tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#60
Part 17
Jinan, Sarip dan Ndaru.....

Tanpa di duga persahabatan mereka benar benar sangat akrab sejak saling mengenal satu sama lain ketika berada di SD dan kelas yang sama.

Semenjak ndaru mengalami pengalaman buruk ketika memancing bersama mereka berdua sebenar nya Ndaru tidak di perbolehkan bermain dengan Jinan dan Sarip.

Maklum lah, Latar belakang keluarga Ndaru yang notabene termasuk keluarga berada sang ayah ingin kalau ia menjadi anak rumahan dan tidak bergaul dengan anak kampung seperti jinan dan sarip.

Karena dasar nya Ndaru adalah anak yang tak suka di kekang, maka dia tetap bergaul dengan dua kawan sejawat nya tersebut.

Mamah nya selalu meyakin kan kepada sang ayah supaya anak laki laki kesayangan nya bebas bermain dengan siapa saja.

Siang itu jinan dan sarip sedang duduk duduk di pos ronda, wajah mereka berdua tampak lesu seakan tidak ada sisa semangat untuk bermain.

Datang lah bos kecil, Ndaru dengan menggunakan sepeda nya menghampiri.

"Nan, Rip...."

"Ngapain sih pada bengong di sini, main yuk?"

Ajak Ndaru sambil mengayun ayun kan sebuah kentongan bambu yang tergantung di depan pos ronda.

"Ahhhh, males aku Ru....."

Kata jinan sambil nyender ke tiang pos ronda.

"Aku juga ogah ah. Di sini aja."

Sahut Sarip sambil rebahan di belakang Jinan.

"Kalian kenapa sih, tumben tumben nya nggak bersemangat kayak gini?"

Tanya Ndaru yang keheranan dengan kelakuan dua kawan nya tersebut.

"Tadi kita habis kalah main wayang Ru, aku dan jinan bawa 100 lebih wayang. Kami gunakan untuk melawan si Lukman tuh anak daerah kulon."

"Dalam sekejap wayang kami raib habis di kalah in sama dia."

Kata sarip dengan nada lesu.

Tren premainan pada masa kanak kanak mereka selain kelereng dan bungkus rokok yang di lipat adalah bermain gambar wayang yang di tepok, kalau gambar nya nutup berarti kalah.




Mulustrasi mainan wayang, biasanya di potong kotak kotak.


Lukman adalah anak dari kampung daerah kulon, rumah nya berada di depan makam persis.

Sebuah makam yang terdapat punden ketiga yang berada di kampung jinan, di tengah tengah makam terdapat pohon asam jawa yang berukuran sangat besar.

Dia terkenal selalu menang kalau bermain wayang, daru hasil mengalahkan wayang anak anak kampung dia mampu mengumpulkan sampai satu kaleng khong guan penuh.

Dia juga menjual nya kalau ada anak yang berniat membeli.

Kalau beli di toko dekat sekolah per sepuluh nya seratus perak, Lukman menjual per 20 wayang dengan harga yang sama.

"Ow....."

"Jadi gara gara kalah main wayang sehingga kalian jadi murung dan malas main."

"Aku jadi penasaran seperti apa si lukman."

"Ayo kita tantang dia bermain wayang lagi...."

Kata Ndaru dengan semangat menggebu gebu.

"Mau beli wayang pake apa Ru, kantong kami sudah kosong mlompong gini...."

Ucap jinan sambil merogoh kocek nya.

"Nggak usah mikir itu, nih aku beli in sekalian kalian."

Kata Ndaru sambil memperlihat kan beberapa lembar uang ribuan bergambar orang lompat batu.

"Widih......"

"Mantap nih, beli in es juga ya Bos."

Celetuk Sarip yang langsung jengkar. Bangkit dari posisi nya yang sedang rebahan, sedangkan Jinan dia hanya cengar cengir melihat kelakuan si sarip.

"Beresssss, ayo berangkat."

"Di mana si lukman?"

Tanya Ndaru kepada mereka berdua.

"Kita samperin ke rumah nya aja Ru, aku tau rumah nya."

Kata Sarip sambil naik sepeda, dia berboncengan bersa jinan.

"Rumah nya lukman di depan punden kulon Ru."

"Kamu jangan kaget nanti."

Celetuk Jinan yang sudah nangkring di belakang Sarip.

"Apa an, ngapain juga kaget nan."

Sergah Ndaru

"Siapa tau kamu takut, hehehehehe...."

Kata jinan.

Mereka bertiga bergegas mengayuh sepeda menuju rumah lukman, rumah lukman berada di daerah kulon atau barat sungai.

Sebelum menyebrang jembatan, Sarip minta jajan es plastikan dengan rasa rasa buah. Itu adalah hal enteng bagi si Ndaru.

"Minta nya es tapi malah nambah jajan mie anak mas. Dasar...."

Gumam Jinan kepada sarip sambil mengendarai sepeda, dia yang tadi nya membonceng di belakang sekarang berganti posisi dengan Sarip lantaran sarip asik makan anak mas yang di beli in Ndaru.

"Salah sendiri kamu nggak minta beli in sekalian."

Ujar sarip dengan enteng nya, jinan memang anak nya sungkan dan tak ceplas ceplos seperti si sarip.

Ndaru hanya tersenyum melihat kekonyolan dua kawan nya tersebut.

"Tempat Pemakaman Umum"

Sebuah tulisan yang terpampang jelas di depan gang yang tak terlalu lebar.

Nah, itu dia gang rumah nya Ru...."

Kata jinan sambil menunju plang tersebut.

Di ujung gang terdapat sebuah pagar tembok berukuran satu setengah meter dan terdapat pintu masuk di kedua sisi nya.

Di sebelah kanan makam terdapat pohon besar dan tinggi menjulang, itu lah pohon randu alas. Ukuran diameternya benar benar besar, di butuhkan sekitar sepuluh orang dewasa untuk melingkari nya.

Kalau sedang berbunga, tampak seperti bunga sakura berguguran berwarna merah.

Rumah lukman memang berada di depan makam persis.

Mereka berhenti di depan sebuah rumah sederhana berbahan bilik bambu.

"Man.... Lukman....."

Sarip memanggil dengan setengah berteriak.

"Woey...."

Ngapain kamu kesini Rip, masih mau main wayang lagi?"

Tanya Lukman yang tiba tiba nongol di samping rumah nya.

"Nih, ada yang mau nantangin kamu main wayang...."

Kata Sarip sambil menunjuk ke arah Ndaru.

"Hai, aku ndaru...."

"Kata nya kamu juga menjual wayang ya?"

Tanya ndaru kepada lukman

"Hai juga, aku Lukman."

"Iya aku juga menjual wayang, kamu mau beli?"

Tanya lukman kepada ndaru.

"Aku beli seribu rupiah dong."

Tanpa basa basi ndaru mengeluarkan selembar uang ribuan di saku celana dan memberikan nya kepada Lukman.

"Seribu???"

"Banyak amat Bro, berarti 200 lembar wayang dong."

Kata lukman yang cukup terperanga dengan uang seribu yang Ndaru berikan.

"Sebentar ya aku ambil dulu...."

Kata lukman sambil berjalan masuk ke dalam rumah, dia kembali sambil membawa kaleng biskuit berisi wayang di dalam nya.

Lukman langsung menghitung satu persatu wayang tersebut, tangan nya lincah seperti pegawai bank yang sedang menghitung uang.

"Nih, pas dua ratus ya...."

Lukman memberikan empat bendel wayang dengan cara ia ikat pakai karet gelang.

"Tambahin dong man, kan ndaru beli seribu."

Celetuk Sarip kepada lukman supaya dia memberikan lebih untuk Ndaru.

"Yo wis, nih aku tambahin...."

Kata lukman sambil mengambil beberapa lembar wayang dan di berikan kepada ndaru.

"Makasih ya man...."

Kata ndaru, dia langsung meberikan dua bendel u tuk jinan dan Sarip.

"Nih buat kalian."

"Makasih bos kecil, hehehehe..."

Jinan dan sarip mengucap secara bersamaan.

"Terus kamu mau ngapain bawa gula segala?"

"Ayo main wayang lagi Man, kqmu mau masak?"

Tanya Sarip kepada lukman yang membawa plastik berisi gula putih di tangan nya setelah mengembalikan kaleng biskuit ke dalam.

"Nanti dulu main nya Rip, ini kan angin nya lumayan kenceng."

"Kita nyari asem jawa di makam yuk, kalau lagu ada angin gini biasa nya buah asam nya pada berjatuhan karena sudah matang."

"Mau buat apa buah asem Man, kan kecut banget tuh rasa nya."

Tanya jinan yang penasaran.

"Kalian belum pernah nyoba kan, nih makan nya aku bawa gula. Nanti kita makan pake ini."

"Enak lho, kayak permen."

Kata lukman,

"Haaahhh permen????"

Sahut Mereka bertiga seolah tak percaya.

"Aku belum pernah nyoba, ayo kita cari asem nya."

Kata Ndaru sambil melihat ke arah tengah makam.


Buah asem jawa

"Ndak apa apa kita masuk ke makam Man, itu kan ada punden di tengah tengah nya?"

Tanya Jinan, dia selalu berhati hati ketika hendak memasuki wilayah yang asing.

"Ndak apa apa lah, aku sudah biasa main di dalam sana kok."

Jawab lukman dengan santai.

Mereka berempat langsung masuk ke dalam makam, tampak batu nisan berjajar memenuhi area twrsebut, dari yang berbahan kayu sampai semen, ada juga makam yang di kijing, di bangun dengan keramik di atas nya.

"Numpang numpang...."

nya."

"Tuyul???"

Beneran Man?"

Tanya jinan kepada nya.

"Fyuchhhhhh...."

Lukman menghempaskan biji asam dari mulut nya,

"Iya, tuyul beneran."

"Kamu punya indera ke enam ya Man?"

Tanya ndaru kepada nya.

"Kayak nya sih nggak juga Ru,"

Jawab lukman.

"Lantas, kenapa kamu bisa melihat dan menangkap tuyul itu?"

"Memang nya tuyul itu bentuk nya botak kayak di tipi itu ya man?"

Tanya Sarip dengan mulut penuh dengan biji asem.

"Jadi waktu itu sore sore menjelang magrib, aku sedang berada di depan rumah."

"Nah, pas lihat ke pintu makam, aku lihat mahluk berukuran kecil, segini...."

Lukman menunjukan satu jengkal tangan nya kepada mereka bertiga.

"Warna nya putih, mata nya cuma satu di tengah tengah, dan telinga nya lancip ke atas."

"Dia mondar mandir di depan makam seperti sedang kebingungan."

"Pas aku samperin, dia mau lari."

"Aku coba nangkap ternyata bisa kena."

"Pas ku tunjuk kan kepada bapak ku, kata beliau tuyul itu sedang apes karena ndak bisa pulang."

"Aku taruh di dalam toples kaca sebentar...."

"Pas adzan mahrib tuyul itu nangis dan kesakitan seperti merasa kepanasan."

"Bapak menyuruhku melepaskan nya, jadi ku lepas lagi deh di sana."

Papar lukman sambil mengingat ingat kejadian tersebut.

"Kamu sering ya main di area makam ini Man?"

Tanya ndaru kepada nya.

"Ya gitu lah...."

"Jangan jangan karena tuyul itu kamu selalu menang saat main wayang?"

Kata Ndaru setengah berspekulasi.

"Hahahahaha...."

Lukman tertawa mendengar nya.

"Kenapa ku malah tertawa Man?"

Tanya sarip sambil terus saja mengupas dan makan asem du tangan nya.

"Kalian mau tau kenapa aku selalu menang kalau main wayang?"

Ucap lukman kepada mereka.

Ke empat anak itu serempak mengangguk,

"Tapi janji ya jangan cerita ke siapa siapa."

Kata nya.

"Iya Man, kami janji deh...."

Jawab Sarip.

"Baik lah, akan ku tunjuk kan rahasia ku...."

"Awas Rip, geser dulu kamu."

Lukman menyuruh sario yang duduk sambil bersandar ke batu nisan untuk bergeser,

Tanpa rasa takut tiba tiba lukman mencabut batu nisan tersebut.

"Heh, gila kamu man...."

"Itu batu nisan main di cabut aja..."

Kata Sarip yang sudah ketakutan melihat nya.

Jinan dan Ndaru juga terlihat ketakutan,

Lukman yak menghiraukan nya.

Dia meletak kan batu nisan tersebut dan merogoh ke dalam lubang nya....

"Nih rahasia nya."

Lukman mengambil dua lembar wayang di dalam lubang batu nisan tersebut.

"Itu kan wayang andalan mu yang sering membuat kita kalah."

"Iya nggak nan?"

Kata Sarip sambil melihat ke arah Jinan.

"Ya ini rahasia nya supaya selalu menang, hehehehe"

Ucap lukman sambil terkekeh, ntah ide dari mana yang ia dapatkan sampai menaruh wayang andalan nya ke dalam batu nisan supaya selalu menang.

"Sekarang kalian kan sudah tau rahasia ku, tolong jangan kasih tau anak anak lain. Cukup kita saja yang tau."

Kata Lukman kepada mereka.

"Aku nggak mau melawan mu lagi ah Man, percuma kalau ujung ujung nya kamu yang menang."

Kata jinan setelah mengetahui hal itu.

"Tapi kok bisa ya  wayang yang di taruh di sana bisa selalu menang."

Kata ndaru yang masih penasaran.

"Aku juga nggak tau kalau tentang hal itu, kita masih bisa main wayang kok. Tenang aja...."

"Aku nggak akan pakai wayang ini kalau melawan kalian."

Ujar Lukman untuk meyakinkan mereka.

"Kamu berani sekali Man main main di tempat ini, gila....."

Kata sarip yang masih tak percaya dengan kelakuan Lukman.

"Kalau di area makam ini aku ndak terlalu takut rip, tapi kalau main main di sana....."

Lukman menunjuk ke arah pohon randu alas yang besar di sebelah makam.

"Memang nya kenapa kalau di sana Man?"

Tanya Jinan sambil melihat pohon tersebut.

"Kamu lihat kan kalau pohon itu di pagari dengan bambu di sekeliling nya?"

Kata lukman, pohon randu alas itu memang di pagari dengan bambu belah di sekeliling nya.

"Iya man, kenapa memang nya?"

Tanya ndaru.

"Adik perempuan ku....."

"Dia pernah nyaris celaka disana karena ulah mahluk berbadan tinggi besar dan berbulu...."

Bersambung-
cos44rm
Araka
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup