tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Ujung Tanggul Kali Gelis
Mulustrasi


Setelah sekian lama menjadi silent rider forum sfth.akhir nya ada sebuah keinginan untuk menulis. newbie,amatiran dan apalah namanya buat seorang pemula.yang penting coba aja dulu....

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga.
Seorang janda dengan tujuh anak nya.
Tokoh utama di sini bernama erwin,anak ke 6 dari tujuh bersaudara.
Sebuah kisah sederhana dari seorang anak laki laki yang sudah terlalu banyak memendam kisah pahit getirnya perjalanan hidup.
rumah sederhana di pinggiran sungai bernama kali gelis,adalah "tempat kami pulang".karena di sana ada seorang ibu yang begitu gigih dalam berjuang membesarkan anak anak nya menjadi pribadi yang kuat walaupun selalu di tempa bertubi tubi oleh keadaan hidup yang sulit.
Di sini lah awal kisah bermula.....

Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
bruno95
bulbuljauh
erman123
erman123 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
38.9K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#410
Part Sisipan
Akhir akhir ini pikiran ku seolah selalu terhempas ke masa lalu, kenangan masa lampau kembali mengusik dalam hati.

Sebuah kisah getir yang tiba tiba terbesit dalam ingatan.....

Saat itu aku masih berumur sekitar sepuluh tahun an, dan Feri adik ku baru berusia 6 tahun.

Minggu pagi,

Aku dan adik bungsu ku sedang asik bermain di rumah, hari itu emak pergi memasak di tempat orang yang sedang punya hajatan. Mbak imah berada di dapur untuk menyiapkan kudapan seadanya sebagai asupan sarapan kami.

Hanya tahu goreng dan kecap manis yang menemani sepiring nasi yang ku santap berdua dengan Feri.

Satu tahu goreng sengaja ku cuil kecil kecil supaya cukup menjadi lauk untuk menghabiskan nasi yang sudah berlumur cairan hitam kecoklatan.

"Jangan di makan tahu nya saja dong Fer....."

"Nanti nasi nya nggak habis kalau tahu nya saja yang kamu makan."

Ujar ku kepada feri yang hanya cengar cengir sambil mengunyah cuilan tahu di dalam mulut nya.

"Aku sudah Kenyang Win...."

Celetuk nya sambil memukul mukul kan sendok yang ia pegang di tangan nya ke pinggiran piring berlogo merk micin, dulu emak selalu mengumpulkan bungkus nya karena setiap sepuluh bungkus vetsin dapat di tukar kan dengan sebuah piring cantik di pasar.

"Win....."

Walaupun Feri adalah adik ku, sejak kecil dia memang sudah terbiasa memanggil ku tanpa di awali dengan kata Mas atau Kak, aku juga sudah terbiasa dengan hal tersebut.

"Mbak....."

"Feri tuh, cuma makan lauk nya saja. Nggak mau habis in nasi nya...."

Aku mengaku kepada mbak imah yang sedang berada di samping rumah sekedar duduk duduk menghadap ke rumpun bambu merasakan sepoi angin yang perlahan berhembus.

"Fer....."

"Nasi nya di makan, jangan cuma makan tahu nya saja."

"Kalau nasi nya ndak habis nanti ayam nya pada mati lho."

Kata mbak imah kepada feri, dia langsung mengetok tangan ku menggunakan sendok karena kesal.

"Tok, tok, tok....."

"Asalamualaikum...."

Terdengar suara seseorang yang sedang mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam....."
Sahut ku dari dalam rumah.

Feri langsung berdiri dan berjalan ke depan untuk membuka kan pintu.

Setelah mencuci piring bekas makan kami di belakang, aku bergegar berjalan menyusul feri ke depan.

"Siapa Fer?"
Tanya ku, dia tak menjawab dan berlari ke dalam karena feri anak nya memang pemalu.

"Ow Mas Jamal tah...."

"Iya win."

"Ada apa mas?"

Tanya ku kepada seorang laki laki berbadan kurus dengan gigi tonggos bernama Jamal, dia adalah tetangga ku yang biasa menjadi menyebar undangan selametan, undangan pengajian dan berbagai acara yang melibatkan khalayak ramai.

Ku lihat di tangan nya ia memegang sebendel kertas undangan berwarna warni.

"Ini win, kamu dapat undangan acaea ulang tahun nya maya....."

Ucap nya seraya menyodorkan secarik kertas berwarna biru bergambar winnie the pooh dan balon balon khas pesta.

Maya adalah anak dari salah satu tetangga ku, rupanya hari itu adalah hari ultah nya dan orang tua nya bermaksud mengundang ku untuk ikut merayakan ulang tahun anak nya bersama anak anak lain.

"Terima kasih mas...."

"Kok cuma satu undangan nya, buat adik ku ndak ada ya?"

Tanya ku kepada mas jamal, dia memeriksa undangan di tangan nya satu persatu.

"Wah tidak ada win, cuma kamu tok yang di undang."

Kata mas jamal.

"Ow...."

"Ya wis kalau begitu, makasih ya mas."

Ucap ku kepada nya.

"Iya, kalau begitu aku pamit ya masih mau keliling lagi soal nya."

Kata mas jamal.

Baru saja hendak membuka dan membaca isi undangan nya, feri dengan sigap merebut undangan itu dari ku.

"Ini undangan buat aku kan win?"

Kata nya sambil membolak balik kertas di tangan nya, maklum lah karena waktu itu feri belum bisa membaca.

"Ngawur kamu, itu buat aku fer...."

"Tuh nama nya kan tertulis nama ku."

Ucap ku kepada nya.

"Bohong, mentsng mentang aku belum bisa baca."

"Kamu kan sudah gede, ini kan acara ulang tahun buat anak anak."

Feri tetap bersikukuh kalau yang di undang ke pesta ultsh adalah diri nya.

"Mbak...."

"Mbak imah, ini undangan nya buat aku kan?"

Feri sampai menanyakan nya kepada mbak imah.

Kakak ku membaca undangan tersebut tanpa berkata apa apa,

"Sudah tahu kalau di sini ada dua orang anak kok cuma satu saja yang di undang, kebangetan."

Gumam mbak imah.

"Kamu sudah ada ide mau ngasih kado apa nanti sore Win?"

Tanya mbak imah kepada ku.

Aku terdiam sejenak memikirkan perihal kado apa yang sekira nya pantas untuk ku berikan kepada tetangga ku ini.

"Aku masih punya 2 buku tulis kosong mbak."

Ucap ku kepada mbak imah.

"Ya sudah, kau kasih kado itu saja nanti."

Ujar nya pada ku.

"Terus mau di bungkus pake apa mbak buku nya?"

Tanya ku.

"Bungkus pakai kotan bekas saja win, kan ada tuh di dapur."

Kata mbak imah.

Aku langsung mengambil koran di dapur dan masuk kamar mengambil buku tulis di meja belajar, sedangkan feri terus saja mengikuti ku seperti anak kucing yang kehilangan induk nya.

Mbak imah membantu ku membungkus buku tersebut menjadi sebuah bingkisan kado, karena tak punya lem kertas. Jadi lah nasi sebagai perekat bungkus kado ku nanti.

"Aku nanti ikut win...."

"Aku ikut....."

Feri terus saja merengek kepada ku.

"Piye mbak, masak feri ikut sih, kan yang di undang cuma satu orang?"

Tanya ku kepada mbak imah.

"Paling nanti dia tidur pas siang win, jadi kamu bisa berangkat ke rumah nya maya."
Kata mbak imah, feri seperti nya mendengar nya.

Mbak imah membujuk feri untuk tidur siang, tapi dia tak mau dan merengek.

Lantaran tak tega, aku akhir nya mengajak adik ku ini menghadiri pesta ulang tahun tersebut.

Aku dan para tetangga di persilahkan masuk ke dalam ruang tamu ysng sudah di hias kertas warna warni dan balon ulang tahun, tak lupa sebuah kue ulang tahun di atas meja dengan lilin angka 7 tampak sudah menyala.

Acara sambutan, doa dan hiburan di mulai sampai puncak nya tiup lilin.

Setelah bersalaman kepada tuan rumah, kami berpamitan satu persatu sambil di beri bingkisan berisi snack, minuman ringan, potongan kue dan nasi kuninh yang di kemas ke dalam mika.

Aku berjalan untuk menera bingkisan tersebut dengan feri yeng mengikuti di belakang, nama nya anak kecil melihat aku fi berikan bingkisan, adik ku ini berpikir kalau dia juga akan di kasih juga.

Sayang nya ekspektasi adik ku ini salah besar.

Saat ia mengulurkan tangan untuk bersiap menera bingkisan,

"Lho, yang di undang kan cuma satu orang. Adik mu ndak dapat nya...."

Ibu dari maya berkats demikian.

Wajah feri menunduk, mata nya berkaca kaca.

Aku benat benar tak tega melihat nya, dengan berbesar hati akuenggandeng adik ku keluar, lalu memberukan bingkisan di tangan ku kepada feri.

"Sudah, jangan nangis. Ini buat kamu saja...."

Ucap ku dengan perasaan batin yang teriris.

Feri kembali tersenyum dan berjalan pulang bersama ku.

Dia melihat isi bungkisan yang terdapat beberapa snack di dalam nya, seperti nya tak sabar ingin membuka bingkisan tersebut.

Sesampai nya di rumah, feri terlihat bahagia. Dia memakan kue ultah dan snack tersebut.

Mbak imah melihat kami di teras,

"Punya mu mana Win?"

Tanya mbak imah.

"Emmm, anu mbak...."

"Tadi..."

"Tadi sudah aku makan di sana."

Ucap ku kepada mbak imah dengan terbata bata.

Yang penting feri tak merasa sedih lagi, walaupun aku ingin mencicipi nya. Tapi aku mengurungkan nya karena melohat feri yang makan dengan begitu lahap.

Aku memilih duduk di samping rumah sendirian, merenungi nya. Acara semeriah itu apa mungkin si tuan rumah tidak melebihkan bingkisan nya, batin ku.

Perlahan air mata ku meleleh....
Aku tak tau harus bercerita kepada siapa.

Saat aku sedang termenung, tiba tiba feri duduk di sampingku.

"Aaakkkk....."

Kata nya sambil mebyuapi ku potongan kue ulang tahun di tangan nya.

Seketika tangis ku pecah melihat ketulusan adik ku ini.

"Aku sudah kenyang fer, buat kamu saja...."

Ucap ku berbohong.

"Kamu bohong win, kamu pengen makan kue ini kan?"

Kata nya dengan lugu.

Feri menyuapi ku, kami makan sepotong kue itu bersama sama.

Mbak imah yang diam diam melihat nya juga ikut terharu, aku meliriknnya yang sedang menangis di belakang kami.

Itu adalah kisah yang benar benar membuat ku selalu menitihkan air mata ketika mengingat nya.

Sekarang, adik ku sudah tumbuh dewasa.
Sebentar lagi feri akan menjadi seorang Ayah....

Aku mengetik kisah ini di rumah emak setelah acara tujuh bulanan istri Feri selesai dan berjalan dengan lancar tadi.

Sebuah kenangan sederhana yang akan selalu mengusik di dalam ingatan.


Sekian-
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
kimberly.ela179
suryaassyauqie
suryaassyauqie dan kimberly.ela179 memberi reputasi
2
Tutup