tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#45
Part 13
Sudah beberapa hari Jinan mengalami demam dan batuk berdahak,

Demam karena efek dari kejadian tempo hari dan batuk nya yang berdahak memang sudah bawaan sejak lahir.

Dengan telaten Sri mengompres kening Jinan yang suhu panas nya belum kunjung menurun, demi sang anak ia rela tak berjualan di pasar demi merawat sang anak,

Paracetamol dan beberapa obat yang di peroleh dari puskesmas belum memberikan efek berarti untuk kesembuhan nya.

"Uripppp....."

"Uriiiiippp....."

"Jangan pergi...."

"Ayo kita main sama sama rip....."

Berkali kali jinan mengigau memanggil manggil nama teman nya.

Seiring berjalan nya waktu, akhirnya kondisi jinan membaik seperti sediakala....

"Nan tunggu....."

"Ayo kita pulang sama sama."

Teriak seorang anak laki laki sepantaran nya yang baru saja keluar dari kelas.

"Iya rip....."

"Hari ini kamu ndak bawa sepeda?"

Tanya jinan yang sudah duduk di atas sepeda BMX bekas berwarna hitam yang di belikan oleh bapak nya,usia Jinan sudah bertamah,

Ia kini sudah berada di bangku kelas 4 SD.

Sarip

Bocah berambut belah tengah dengan pembawaan nya yang tengil ini mempunyai nama asli Syarif, dia adalah teman jinan sejak masuk ke sekolah taman kanak kanak.

Lantaran ia tinggal di daerah jawa jadilah orang orang biasa memanggil nya dengan nama Sarip.

Siang itu Jinan dan Sarip baru saja pulang sekolah, sebenar nya belum terlalu siang sih. Baru sekitar jam sebelas an, karena rumah mereka masih satu RT maka sarip bermaksud pulang dengan cara membonceng sepeda jinan, hari itu sarip tidak memakai sepeda nya lantaran bangun kesiangan dan dengan terburu buru harus di antar kan oleh bapak nya yang bekerja sebagai buruh pabrik.

"Setelah pulang dan ganti pakaian nanti kita main yuk Nan...."

Ajak sarip yang berdiri di belakang jinan memijak postep roda sepeda sambil memegang pundak nya supaya bisa menjaga keseimbangan.

"Mau main kemana Rip, aku ndak boleh main jauh jauh sama mbah uti soal nya."

Sahut jinan sambil mengayuh pedal sepeda nya yang terasa berat karena membonceng si Sarip, napas nya tersengal sambil sesekali terbatuk.

"Emm...."

"Enak nya kemana ya Nan, berarti kamu pulang ke rumah Mbah mu ya?"

Tanya Sarip sambil mendekatkan wajah nya ke telinga jinan.

"Iya, setiap pulang sekolah aku langsung ke rumah mbah uti soal nya jam segini rumah ku tak ada orang."

Mbak Rani kan sudah SMP, jadi pulang nya siangan."

Ucap jinan kepada Sarip.

"Kamu bisa mancing nggak Nan?"

Tanya sarip kepara jinan.

"Aku beberapa kali ikut mancing bapak, lumayan bisa lah rip. Kenapa emang?"

Kata jinan.

"Aku juga suka mancing, bagaimana kalau nanti kita pergi memancing saja?"

Ajak sarip dengan antusias.

"Mancing???"

"Kamu punya joran dan peralatan memancing nya Rip?

Tanya jinan

"Ndak. Hehehehehehe...."

Sahut sarip sambil cengengesan.

"Emang kamu punya Nan?"

Sarip balik tanya.

"Bapak ku punya beberapa joran dan kotak pancing lengkap di dalam tas."

Kata jinan.

"Yo wis, kita pakai saja joran bapak mu. Gimana nan?"

Ujar sarip yang seperti nya sudah ngebet banget ingin memancing.

"Ndak ah rip, aku takut kalau joran nya rusak nanti bapak ku marah."

"Toh tas mancing nya kan ada di rumah."

Ucap jinan yang merasa keberatan dengan ide sarip.

Ekspresi kecewa terlihat jelas di wajah Sarip setelah mendengar ucapan Jinan sambil mencebik.

"Ya sudah kalau gitu."

Ucap nya singkat.

"Kamu mauancing kemana rip?"

Tanya jinan membuka obrolan setelah beberapa menit mereka saling diam.

"Ke sungai perbatasan kampung sana lho nan, ikan nya banyak kayak nya."

Kata sarip menunjuk ke arah utara kepada jinan.

"Sungai yang pinggir nya banyak rumpun bambu ya???"

Tanya jinan.

"Iya betul Nan...."

Sahut sarip.

"Emoh aku....."

Jinan langsung teringat dengan kejadian dimana dulu dia pernah mengalami pengalaman mengerikan dan cukup traumatik di sana.

"Kenapa emang nya nan, ku takut ya...."

Ledek Sarip sambil menepuk pundak jinan, dia yang tak tau apa apa mengenai tragedi yang menggemparkan para warga beberapa tahun lalu dengan seenak nya meledek jinan.

"Mending main ke tempat lain saja rip, jangan kesitu."

Ucap jinan tanpa memjelaskan panjang lebar kepada teman nya tersebut.

"Ow ya...."

"Aku punya seser Nan, kita nyeser ikan saja yuk...."

Ajak Sarip yang ternyata punya alternatif kegiatan lain.

"Nggak mau ah kalau di sungai itu nyeser nya Rip."

Kata jinan yang bersikukuh dengan pendirian nya.

Sarip terdiam seperti aedang memikirkan sesuatu,

"Kita nyeser di blumbangan (balong) di daerah wetan sana saja nan, air nya nggak dalam kok."

Ucap sarip yang ingat dengan sebuah rawa kecil di daerah timur kampung.

"Blumbang yang terletak di belakang rumah rumah warga itu ya Rip?"

Tanya jinan untuk memastikan lokasi yang sarip maksud.

"Iya Nan, betul. Kata nya di situ ada banyak ikan nya. Betok, sepat, mujair dan gabus."

"Air nya kan ndak terlali dalam di situ."

Kata sarip.

"Kamu punya seser berapa?"

Tanya jinan kepada sarip, seperti nya jinan tertarik untuk nyeser ikan di sana.

"Aku cuma punya satu nan.."

Jawab sarip.

"Terus aku mau nyeser pake apa saripppp....."

Celetuk jinan dengan nada gemes kepada si sarip.

"Kita gantian aja nan nyeser nya, pasti seru deh."

Ucap sarip.

Karena saking asik nya ngobrol, mereka sampai kebablasan melewati rumah Sarip.

"Heh, heh...."

"Stop...."

Teriak sarip sambil menepuk pundak jinan.

"Citttttt......."
Jinan menarik tuas rem sepeda nya yang sudah kelewatan cukup jauh dari depan rumah sarip.

"Lah....."

"Rumah mu kelewatan Rip, hehehehe...."

Kata jinan.

"Kamu sih ngobrol terus, jadi kelancor deh rumah ku."

Ujar sarip.

"Yeeeee, kamu sendiri yang ngimong ngalor ngidul tadi."

Kata jinan mencibir.

"Ya sudah, aku turun di sini saja kalau gitu."

Ucap sarip sambil turun dari tuas sepeda jinan.

"Aku balik ya rip...."

Kata jinan.

"Iya, habis ini kita jadi nyeser ikan nya?"

Tanya sarip untuk memastikan kepada jinan.

"Iyo...."

"Jemput aku di rumah mbah uti ya rip."

Kata jinan sambil berlqli meninggalkan sarip.

"Kita boncengan apa pake sepeda masing masing nan?"

Teriak sarip.

"Terserah gimana enak nya aja...."

Sahut jinan kemudian belok masuk ke sebuah gang menuju rumah mbah uti.

Sesampai nya di rumah mbah uti, jinan memarkirkan sepeda nya di depan teras.

Dia melirik ke arah pohon rambutan yang ada di depan, hal yang selalu ia lakukan secara diam diam untuk mencari keberadaan teman lama nya si urip walaupun ia sudah tak pernah melihat nya lagi.

Setelah masuk ke dalam, jinan berganti pakaian dan makan siang bersama mbah uti.

Mbah darmo sekarang menggarap sawah bengkok desa dengan sistem sewa pertahun untuk mengisi kegiatan sehari hari, sebenar nya sri sudah melarang nya dengan alasan kesehatan.

Nama nya orang tua, beliau justru akan merasa pegal pegal kalau cuma berdiam diri di rumah.

Ucap mbah darmo setiap kali di larang ke sawah oleh ibu nya jinan.

"Nan...."

"Kinan, ayo main...."

Terdengar suara cempreng sarip dari arah depan ketika jinan masih mentantap sepiring nasi bersama mbah uti.

"Iya rippppp, tunggu sebentar....."

Teriak jinan dari dalam kepada sarip.

"Mbah, habis ini aku mau main sama sarip."

Ucap jinan kepada nenek nya dengan mulut yang masih mengunyah,

"Uhukkkk, uhukkkk...."

Jinan keselek nasi.

"Kalau lagi ngunyah itu jangan ngomong dulu le...."

"Ini minum."

Mbah uti dengan sigap menyodor kan segelas air putih sembari menepuk pelan pundak jinan.

"Glekkkk,glekkk,glekkkk...."

Dengan cepat jinan menenggak segelas air tersebut.

"Kamu mau main kemana le, jangan jauh jauh lho?"

Tanya mbah uti kepada nya 

"Ndak jauh kok mbah, aku dan sarip cuma mau main ke daerah wetan kampung sana."

Ucap jinan sambil berdiri dan berjalan menuju ke dapur membwa piring kotor nya.

"Jangan sore sore pulang nya le....."

Kata mbah uti,

"Nggih mbah...."

Sahut jinan dari arah dapur.

"Sudah siap rip?"

hamparan mirip pekarangan yang terdapat beberapa pohon kamboja di beberapa disi nya.

"Itu blumbang nya ada di belakang bangunan yang mirip pos ronda nan...."

Kata sarip saat melihat riak air di belakang sebuah bangunan tembok berukuran 4x4 meter mirip pos ronda. 

Perasaan jinan mulai tak karuan.

"Mana ada pos ronda kok di tumbuhi pohon kamboja di depan nya." Ucap nya dalam hati.

"Wahhhh....."

"Pintu nya tertutup nan, bangunan apa ya ini. Kok ada papan bertuliskan huruf ho no co ro ko (huruf jawa)"

Kata sarip yang belum paham dengan bacaan huruf jawa kepada jinan.

Jinan sudah turun dari sepeda, dia hanya terdiam mematung di belakang sarip Jinan merasakan ada hawa aneh di situ.

"Ayo nan, eeehhh malah bengong aja ini bocah...."

Ucap sarip sambil membawa seser setelah menaruh sepeda nya di samping bangunan tersebut.

"Rip, aku takut....."

Ucap jinan sambil masih terdiam di tempat nya berdiri.

"Siang siang bolong gini mana ada setan sih."

Kata sarip dengan enteng nya.

Suasana di tempat itu memang teduh karena di tumbuhi oleh pohon kamboja yang rindang, benar benar sunyi.

Tanpa pikir panjang sarip langsung masuk ke dalam air blumbangan karena melihat ikan kecil dengan titik.putih di kepala nya, ikan itu biasa di sebut dengan ikan india.

"Ayo nan, bantu aku menggiring ikan india ini."

"Bagus kalau di pelihara di dalam botol."

Kata sarip.

Jinan berjalan ke tepi blumbang dan hanya memeprhatikan sarip yang asik nyeser ikan.

"Kamu saja lah Rip, aku di sini saja."

Kata jinan, pandangan mata nya melihat ke sekeliling tempat tersebut.

Beberpa saat kemudian, sarip sudah mendapatkan beberapa ikan kecil dan ikan sepat di dalam ember.

Hari sudah semakin siang,

Jinan hanya diam sambil jongkok di tepi blumbang.

Angin berhembus perlahan....

"Le......"

"Pulang, sebentar lagi dzhuhur....."

Tiba tiba terdengar suara nenek nenek dari arah belakang jinan.

Tengkuk nya meremang, dia merasakan merinding ketika mendengar nya.

Jinan celingak celinguk ke arah belakang mencari sumber suara tersebut.

"Tak ada orang...."

Batin nya.

Jinan melihat ke arah sarip yamg masih asik menyeser ikan.

"Rip, kamu dengar suara orang nggak?"

Tanya jinan kepada sarip.

"Ndak, aku ndak dengar apa apa dari tadi."

Jawab sarip yang masih sibuk nyeser ikan.

"Ada rip, aku barusan dengar suara nenek nenek di belakang."

"Lekas kamu keliar dari air, ayo pulang saja rip sudah mau dzhuhur ini."

Kata jinan yang sudah merasa ketakutan.

"Sebentar nan, ini lho ada ikan mujair yang lumayan besar mau tak tangkap."

Ujar sarip,

Jinan benar benar sudah merasa ketakutan.

"Kena kau...."

Celetuk sarip berbarengan dengan suara adzan duhur yang mulai berkumandang.

"Lho Nan...."

"Ikan apa ini, kok bentuk nya aneh."

Kata sarip sambil memperhatikan seekor ikan di dalam seser nya.

"Mana rip?"

Tanya jinan yang penasaran."

"Hiiiiiii...."

"Ikan mati ini kayak nya rip."

"Ikan lele, tapi cuma tinggal kepala dan tulang nya saja sampai ekor."

"Lho...."

"Nan, kok lele nya gerak gerak sih."

"Lihat deh, tuh mata nya bisa kedip kedip lagi."

Kata sarip yang merasa keheranan melijat bangkai ikan lele ysng cuma tersisa duri  dan kepala nya tapi masih bisa bergerak gerak dan mata nya berkedip.

"Rip, lepaskan rip....."

"Itu bukan ikan."

Teriak jinan yang benar benar ketakutan melihat ikan tersebut, dia berjalan ke belakang menjauhi sarip ysng masih ada di dalam blumbang.

"Aku melu mulih Le....." ( Aku ikut pulang Le)

Saat sarip hendak melepaskan nya lagi, tiba tiba tulang ikan tersebut bersuara.

Sontak saja sarip langsung ketakutan mendengar nya, bahkan ia sampai terjrembab ke dalam air.

"Rip, mentas rip...."

"Ayo pulang."

Teriak jinan yang sudah berada di depan gang menuju keluar,

Tanpa di komando sarip langsung berlari tunggang langgang menjauh dari blumbang, seser dan ember nya ia tinggal di sana.

Untung lah jinan sudah bersiapa membawa sepeda sarip di sana.

Sarip membonceng jinan, baju nya basah kuyub. Berdiri di belakang sepeda sambil gemetaran, wajah nya benar benar pucat karena ketakutan.

Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 01-12-2022 16:44
bejo.gathel
Araka
belajararif
belajararif dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup