tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#48
Part 14
"Jinan kemana Bu?"

Tanya mbah darmo yang baru saja pulang dari sawah, beliau menaruh cangkul di dekat kandang ayam lalu mencuci tangan dan kaki menggunakan padasan air yang terbuat dari tanah liat di dekat sumur timba.

"Tadi sepulang sekolah, jinan pamitan mau main sama teman nya pak. Itu lho Sarip anak nya Karmin yang rumah nya di dekat perempatan."

Sahut mbah uti sambil mencuci piring di sisi lain sumur kepada mbah darmo.

"Ow...."

"Sarip teman satu sekolah nya itu ya, tadi jinan sudah makan bu?"

Mbah darmo menanyakan apa cucu nya sudah mengisi perut karena jinan memang anak nya paling susah kalau di suruh makan.

"Sudah pak, tadi jinan sudah makan dengan lahap kok."

Ujar mbah uti yang hampir selesai mencuci piring.

"Mau langsung makan siang atau sholat dzuhur dulu dulu pak?"

Tanya mbah uti.

"Nanti saja buk, aku mau sholat dulu soal nya sudah ambul wudhu."

"Jinan tadi ngomong ndak mau main ke mana?"

Langkah mbah darmo terhenti untuk memastikan kemana cucu nya pergi bermain.

"Tadi kata nya sih mau main sama sarip ke daerah wetan sana pak...."

Jawab mbah uti sambil mengingat ingat.

"Wetan????"

"Iya, ku lihat tadi sarip membawa seser ikan pak. Merek boncengan."

Ujar nya lagi.

Mbah darmo terdiam seperti sedang menerawang.

"Jangan jangan......"

"Kenapa pak?"

Melihat raut wajah mbah darmo yang berubah serius, mbah uti langsung terperanjat.

"Anu buk, aku khawatir kalau mereka bermain ke area punden yang ada di sebelah wetan desa."

Ucap mbah darmo dengan ekpresi cemas.

Di desa tersebut memang terdapat 3 punden, makam leluhur yang pertama kali membuka lahan istilah nya babat alas dan orang pertama ysng tinggal di sana.

Punden pertama berada di kidul atau selatan desa, tempat dimana dulu pardi memancing belut bersama supri, punden kedua berada di daerah wetan ysng terdapat blumbangan di belakang nya dan punden ke tiga berada di sebelah kulon atau barat kampung. Punden ketigs ini berada di tengah tengsh pemakaman umum.

"Tadi kamu bilang kalau sarip membawa seser ikan, aku takut kalau mereka mencari ukan di blumbangan punden buk."

Kata mbah darmo.

"Mudah mudahan mereka tidak ke sana pak..."

Ucap mbah uti yang mencoba berprasangka baik kepada cucu nya.

"Semoga saja buk, area punden itu tak kalah wingit nya dengan punden yang ada di sebelah selatan."

"Tentu kau ingat dengan kejadian yang menpa supri tetkala masih muda, dia pernah nekat memancing malam malam di sana sendirian"

Mbah dsrmo mengingat kejadian mengerikan ysng pernah di alami supri teman kang pardi.

"Iya mbah, aku ingat...."

Ujar mbah uti.

"Supri yang sedang asik mancing di situ tiba tiba di kejutkan dengan penampakan seekor ikan lele yang hanya tersisa tulang nya saja dan masih hidup."

"Jawab le, kalian habis main dari mana?"

"Mbah ndak akan marah kok...."

Bujuk mbah darmo dengan nada kalem.

Sarip sesekali melirik ke arah sarip dan mbah darmo secara bergantian, tangan nya sibuk memilin ujung kaos yang ia pakai.

"Nganu mbah....."

",Tadi...."

"Tadi kami main ke blumbang yang ada di wetan desa."

Jawab jinan dengan terbata bata kepada sang kakek, mbah uti melotot ke arah jinan seolah tak percaya dengan ucapan cucu nya barusan.

Sedangkan mbah darmo menghela napas panjang seolah tak menyangka kalau cucu nya pergi area tersebut bersama teman nya.

"Le...."

"Kamu tau ndak itu tempat apa?"

Tanya beliau.

Jinan menggelengkan kepala,

"Tempat nya sepi mbah, aku lihat ada bangunan seperti pos ronda dan terdapat dua pohon kamboja besar di kedua sisi depan nya."

Ujar jinan dengan polos nya.

"Yang ada di dalam bangunan itu adalah makam punden le...."

Kata mbah darmo memberitahukan jinan mengenai bangunan tersebut.

"Sebenar nya sejak tiba di saja aku sudah merasa takut mbah, jadi jinan cuma melihat sarip di tepi blumbang saja ndak ikut nyeser ikan."

Kata jinan kepada mbah darmo.

Mbah darmo menepuk pundak jinan lalu duduk di sebelah sarip, beliau mengeluarkan rokok kretek yang ada di saku baju lalu menyalakan nya untuk menenangkan diri.

"Kalian tadi melihat apa di sana?"

Cecar mbah darmo kepada jinan karena keadaan sarip yang benar benar lemas, kedua mata nya sayu seperti orang yang mengantuk.

"Tadi pas sarip nyeser ikan, tiba tina dia mendapatkan seekor ikan lele yang aneh mbah, ikan nya cuma tersisa tulang tapi masih hidup mata nya berkedip dan bisa ngomong."

'karena ketakutan, aku dan sarip langsung lari dari sana."

Papar jinan kepada mbah darmo.

Mbah darmo dan mbah uti saling menatap setelah mendengarnya.

"Ternyata benar dugaan ku buk...."

Celetuk mbah darmo kepada mbah uti, mbah darmo menyentuh kening sarip.

"Badan mu panas le....."

"Buk, tolong ambilkan air putih untuk sarip."

Ucap mbah darmo kepada mbah uti.

"Baik pak...."

Mbah uti masuk untuk mengambilkan minum, jinan duduk di sisi lain antara sarip dsn mbah darmo menggantikan posisi mbah uti yang beranjak ke dapur untuk mengambil air minum.

"Ini minum nya le....."

"Kamu juga minum...."

Kata mbah uti yang kembali membawa dua gelas air minum untuk jinan dan sarip.

"Sebentar, sini gelas nya."

Pints mbah darmo, kedua gelas berisi air putih tersebut di doa kan oleh beliau lalu di berikan kepada jinan dan sarip. 

"Glekkkk, glekkkk, glekkkkk...."

Mereka berdua langsung menenggak air putih di gelas sampai habis,  jinan dan sarip seperti nya benar benar kehausan.


"Bagaimana le, sudah agak baikan?"

Tanya mbah darmo kepada sarip sambil mengusap kedua pundak nya secara bergantian.

Sarip mengangguk, tubuh nya yang semula gemetar hebat berangsur mulai berkurang.

"Sudah mendingan mbah, matur suwun...."

Kata sario dengan singkat.

"Lain kali jangan main main ke sana lagi, bahaya le....."

Mbah darmo menasihati mereka berdua, tanpa di nasehati mereka juga pasti benar benar sudah kapok setelah mengalami kejadian tersebut.

"Saya mau pulang dulu mbah...."

Sarip berpamitan hendak pulang karena sudah merasa baikan.

"Memang nya kamu kuat pulang sendirian rip?"

Tanya mbah uti kepada sarip.

"Saya sudah ndak apa apa kok mbah...."

Kata sarip sambil bersalaman kepada mbah darmo dan mbah uti dan berjalan menuju sepeda nya yang tergeletak begitu saja di halaman, tubuh nya masih sempoyongan.

Jinan memapah sarip berjalan,

"Aku pulang dulu ya nan...."

Kata sarip kepada jinan sambil naik ke sepeda nya.

"Monggo mbah darmo, mbah uti...."

"Iya le...."

Hati hati di jalan."

Ucap mbah darmo kepada sarip.

"Apa sarip sudah ndak apa apa pak?"

Tanya mbah uti kepada mbah darmo ketika melihat sarip mengayuh sepeda untuk pulang.

"Semoga mahluk itu tidak mengikuti si sarip buk...."

Kata mbah darmo sambil melihat ke arah sarip yang semakin jauh.

"Kamu ndak apa apa kan le?"

Tanya mbah uti sambil memeluk jinan.

"InshaAllah jinan baik baik saja buk..."

"Ingat pesan mbah le, jangan main ke sana lagi."

Himbau mbah darmo kepada jinan.

"Iya mbah, jinan janji nggak akan main ke sana lagi. Jinan sudah kapok."

Ucap jinan kepada mbah darmo.

"Ya sudah, sana kamu masuk ke kamar."

Suruh mbah darmo.

Mbah uti menemani jinan masuk ke dalam kamar.

"Untung jinan ndak ikut masuk ke dalam blumbang."

Gumam mbah darmo.

Mbah darmo pulang untuk istirahat, sholat dan makan. Setelah itu beliau kembali ke sawah untuk melanjutkan menggarap lahan.

Jinan tidur siang bersama mbah uti di rumah, Rani juga sudah pulang sekolah.

Sore pun tiba, jinan dan rani hendak pulang ke rumah nya menggunakan sepeda. Mereka sudah tak di antar jemput lagi oleh bapak nya karena mereka sudah bisa memakai sepeda.

Mbah darmo juga sudahbpulang dari sawah,

"Mbah...."

"Mbah darmo...."

"Tolong mbah...."

Seorang ibu ibu datang ke rumah mbah darmo dengan nada panik, rupanya itu adalah Darmi ibu nya sarip. Beliau datang ke rumahbah darmo bersama Karmin sang suami.

"Darmi, Parmin...."

"Ada apa ini?"

Tanya mbah darmo kepada mereka berdua yang datang tergopoh gopoh selepas jinan dan rani pulang 

"Tolong anak ku mbah, sarip badan nya demam menggigil. Kata nya tadi siang bermain sama jinan ke punden wetan."

"Apa sarip kena sawan ya mbah?"

Tanya Karmin kepada mbah darmo.

"Iya Min, memang sarip tadi main ke sana dengan jinan."

"Setelah istirahat di sini, aku tanya kata nya dia sudah baik baik saja."

"Dari kondisi nya tadi kemungkinan sarip memang kena sawan punden."

Ucap mbah darmo.

"Sama seperti yang di alami supri tempo hari."

Ujar beliau lagi.

"Terus bagaimana ini mbah supaya sarip bisa sembuh."

Tanya Darmi kepada beliau.

"Sebentar ya...."

Mbah darmo masuk ke dalam, tak lama kemudian beliau keluar sambil membawa bungkusan plastik kecil berisi bubuk berwarna hijau kekuningan.

"Berikan ini untuk sarip...."

Kata mbah darmo sambil memberikan bungkusab tersebut kepada karmin.

"Apa ini mbah?"

Tanya parmin sambil memegang bungkusan yang ia pegang.

"Itu adalah sawanan min...."

Jawab mbah darmo, sawanan adalah obat tradisional ysng biasa di gunakan oleh orang orang tua dahulu sebagai pengobat sawan.

"Cara pakai nya bagaimana ini mbah?"

Tanya karmin kepada mbah darmo.

"Ambil serbut sawanan secukup nya, taruh di lepek/piring kecil lalu larutkan dengan air."

"Tapi kamu harus mencampurkan sawanan tersebut dengan air blumbang dan sedikit tanah lumpur nya. Setelah di campurkan. Balurkan sawanan tersebut ke kening, lengan dan kedua kaki anak mu."

"InsyaAllah dia akan sembuh."

Papar mbah darmo kepada karmin.

"Berarti saya harus mengambil air blumbang dan lumpur nya di punden tersebut ya mbah?"

Tanya parmin.

"Iya min, kenapa?"

"Kamu takut?"

Tanya mbah darmo.

"Iiii...iya mbah...."

Ujar karmin.

"Yo wis, ayobtak anter in ke sana."

Tapi kamu beli kembang 7 rupa dulu sebagai permintaan maaf, itu cuma sekedsr sarana untuk menghormati yang gaib."

"Tetap yskin dsn percaya akan kebesaran gusti Allah Min, biar tidak terjerumus ke hal hal musryik."

Ucap mbah darmo,

Karmin mengantsrkan istri nys pulang dam membeli kembang ysng mbah darmo masuk.

Setelah itu karmin dan mbah darmo berangkat ke punden wetan menggunakan sepeda motor saat senja beranjak memasuki waktu petang.

Sesampai nya di sana mbah darmo melantarkan maksud dan tujuan mereka datang, beliau memanjatkan doa dan mengambil air tak lupa sedikit tanah lumpur nya.

Lalu membawa nya pulang untuk di balurkan ke tubuh Sarip yang sedang demam hebat lantaran kena sawan.

Karena mereka masih anak anak yang sedang senang senang nya bermain tanpa tau adab dan unggah ungguh di suatu tempat yang di sakaralkan akhir nya berbuntut celaka.

Di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung....

Sebuah pepatah lama.
itkgid
Araka
belajararif
belajararif dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup