu penasaran.

"Aku ndak ikut, paling nggak di boleh in sama ibu ku."

Kata umar si pendiam, dia memang jarang sekali bermain lantaran ibu nya yang gsmpang khawatir.

"Ya sudah, nanti kalau dapat banyak aku kasih deh mar "

Kata jinan kepada nya.

""Kamu punya lampu senter kan Ru?"

Tanya jinan.

"Iya, aku punya di rumah."

Jawab nya

"Aku juga punya satu yang biasa di pakai bapak ku mancing malam."

"Kamu ambil ember terus isi air Rip."

"Tuh sama si ocid, Aku sama ndaru mau pulang ambil senter dulu."

"Nanti kita kumpul di depan mushola sekalian ambul air di sana saja, kan tempat wudhu nya ada didepan."

Kata Jinan memberikan instruksi.

"Air????"

"Buat apa bawa bawa air segala?"

Tanya ndaru yang masih minim pengalan mengenai berburu jangkrik.

"Air itu guna nya untuk mengocor lubang rumah jangkrik Ru, biasanya kalau ada orang jangkrik nya pasti langsung masuk ke lubang nya. Nah kita kocor deh pake air biar dia mau keluar..."

"Masih mending kita oake air biasa, aku pernah mengocor nya pake pipis, hahahahaha...."

"Jorok kamu rip."

Ucap Jinan sambil menggempleng kepala sarip perlahan.

Lagi lagi mereka hanya bisa tersenyum sambil geleng geleng kepala menlihat tingkah si anak raden ramawelang ini.

Ndaru dan Jinan pulang sebentar untuk mengambil lampu senter, umar pulang kerumah nya, sedangkan ocid dan Sarip mengambil ember bekas tempat cat 5 kg dan toples plastik untuk mengambil air di mushola dan tempat menaruh jangkrik tangkapan.

Setelah kumpul di depan mushola, mereka langsung bergegas menuju pematang sawah yang letak nya tak jauh dari pemukiman penduduk.

Kaki mereka menyibak ilalang kering dan rerumputan yang sudah mulai basah oleh embun.

Langit malam itu tampak cerah di hiasi kerlap kerlip bintang dan cahaya rembulan yang belum membentuk purnama sempurna.

Suar jangkrik mengerik memecah keheningan, suara nya bersahutan di hamparanĀ  persawahan yang luas dan tampak lega karena baru saja di garap oleh petani, tangkai tangkai bibit pohon jagung dan kacang tanah juga tampak segar ketika di sorot menggunakan lampu senter.

Mereka berjalan seperti bebek yang baris di pematang sawah sambil menyorot ke tanaman tanaman tersebut.

"Itu itu jangkrik nya sedang mengerik di bawah dahan bibit jagung."

Bisik sarip kepada jinan yang sedang mengarahkan senternya ke arah sumber suara.

"Cepat tangkap Rip keburu jangkrik nya masuk ke dalam lubang."

Perintah jinan kepada nya,

Sarip langsung menubruk jangkrik tersebut stelah meletak kan ember cat berisi air.

"Brukkkkkk...."

"Dapat, jangkrik nya ketangkap...."

Seru sarip sambil masih dalam posisi merangkak, tangan nya menggenggam sesuatu.

"Jangan ngawur gitu kamu rip, main tubruk saja. Itu bubit jagung nya pada rusak karena ketimpa badan mu yang segede gaban."

Kata jinan kepada nya, Ndaru dan Ocid terkekeh melihatĀ  nya.

"Biarib aja nan, kan pak tani nys ndak tau. Hehehehe ..."

Celetuk nya.

Tangkapan pertama berhasil di dapat, karena banyak nya jangkrik yang bersuara di berbagai penjuru.

Ā Akhir nya mereka sepakat untuk membentuk dua kelompok supaya bisa berpencar. Satu membawa senter, satu lagi menjadi sang eksekutor.

Jinan bersama Ocid dan Ndaru bersama Sarip, mereka berpencar untuk memburu jangkrik.

Terlihat sarip sedang mengocor lubang menggunakan air di ember sambil di sorot lampu senter oleh Ndaru.

Mereka sudah mendapatkan beberapa ekor serangga kecil berwarna hitam pekat tersebut, begitu juga dengan jinan dan ocit.

Mereka berpencar cukup jauh tapi masih bisa saling menjangkau terlihat dari cahaya senter masing masing.

"Wah dapar banyak malam ini kita Rip, asik juga ternyata berburu jangkrik...."

Ucap Ndaru yang baru pertama kali menangkap jangkrik, dia yang bisa dengan gampang membeli malam itu mendapatkan pengalaman baru yang ternyata lebih menyenangkan.

"Apa ini cid....."

Ucap jinan saat menyorot ke arah sudut di petakan sawah, tampak sebuah dauh pisang berbentuk kotak yang di kaitkan menggunakan lidi berisi bunga, uang koin dan seekor kepiting ysng sudah di masak dan di kerubuti semut di dalam nya.

"Itu sesaji Nan, biarkan saja....."

"Mungkin itu bekas acara panen sebelum nya."

Ujar Ocid yang seperti nya tau mengenai sesaji tersebut, maklum lah karena bapak nya kan seorang petani yang biasa menggarap sawah.

"Kok ada sesaju segala Cid?". Tanya jinan kepada nya.

"Kata bapak ku sih itu bentuk terima kasih karena sudah mendapatkan hasil panen yang melimpah Nan, itu sudah bias di lakukan sejak dulu kok."

Kata Ocid menjelaskan, tiba tiba angin berhembus.....

Mulustrasi


"Aku kok jadi merinding ya cid...."

Gumam Jinan kepada ocidĀ 

"Susah cuek saja, itu cuma perasaan mu."

Kata Ocid, jinan mencoba mengalihkan rasa merinding nya dengan cara menyorot ke arah Ndaru dan Sarip.

Ocid sedang sibuk mengocor lubang jangkrik sambil berjongkok.

Saat jinan melihat ke arah sesaji yang sudah mereka lewati beberapa meter, tiba tiba jinan melihat setitik cahaya biru kehijauan di depan nya.

"Cid, cid....."

"Ada kunang kunang cid...."

Ucap jinan kepada ocid yang masih sibuk mengocor.

Jinan masih memperhatikan cahaya tersebut,

"Biarkan saja nan, kata orang kan kunang kunang adalah kuku dari orang yang sudah meninggal...."

Celetuk ocid tanpa melihat ke arah kunang kunang tersebut.

Jinan terdiam, dia seperti nya terpesona dengan cahaya kunang kunang itu.

Setitik cahaya yang terbang ke sana kemari awal nya hanya satu, namun tiba tiba dari berbagai penjuru tampak cahaya tersebut mulai terlihat satu persatu.

"Cid, kunang kunang nya kok tambah banyak...."

Gumam nya, ocid tak memperdulikan nya karena masih fokus mengocor lubang jangkrik.

Terlihat cahaya cahaya itu mulai berkumpul di satu titik, yaitu tepat di atas sesaji yang berada di sudut petakan sawah.

Cahaya tersebut berkumpul dan tiba tiba bentuk nya berubah solid, perlahan cahaya kebiruan tersebut berubah menjadi kukusan asap tipis

Jinan terbengong melihat nya,Ā 

Cahaya kunang kunang itu berubah menjadi bentuk sosok yang sedang berdiri mengambang di atas sesaji.

Sosok berpakaian putih dengan ujung kepala yang terikat oleh tali.

Tubuh jinan gemetaran, mulut nya kelu tak bisa berkata apa apa.

"Ppoooo,pooo, pocooooong........."
Diubah oleh tetes.tinta 20-12-2022 00:48
irvansadi
Araka
belajararif
belajararif dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup