tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#43
Part 12
Pandangan nya masih kosong,

Memperhatikan setiap sudut ruang tamu sambil sesekali menggigil, sebuah selimut tebal yang membungkus tubuh nya seolah tak mampu meredam rasa dingin di sekujur tubuh.

Jinan terduduk lesu di antara dekapan Ibu dan mbah uti, sedangkan di depan para warga berkerumun mendekatkan wajah nya ke bingkai kaca jendela untuk melihat keadaan si kecil jinan.

Pardi membawakan segelas teh hangat untuk putra tercinta,

"Kamu haus ya Le?"

Ujar pardi sambil memegang gelas dan memberikan nya kepada sri,

Karena masih mengkhawatirkan jinan, sri seolah enggan melepas dekapan nya dan tak menghiraukan pardi yang menyodorkan gelas berisi teh hangat.

Sejurus kemudian mbah uti mengambil gelas tersebut dari tangan pardi.

"Minum ya le, biar mbah uti suapi pakai sendok..."

Mbah uti menyendok sedikit demi sedikit teh di dalam gelas mengunakan sendok kemudian di berikan kepada jinan yang masih terdiam dengan tatapan sayu, wajah pucat dan kelopak mata nya yang tampak gelap membuat sri benar benar khawatir.

"Kita bawa jinan berobat ke klinik saja ya pak...."

Ucap sri kepada pardi sambil sesekali menyentuh kening jinan yang terasa panas.

"Jangan dulu ndhuk, biarkan jinan menenangkan diri. Dia masih shock dengan kejadian yang baru saja ia alami."

Mbah darmo mencoba memberikan arahan kepada sri.

"Besok saja kalau jinan sudah lebih tenang."

Mbah uti menimpali

"Kamu mau makan le?"

Tanya mbah uti kepada cucu nya,

Jinan hanya menggelengkan kepala tanpa menjawab nya.

"Maem ya le...."

"Biar ndak lemes badan mu."

Bujuk sri kepada jinan dengan penuh kasih sayang, namun jinan tetap tak mau.

Perangai nya masih seperti orang linglung, 

Mbah Darmo menemui Pak RT dan para warga untuk mengucapkan terima kasih, pardi juga turut mengikuti sang mertua menuju ke teras depan.

"Pak RT dan para warga, saya mengucapkan banyak terima kasih karena sudah membantu mencari cucu ku jinan."

"Tanpa bantuan sodara sodara semua, mungkin kami sekeluarga akan kesulitan menemukan nya, berkat bantuan anda semua akhir nya cucu ku ketemu dalam keadaan selamat tanpa kurang satu apa pun."

"Hanya ucapan terima kasih yang bisa saya ucapkan...."

Ucap mbah darmo sambil menangkupkan kedua tangan sebagai bentuk rasa terima kasih.

"Saya juga matur suwun, terima kasih dan maaf karena susah merepotkan semua nya...."

Pardi ikut menimpali.

"Sudah sepatut nya kita sebagai tetangga saling menolong mbah, kang pardi...."

"Yang penting jinan bisa di temukan dalam keadaan sehat wal afiat."

"Bukan begitu para warga sekalian."

"Iya Pak RT...."

Ucap Pak RT di iringi sahutan para warga secara serempak.

Suasana gotong royong dalam kebersamaan masih terjalin dengan kompak di daerah tersebut.

Tua maupun muda, mereka rela mencurahkan segenap tenaga untuk membantu sesama.

Sebagai tuan rumah, mbah uti dan sri juga mberikan suguhan walai sekedar air minum dan makanan ala kadar nya untuk para warga.

Malam itu kediaman mbah darmo benar benar ramai di penuhi oleh tetangga, bahkan orang orang dari kampung sebelah ikut datang lantaran penasaran selah berita hilang nya seorang bocah tersebar dengan cepat dari mulut ke mulut.

Satu per satu orang oramg berpamitan untuk pulang,

Tinggal lah Pak RT dan Supri kawan akrab kang pardi yang masih duduk duduk di teras bersama mbah darmo dan pardi.

Jinan sudah masuk ke kamar bersama ibu nya, mbah uti dan Rani. Malam itu mereka menginap di sana.

Ketika sedang asik ngobrol, pandangan mbah darmo tertuju ke arah pohon rambutan yang ada di halaman rumah nya.

"Ulah mahluk itu kali ini benar benar sudah keterlaluan Pak...."

Tiba tiba Pardi berujar kepada mertua nya,

"Apa benar kalau dia itu si urip mbah?"

Tanya supri sambil ikut memperhatikan ke arah pohon tersebut.

Mendengar hal itu, Pak RT tertawa

"Mana ada orang yang sudah meninggal bisa menjadi setan pri....."

"Kamu ini terlalubbanyak nonton film suzana sih."

Celetuk Pak RT.

Mbad darmo tersenyut tipis mendengarnya,

Supri hanya garuk garuk kepala sambil nyengir kuda.

"Yang di ucapkan Pak RT itu benar Pri, mahluk itu hanya lah jin atau qarin yang menyerupai Urip, dia memanfaatkan memori dari kejadian masa lampau untuk menyesatkan manusia."

Kata mbah darmo.

"Lantas, mau njenengan apa kan mahluk itu pak?"

Tanya pardi.

"Dia masih di sana kan?"

Timpal nya lagi.

Ucapbah darmo.

"Bohong, mbah kakung bohong...."

Teriak jinan sambil meronta ronta.

"Ya sudah kalau kamu tak percaya...."

"Mbah akan tunjuk kan wujud asli si urip."

Mbah darmo diam sejenak, lalu mengusap wajah jinan secara perlahan.

"Buka mata mu le...."

"Sekarang coba kamu lihat teman mu itu."

Ucap mbah darmo kepada jinan yang sudah lebih tenang.

"Jinan, jangan buka mata mu....."

Terdengar suara teriakan Urip di depan nya.

Sayang nya jinan sudah terlanjur membuka mata.

Samar samar dia melihat siluet sorang anak kecil dalam keadaan terikat di pohon, semakin lama semakin jelas.

Jinan melihat sosok urip yang sedang memalingkan muka nya.

"Urip...."

Panggil jinan

Namun perlahan lahan wajah urip berangsur berubah di barengi dengan asap tipis,

Wajah pucat nya berubah menjadi rusak, rahi nya pecah dengan darah segar yang mengalir membasahi dada nya.

"Jangan lihat aku nan...."

"Jangan...."

Ucap urip dengan ekspresi datar.

Aroma anyir menyeruak.....

"Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh......"

"Uripppp......"

Jinan berteriak ketakutan sambil menutup wajah nya, dia shock mendapati wajah teman nya tiba tiba berubah menjadi hancur dan menakutkan.

Jinan tak sadarkan diri, mbah darmo menahan tubuh nya supaya tidal terjatuh.

pardi dan supri mengangkat tubuh jinan,

"Cepat bawa masuk dia ke dalam."

Suruh beliau,

Sri dan mbah uti mengikuti pardi dan supri menuju ke dalam.

Tinggal lah Mbah darmo dan Pak RT di sana,

"Apa ini wujud asli mahluk ini mbah?"

Tanya Pak RT yang ternyata bisa melihat mahluk tersebut.

"Ini hanya qarin nya Pak, dia cuma mewujudkan keadaan saat urip terjatuh dan meninggal di sini."

Ucap mbah darmo,

"Tapi dia merekam secara detail memori yang di miliki urip, karena qarin ini biasanya mendampingi manusia sejak dia di lahirkan."

"Ingatan itu lah yang biasa dia gunakan untuk mempermainkan perasaan manusia."

Ucap beliau lagi,

Pak RT manggut manggut sambil melihat ngeri ke arah Mahluk tersebut.

"Aku cuma ingin punya teman....."

"Kenapa kamu jahat pada ku....."

Urip berkata dengan penuh iba.

"Sekarang jinan pasti tak mau lagi bertemab dengsn ku setelah ia tahu wujud ku yang menakutkan."

"Kamu jahat....."

Ucap nya dengan tatapan tajam kepada mbah darmo.

"Kamu masih ingat dengan perjanjian kita dulu?"

Tanya mbah darmo,

Urip terdiam....

"Kalau tadi kamu tidak menyembunyikan cucu ku, aku pasti tak akan melakukan hal ini."

"Biarkan jinan tumbuh layak nya anak anak pada umum nya."

"Jangan ganggu dia lagi, atau aku akan membuang mu."

"Melarung ku ke laut."

Ucap mbah darmo.

"Jangan....."

"Aku masih mau tinggal di sini, jangan buang aku."

Pinta urip kepada mbah darmo.

"Aku tak akan mengganggu jinan lagi, tolong jangan huang aku dari sini...."

Ucap urip sambil memelas.

"Jangan bohongi aku lagi, itu tak akan mempan untuk ysng kedua kali nya."

Bentak mbah darmo.

"Aku mohon, biarkan aku tinggal di sini...."

"Tempat ini penuh dengan kenangan ku semasa hidup bersama Muhdi, aku mau menunggu nya sampai pulang kembali."

Ucap nya

"Muhdi sekarang ada di tempat yang jauh, dia juga sudah menjadi laki laki dewasa."

Kata mbah darmo.

"Njenengan benar benar mau melarung nya ke laut mbah?"

Tanya pak RT kepada mbah darmo.

Beliau tidak menjawab nya

Baik lah, aku akan membiarkan mu tetap tinggal di sini."

"Aku akan melepaskan mu."

Setelah mendengar ucapan urip, nampak nya mbah darmo sedikit luluh.

"Apa tidak membahayakan untuk jinan mbah?"

Tanya Pak RT

"Aku akan membiarkan nya tetap di sini, tapi aku juga akan menutup mata batin jinan supaya tidak bisa melihat nya lagi."

Ucap mbah darmo kepada Pak RT sambil melirik ke arah urip.

Sebenar nya urip merasa keberatan dengan keputusan mbah darmo, tapi dia hanya bisa pasrah.

"Mungkin itu adalah keputusan yang tepat mbah."

Kata Pak RT yang setuju dengan tindakan yang akan mbah darmo lakukan.

"Sebelum kau tutup mata batin jinan, tolong lepaskan aku."

"Ijin kan Aku ingin mengucapkan salam perpisahan dan permintaan maaf ku kepada jinan."

Ucap urip

"Tidak, aku tak akan membiarkan mu mendekati cucu ku lagi "

Bentak mbah darmo ysng sudah tak percaya dengan mahluk itu.

"Aku mohon, aku janji tidak akan mencelakai nya...."

Urip memelas kepada mbah darmo, dan beliau pun akhir nya mengijin kan nya.

Mbah darmo melepaskan ikatan yang membelenggu urip,

Dalam sekejap mahluk tersebut lenysp dari pandangan.

"Ayo pak, kita masuk ke dalam."

"Urip pasti sudah berada di kamar sekarang."

Ajak mbah darmo kepada pak RT.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah sekalian melihat keadaan jinan.

"Urip....."

"Takuuutttt pak, bukkkk...."

"Ada urip....."

Jinan ketakutan sambil menutup mata nya dengan bantal setelah melihat kearah pojok kamar.

"Tenang le, ada bapak di sini."

"Kamu jangan takut...."

Ucap pardi untuk menenangkan anak nya.

Mbah uti berada di kamar sebelah menemani Rani.

"Bagaimana mbah, jinan kok malah ketakutsn di kamar?"

Tanya Supri yang sedang berdiri di depan pintu kamar kepada mbah darmo,

Mbah darmo tak menjawab nya, pak RT juga hanya berdiri di samping supri ketika mbah darmo masuk ke dalam kamar.

"Jinan kenapa lagi ini pak?"

Tanya sri kepada mbah darmo.

"Biarkan saja dia ndhuk, ini adalah terakhir kali nya mereka bisa berinteraksi."

"Urip ada di pojokan mau pamitan dengan jinan."

Ucap mbah darmo kepada sri.

"Jinan, inu aku...."

"Urip."

"Jangan takut, aku tak menyeramkan kok."

Kata urip dengan nada datar.

Jinan perlahan melihat ke arah suara urip, dia masih trauma karena baru saja melihat eujud menakutkan sahabat nya itu.

Benar saja, wajah urip sudah kembali seperti semula.

"Aku takut rip...."

Ucap jinan dalam keadaan lemas.

"Maaf kan aku nan, maaf karena aku sudah mengajak mu bersembunyi ke tempat yang jauh."

"Terima kasih karena kamu sudah mau berteman dengan ku...."

Ucap urip, dia seperti benar benar seorang anak yang mempunyai perasaan, aura kesedihan terpancar dari ucapan nya yang seolah olah akan kehilangan teman baik nya jinan.

"Iya rip, aku juga senang bisa menjadi teman mu."

"Bisa bermain dengan mu, sejak kebal kamu aku sudah tak merasakan kesepian lagi...."

Kata urip.

"Setelah ini, mungkin kita tak akan bisa bertemu lagi."

"Tolong jangan pernah lupakan aku ya Nan...."

Ucap urip dengan penuh kesedihan.

"Kita masih bisa bertemu kok rip, memang nya kamu mau kemana?"

Tanya jinan dengan polos nya.

"Aku akan pergi ke tempat yang jauh nan, kita nggak bisa bermain bersama lagi."

Urip berbohong kepada jinan dan enggan mengatakan hal yang sebenar nya.

"Jangan pergi rip, jangan tinggalkan aku...."

"Kata nya kamu teman ku?"

Kata jinan yang tak mau berpisah dengan urip.

"Kelak kamu akan mengerti Nan, terima kasih...."

Selamat tinggal......"

"Tolong, jangan lupakan aku."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, perlahan keberadaan urip mulai memudar.

"Urippppp, tunggu....."

"Jangan tinggalkan aku...."

Jinan bangkit dari tidur nya, mbah darmo dan pardi menahan tubuh nya.

"Pegang jinan sebentar, aku mau menutup mata batin nya supaya dia tak bisa melihat urip lagi."

Ucap mbah darmo kepada pardi.

"Baik pak...."

Jawab pardi sambil mendekap tubuh jinan.

Mulut Mbah darmo terlihat komat kamit membaca rapalan doa kemudian mengusap dan seolah menutup kening jinan dengan gerakan seperti mengepalkan telapak tangan, sejurus kemudian beliau seperti menarik, tangan nya di sentak kan ke atas.

Tubuh jinan lamgsung lemas dan tak sadarkan diri.

"Jinan pingsan pak...."

Kata sri kepada pardi.

"Tidak ndhuk, jinan tidak pingsan."

"Dia hanya kehabisan energi saja, biarkan dia tertidur."

"Setelah ini jinan tidak akan bisa melihat urip lagi."

"InsyaAllah dia sudah baik baik saja dan berangsur pulih besok."

Kata mbah darmo.

Mbah darmo dan pardi keluar meninggalkan jinan dan sri di dalam kamar.

Di depan, supri dan Pak RT masih ada di sana.

Mereka duduk bersama.

"Mata batin jinan kan sudah terbuka sejak ia lahir, apa bisa njenengan tutup secara permanen mbah?"

Tanya Pak RT kepada mbah darmo.

"Iya, itu memang benar pak...."

"Itu hanya bersifat sementara saja kok."

Kata mbah darmo.

"Lantas sampai kapan penglihatan batin jinan akan tertutup pak?"

Tanya pardi kepada mertua nya 

"Mata batin jinan akan terbuka kembali dengan sendiri nya setelah dia memasuki usia akil baligh."

Ucap mbah darmo.

Pardi, supri dan pak RT mengangguk setelah mendengar ucapan beliau.

Karena sudah larut malam, Pak RT dan Supri berpamitan pulang kepada mbah darmo dan Pardi.

"Jinan....."

"Aku masih ada di sini....."

Urip menggumam sambil duduk di dahan pohon rambutan, tatapan nya kosong tertuju ke teras rumah mbah darmo yang sudah sepi dengan pintu tertutup, mata nya menitihkan air mata kesedihan.

Bersambung-
itkgid
bejo.gathel
Araka
Araka dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup