tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#58
Part 16
"Nan....."

"Ndaru kenapa kok malah tiduran di pinggir sungai."

Teriak Sarip kepada Jinan ketika baru saja sampai di tempat Ndaru memancing persis di bawah pohon dadap, mereka baru saja pulang dari masjid dan menyusul kawan nya untuk melanjutkan mancing.

"Ya Allah...."

"Ndaru kenapa Rip..."

Mereka berdua langsung panik lantaran mendapati sahabat nya sedang terkulai tak berdaya dengan posisi setengah badan nya yang berada di dalam air sungai.

"Ayo tolong dia Rip...."

Ajak Jinan kepada sarip untuk turun ke sungai guna menolong Ndaru yang tak sadarkan diri.

"Nggak ah Nan, aku takut....."

Ujar Sarip dengan wajah kicep nya.

"Duh, piye iki...."

Jinan turun dari sepeda sambil menggaruk kepala melihat Ndaru di tepi sungai.

"Aku juga nggak berani Rip, lagi pula kalau kita berdua turun dan membopong tubuh ndaru mana kuat kalau cuma berdua."

Kata jinan, mereka berdua benar benar bingung harus berbuat apa. Belum lagi nanti harus menjelaskan kepada orang tua Ndaru.

"Kita coba cari bantuan saja sama warga sini Rip...."

Jinan memberikan inisiatif kepada si Sarip.

"Ya sudah ayo buruan, takut nya ndaru kenapa napa kalau terlalu lama di sana, Untung ndaru tidak hanyut terbawa arus."

Ucap si Sarip.

"Kamu tunggu di sini saja Rip, biar aku coba minta tolong ke rumah warga."

Kata jinan sambil berjalan dengan terburu buru meninggalkan kawan nya di lokasi tersebut.

Jinan berlari melewati pepohonan bambu yang rindang dengan sebuah jalan setapak.

"Tek, tek, tek..."

Lamat lamat ia mendengar suara golok yang beradu dengan batang bambu.

"Seperti nya itu adalah suara orang yang sedang memotong bambu." Ucap jinan dalam hati.

Dia bergegas mendekati sumber suara terebut sambil berlari dengan napas tersengal sengal.

"Toloooong...."

"Toloooong...."

"Pak, tolong pak...."

"Teman saya pingsan di sana...."

Jinan berteriak meminta tolong setelah mendapati dua orang bapak bapak yang sedang memotong bambu tak jauh dari lokasi Ndaru pingsan.

"Ada apa Le...."

"Ngapain kamu di sini sendirian sambil teriak teriak minta tolong."

Teriakan jinan mendapatkan perhatian dari dua orang tersebut yang lantas menghentikan aktifitas nya saat jinan menghampiri dengan ekspresi panik.

"Anu pak...."

"Teman saya, dia pingsan di sana."

Kata jinan sambil menunjuk ke arah Ndaru dan Sarip berada.

"Pingsan?"

Dimana teman mu Le?"

Tanya salah satu dari mereka.

"Di sana pak, di tepi sungai yang ada pohon dadap nya."

Jawab jinan sambil memegang kedua lutut nya karena kehabisan napas dan tenapa pasca berlari.

Mereka berdua terperangah mendengar ucapan Jinan seakan tak percaya.

"Ngapain kalian di sana, kok berani berani nya main main di bawah pohon dadap."

"Kata bapak bapak tersebut.

"Tadi kami mancing di sana Pak, Ayo pak cepat tolong teman saya...."

Kata jinan yang sudah kalang kabut mengkhawatirkan keselamatan teman nya.

"Owalah...."

"Sembrono kalian, berani berani nya mancing di situ. Aku yang warga asli sini saja ndak berani kok."

"Ayo kita tolong anak itu."

Tanpa basa basi mereka langsung berlari menuju lokasi Ndaru pingsan.

"Pak tolong pak, tolongin teman saya pak...."

Sarip langsung berteriak minta pertolongan setelah jinan dan dua bapak bapak tersebut sampai di lokasi.

"Mana teman mu yang pingsan le?"

Tanya beliau.

"Itu pak, Dia di sana...."

Tunjuk sarip ke arah Ndaru yang tergeletak.

"Astagfirullah......."

Sahut kedua bapak tersebut saat melihat ke arah tepi sungai, mereka berdua langsung turun ke tepi sungai untuk mengangkat tubuh ndaru.

"Kalian tinggal di mana le?"

Tanya beliau sambil mengangkat tubuh ndaru.

"Di sana pak, kami tinggal di desa sebelah."

Jawab jinan, ndaru di bopong oleh bapak bapak tersebut.

"Kalian tau rumah anak ini di mana?"

Tanya beliau lagi.

"Dia anak juragan kerupuk pak."

Kata sarip.

"Rumah nya yang besar dan ada pabrik nya itu?"

Tanya bapak bapak itu lagi.

"Benar pak, dia andalah anak pemilik pabrik tersebut."

Sahut jinan.

Kedua bapak bapak tersebut lalu membawa ndaru yang masih belum sadarkan diri ke rumah nya di ikuti oleh jinan dan Sarip.

Papah dan mamah nya Ndaru langsung panik saat melihat Ndaru di antarkan oleh dua orang asing dalam kondisi pingsan ke rumah nya.

"Ndaru......"

"Pah, ndaru kenapa kok di bopong?"

Kata mamah nya kepada sang suami.

"Anak saya kenapa ini pak, kok pingsan dengan celana nya yang basah kuyup begini?"

Tanya papah nya ndaru.

"Anak bapak tadi pingsan di tepi sungai pak, dua teman nya ini menemukan anak bapak sudah dalam keadaan tak sadarkan diri dalam posisi setengan badan nya yang masuk ke air sungai."

Kata beliau yang membopong Ndaru kepada papah nya.

"Ndaru...."

"Nak...."

Bangun nak...."

Kata mamah nya sambil menangis.

Jinan dan sarip masih ketakutan melihat ndaru yang tak kunjung siuman walau dua lubang hidung nya di beri minyak kayu putih.

"Jangan jangan anak anda ini kesambet pak, buk...."

Celetuk salah satu bapak bapak tersebut.

"Kesambet, ada ada saja ku ini...."

"Memang nya Anak ku tadi habis ngapain."

Kata papah nya ndaru.

"Kata dua teman nya, tadi anak bapak memancing di sungai, di bawah pohon dadap yang terkenal angker nya pak...."

Papar bapak tersebut kepada papah nya ndaru.

"Iya Om, tadi Ndaru mancing di sana sendirian karena kami berdua harus pergi ke masjid untuk jumatan."

"Tapi setelah itu, kami mendapati ndaru yang sudah pingsan di pinggir sungai."

Kata  sarip menjelaskan kronologi nya.

"Apa tadi anak ini berbuat tak sopan di sana?"

Tanya bapak bapak yang menolong Ndaru.

"Mmmmmm....."

"Tadi ndaru sempat bermain main sama sesajen yang ada di bawah pohon, dia melemparkan telur ayam jawa sampai pecah ke arah kami."

"Selain itu, ndaru menendang nendang beberapa sesajen yang ada di sana."

Dalam keadaan takut jinan mencoba untuk mengatakan kejadian saat ndaru berada di sana.

"Kenapa kalian meninggalkan anak ki sendirian di sana, bukan nya mengajak pulang saat adzan."

Ayah ndaru sedikit emosi karena mendengar bahwa anak semata wayang nya di tinggalkan begitu saja di sungai oleh jinan dan sarip, rahang nya tampak tegas sambil mengusap kening anak nya.

"Sudah Pah, jangan marah marah."

"Mereka kan masih anak anak....."

Ucap mamah nya yang mencoba untuk menenangkan sang suami.

"Itu benar pak, tadi mereka berdua cerita kalau sudah beberapa kali mengajak putra bapak untuk pulang dan mwnunaikan sholat jumat, namun dia tak menghiraukan ajakan kedua teman nya dan meneruskan mancing."

Ujar bapak bapak tersebut bermaksud membela jinan dan sarip yang memang tidak bersalah.

"Maaf kan saya pak...."

Ucap jinan sambil tertunduk, ayah Ndaru tampak lebih tenang. Mungkin dia sadar kalau sebenarnya anak nya lah yang salah.

Sarip cuma terdiam di samping jinan sambil membuang muka karena takut kepada orang tua Ndaru.

Karyawan pabrik mulai melihat ke arah mereka, 

"Anak nya pak bos kenapa itu..."

Celetuk salah satu dari mereka.

Ndaru di bopong masuk ke dalam, 

Ibu nya melepas pakain ndaru yang sudah basah.

"Ya Allah......"

"Pah, dada ndaru kenapa ini."

Mamah nya terkejut kerika membuka baju yang ndaru kenakan, tampak guratan lebam berwarna biru melingkar di dada ndaru seperti bekas lilitan.

"Ayo pak, kita bawa Ndaru ke rumah sakit saja."

"Aku khawatir dia kenapa kenapa."

Kata mamah nya sambil menangis.

"Tenang mah, ini bukan gejala sakit biasa."

"Aku mau meminta tolong sama Ustad Markum, siapa tau beliau bisa menyembuhkan anak kita."

Ayah ndaru bermaksud meminta bantuan seorang guru spiritual yang biasa mengisi pengajian di rumah nya.

Beliau berjalan ke luar sambil tergesa gesa,

Di depan, ayah ndaru menemui Jinan, Sarip dan kedua bapak bapak yang menolong anak nya tadi.

"Dek, maaf ya karena tadi aku sudah marah kepada kalian."

"Terima kasih juga karena bapak bapak sekalian sudah menolong anak saya."

"Ini sekedar bentuk rasa terima kasih kami karena anda sudah membawa pulang anak kami...."

Beliau mengutarakan permohonan maaf dan terima kasih kepada mereka, tak lupa memberilan beberapa lembar uang sebagai imbalan karena sudah mengantarkan ndaru pulang. Maklum lah orang berduit,

Sayang nya, kedua bapak bapak tersebut menolak pemberian beliau dengan halus karena memang niat nya sekedar menolong tanpa rasa pamrih.

"Kalian pulang saja adek adek, nanti di cari in sama keluarga mu lho..."

Ayah nya ndaru menyuruh jinan dan sarip untuk pulang ke rumah, dan bapak bapak tadi juga berpamitan pulang sekalian.

Beberapa hari Ndaru tak masuk sekolah, mungkin keadaan nya belum pulih.

Karena merasa sungkan, jinan dan Sarip belum berani datang untuk menjenguk ndaru di rumah nya.

"Nan, kabar ndaru sekarang gimana ya....."

"Aku kasian sama dia."

Kata Sarip kepada jinan saat berada di sekolah.

"Mana ku tahu Rip, kan kita sama sama belum menjenguk nya lagi setelah kejadian kemaren."

Ujar Jinan sambil memasukan buku pelajaran ke dalam tas.

"Nanti kita jenguk ndaru yuk....."

Sarip mengajak jinan untuk menjenguk Ndaru di rumah nya.

"Aku sih mau aja Rip, tapi...."

"Aku masih takut sama papah nya, kamu tau sendiri kan saat kejadian Beliau seolah menyalahkan kita."

Jawab jinan dengan nada ragu.

"Iya juga sih nan, terus gimana dong?"

Tanya sarip.

"Yaaahhh, semoga Ndaru baik baik saja dan lekas membaik Rip."

"Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk saat ini."

"Mendoakan kesembuhan kawan kita."

Kata Jinan dengan bijaksana.

Sementara di rumah ndaru,

Keadaan nya sudah sadarkan diri setelah seorang guru spiritual yang di datangi papah nya ndaru mencoba mendoakan dan melihat nya melalui mata batin mengenai penyebab apa yang membuat ndaru bisa seperti itu.

Tangan nya secara perlahan mengusap lebam di dada ndaru, 

"Aduhhhh...."

"Sakit pak,sakit....."

Ndaru mengerang kesakitan saat telapak tangan pak markum menyentuh dada nya.

"Tahan sebentar ya nak, insyaAllah nanti sakit nya hilang."

Ucap pak markum kepada Ndaru, setelah beberapa kali berdoa sambil mengusap dada nya.

Akhir nya pak markum selesai juga.

"Alhamdulillah....."

Ucap beliau yang sudah di banjiri keringat di sekujur tubuh.

"Bagaimana keadaan anak saya pak markum?"

Tanya papah nya ndaru kepada beliau.

"Anak bapak sudah baik baik saja, dari yang aku lihat. Anak mu sudah lancang karena bersikap tidak sopan ketika sedang bermain di sungai."

"Mahluk di sana marah...."

"Mahluk???"

"Mahluk apa pak?"

Tanya papah nya,

"Wujud nya berupa seekor ular, tapi bukan ular sembarangan. Ukuran nya sebesar batang pohon kelapa..."

"Benar kan Nak?"

Kata pak markum sambil melirik ke arah ndaru, ndaru hanya mengangguk.

"Untuk anak mu tidak di bawa sama mahluk itu, kalau sampai di bawa. Aku tak bisa membayang kan akan berakhir seperti apa."

"Kata teman teman nya, ndaru menendang sesajen di bawah pohon dadap pak saat memancing di sana."

Ucap papah nya kepada pak markum

"Iya, aku sudah tau...."

"Anak mu ini terkena upas, dia di sabet dan di lilit ekor dari mahluk penunggu pohon tersebut yang berada di bawah air."

"Dan atas izin dari Allah, aku sudah membersihkan upas tersebut."

Ucap pak markum, setelah di netralisir. Lebam di dada ndaru memang mulai menghilang.

Upas adalah semacam bisa atau racun ular, kasus yang menimpa ndaru bukan lah racun dari ular yang nyata, melainkan ulah dari ular jadi jadian penunggu pohon dadap.

"Lalu apa kah saya harus ke sana dan memberikan sesajen pak?"

Tanya papah nya ndaru yang bermaksud datang ke pohon tersebut membawa sesaji untuk mengucapkan permohonan maaf.

"Tidak...."

"Jangan Mas, jangan sekali sekali kamu menyekutukan tuhan."

"Yang paling penting sekarang anak mu sudah aman dan bauk baik saja."

Mahluk seperti itu jangan di puja, nanti malah semakin ngelunjak dan merasa paling berkuasa."

"Sudah, biarkan saja...."

Ucap pak markum, beliau benar benar melarang keras papah ndaru untuk menaruh sesaji di tempat tersebut.
cos44rm
Araka
belajararif
belajararif dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup