tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#39
Part 11
"Pak....."

"Itu Pardi di depan manggil manggil bersama warga berbondong bondong ke rumah kita,mereka di depan rumah."

Mbah uti menghampiri mbah Darmo yang sedang berada di belakang rumah.

"Ada apa ya buk....."

Mbah darmo menghentikan aktifitas nya merawat ayam ayam peliharaan di pekarangan rumah.

"Ayo pak, cepat kita ke depan."

Ajak mbah uti yang sudah di landa perasaan cemas.

Mereka langsung berjalan bersama menuju ke arah depan rumah.

"Cklekkk...."

Suara mbah darmo membuka pintu nya yang semula tertutup.

"Pardi, sri...."

"Ada apa ini kok sore sore malah berkerumun di sini, ada Pak RT juga?"

Tanya Mbah darmo dengan keheranan melihat kerumunan warga bersama Anak dan menantu nya.

"Jinan Pak....."

"Jinan...."

Ucap Sri sambil terisak,

"Jinan kenapa Ndhuk?"

"Mana cucu ku?"

Mbah uti menanyakan perihal keberadaan cucu laki laki nya yang tidak ada di dalam kerumunan, beliau hanya melihat Rani. Cucu perempuan nya yang memeluk lengan Sri ibu nya.

"Pak....."

"Buk....."

"Jinan ndak ada, jinan hilang."

Ucap Sri sambil terus menitihkan air mata.

"Ya Allah gusti...."

"Kok bisa ndhuk."

Cucu ku kemana...."

Ujar mbah uti kepada sri, sri hanya menggeleng sambil mengusap air mata nya yang bercucuran.

Pardi sang suami hanya bisa menenangkan Sri dengan cara mengusap pundak istri nya tersebut.

"Sudah buk, biarkan sri menenangkan diri dulu."

"Ajak lah anak mu bersama Rani masuk ke dalam."

Kata mbah darmo dengan pembawaan nya yang tetap tenang walau suara nya sedikit bergetar mengetahui bahwa cucu nya sedang hilang.

 "Sini Di, duduk dulu...."

"Monggo Pak RT."

Mbah darmo mengajak pardi dan Pak RT untuk duduk terlebih dahulu, sedangkan para warga masih berkerumun di depan rumah.

"Sebenar nya sejak siang tadi aku sudah mendapat firasat tak baik, ntah kenapa perasaan ku tak tenang."

"Seperti ada yang mengganjal, jadi ini penyebab nya...."

Kata mbah darmo sambil duduk di tengan tengah antara pardi dan Pak RT.

"Lantas bagaimana ini mbah, apa tindakan yang harus kami lakukan untuk menemukan Jinan?"

Tanya pak RT yang mencoba minta pertimbangan dari mbah darmo yang sudah di anggap sebagai sesepuh di kampung.

Mbah darmo terdiam, pandangan nya terlihat kosong seolah sedang menerawang ke suatu tempat.

"Pardi, Pak RT...."

"Sebentar lagi masuk waktu magrib,untuk sementara kamu di sini saja ya Di."

"Pak RT, tolong bubarkan para warga terlebih dahulu."

"Aku mau sholat mahrib dulu sekalian bertawasul memohon petunjuk kepada gusti Allah perihal keberadaan cucu ku."

"Nanti ba'da magrib saya minta tolong kepada Pk RT dan para warga supaya berkumpul lagi di sini."

Ucap mbah darmo kepada Pak RT.

"Kenapa ndak di cari sekarang saja Pak, saya takut jinan kenapa kenapa...."

Pardi yang perasaan nya sudah kalut tak bisa hanya menunggu tanpa bertindak apa apa.

"Sudah, unshaAllah Jinan ndak apa apa."

"Sekarang dia sedang di sembunyikan sama mahluk jahil."

"Ayo kita siap siap magrib an dulu...."

Ajak mbah darmo.

"Kalau begitu saya pamit pulang dulu ya mbah, nanti kembali lagi kesini."

"Bapak bapak dan saudara saudara sekalian, ayo kita bubar dulu."

Ucap pak RT kepada para warga sekalian berpamitan kepada mbah darmo dan pardi.

Setelah para warga membubarkan diri,

Mbah darmo dan Pardi masuk ke dalam mengambil wudhu dan sholat berjamaah di sana.

Setelah selesai menunaikan 3 rekaat, pardi menemani sri dan Rani yang masih terisak.

Mbah Darmo duduk bersila sambil memegang tasbih di tangan, bertawasul dan berdoa memohon petunjuk kepada sang khalik untuk enemukan keberadaan cucu nya yang hilang.

Cukup lama mbah darmo berdiam diri di ruang sholat yang ada di rumah nya.

Sampai akhir nya keluar dan berjalan ke ruang tamu,

"Uhukkk...."

Mbah darmo terbatuk,

Di ruang tamu ada mbah uti yang sedang menyuapi Rani. Sri dan pardi juga duduk sambil terdiam di sana.

"Kamu ndak makan sekalian Ndhuk...."

"Ibuk tadi masak sayur lodeh sama ikan asin lho, Di ajak istri mu makan dulu san."

Ucap mbah darmo kepada sri dan Pardi.

"Iya pak, nanti saja kami belum lapar."

Jawab pardi yang duduk tak tenang karena mengkhawatirkan anak nya.

"Kami tau kalau kalian mencemaskan jinan, bapak dan ibu juga sama cemas nya."

"Tapi kalau kalian tak makan nanti sakit malah tambah repot lho."

Timpal mbah uti yang masih menyuapi Rani.

"Bagimana pak, apa sudah ada titik terang di mana keberadaan jinan?"

Tanya pardi kepada mbah darmo.

Mbah darmo menarik napas panjang....

"Ternyata benar dugaan ku."

"Urip ya mbah?"

Celetuk mbah uti, mbah darmo mengangguk.

"Urip???"

Pardi dan sri mengucapkan nama itu secara bersamaan.

"Benar, urip lah yang membawa jinan masuk ke alam nya."

"Tadi bapak sudah mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan jinan. Tapi untuk lebih tepat nya masih samar samar...."

"Kita tunggu pak RT dan warga datang, malam ini kamu bersama warga tetek sambil berkeliling menyusuri kampung, siapa tau jinan bisa di temukan."

Papar mbah darmo memberikan instruksi kepada menantu nya.

Tetek adalah cara tradisional untuk mencari orang hilang, biasanya warga akan berkeliling desa sambil membawa obor, ketongan dan perabotan dapur untuk di pukul bertalu talu sambil menanggil manggil si orang hilang.

Tak lama berselang Pak RT dan para warga mulai berdatangan di kediaman mbah darmo.

Beliau memberikan instruksi kepada warga untuk melakukan tetek, segera para warga mempersiapkan peralatan yang mbah darmo ucap kan.

Mbaj darmo, pardi dan pak RT memimpin di depan.

"Tek, tek tek,tek...."

Suara kentogan dan peralatan dapur seperti panci dan wajan yang mereka pukul pukul sambil berjalan berkeliling kampung.

"Jinan....."

"Kamu di mana Le...."

Teriak Pardi dan para warga,cahaya dari api yang berasal dari obor bambu menjadi penerangan utama saat menyusuri jalan perkampungan.

Mereka berkeliling mengitari desa sambil berteriak memanggil jinan.

Sejam lebih usaha tersebut belum juga membuahkan hasil,

Mereka sampai mencari jinan ke ujung desa di mana di sana terdapat punden, tempat di mana dulu pardi dan supri memancing belut.

"Pak RT dan semua warga...."

"Mari kita kembali dulu ke rumah ku."

Seperti nya mahluk usil yang menyembunyikan jinan memang sudah keterlaluan...."

Kata mbah darmo dengan nada tinggi, beliau sudah mulai emosi.

Setelah mbah dao memberi komando, para warga pun kembali ke rumah mbah darmo.

Setiba nya di sana, mbah darmo berdiri sendirian di bawah pohon rambutan.

Tangan nya terlihat seperti sedang menarik sesuatu.

"Ssseeeeeettttttt......"

Tangan mbah darmo seperti sedang mencekik seseorang.

"Di, pardi....."

"Cepat kamu kesini."

"Mbah darmo memanggil menantu nya yang berada di teras bersama para warga.

"Iya pak...."

Pardi berlari menghampiri mertua nya.

"Aku sudah menagkap Urip...."

"Kamu mau kan kalau tubuh mu ku jadikan media."

"Media apa pak?"

Tanya pardi yang belum mengerti maksud mbah darmo.

"Mahluk ini akan ku masuk kan ke dalam tubuh mu supaya bisa ku tanya di mana dia menyembunyikan jinan."

Ucap mbah darmo menjelaskan kepada pardi.

"Iya pak, saya siap."

Kata pardi,

"Lekas kamu bersila di sini...."

Suruh mbah darmo yang tangan nya masih dalam keadaan mencekik sesuatu.

Setelah pardi duduk bersila, 

Mbah darmo menggerakan tangan nya seolah melempar sesuatu ke tubuh menantu nya.

"Bruakkkkkkk....."

Tubuh pardi ambruk seketika, menggeliat geliat di tanah sambi merengek seperti bocah.

"Huhuhuhuhu....."

"Ampun...."

"Ampun mbah....."

Suara pardi berubah menjadi suara anak kecil,

"Ampun mbah, panasssss, sakit....."

Teriak nya lagi.

Warga melihat tingkah pardi yang sedang kesurupan,

Dengan sigap mbah darmo memegang tengkuk pardi, hal itu membuat mahluk ysng ada di dalam tubuh nya semakin meronta ronta.

"Huaaaaaaaa, ampunnnn...."

"Sakit....."

"Lepaskan....."

Teriak pardi dengan histeris l, merintih kesakitan 

"Setan kurang ajar, di kasih hati malah ngelunjak kowe...."

"Kau sembunyikan di mana cucu ku sekarang?"

Tanya mbah darmo dengan penuh amarah sambil mencengkram leher pardi.

"Aaaaaaaaahhhhhhhh....."

"Sakit....."

Teriak nya.

"Kalau tak memberitahukan ku di mana jinan berada, akan ku lagar sampai hangus kamu."

Teriak mbah darmo dengan nada mengancam,

"Kalian jahat....."

"Aku cuma mau bermain dengan jinan, kenapa tidak boleh...."

"Sekarang aku bisa main dengan jinan sepuas nya, hahahahahahaha...."

Mahluk yang ada di dalam tubuh pardi berubah beringas.

"Tak ada yang melarang mu, tapi kali ini kau sudah keterlaluan karena membahayakan keselamatan cucu ku."

"Cepat beri tau aku di mana kau sembunyikan jinan, sebelum kesabaran ku benar benar habis."

Ucap mbah darmo.

"Tidak....."

"Aku tak mau menunjukan nya, hahahahahaha"

Sosok urip ysng merasuki tubuh pardi tetep bersikukuh tak mau di ajak kerja sama.

"Baiklah kalau itu mau mu...."

Mbah darmo memperkuat cengkraman nya di tengkuk pardi sambil merapalkan sebuah doa.

"Panasssss, panaasssss....."

"Hentikan...."

"Hentikan manusia b*ngsat....."

"Ampunnnnn....."

Urip berteriak teriak sambil menggelepar di tanah.

"Mana cucu ku, di mana ia kau sembunyikan?"

Mbah darmo mengulangi pertanyaan nya lagi.

"Dapuran pring (rumpun bambu)...."

"Jinan sekarang ada di sana....."

Akhir nya urip mau memberitahukan keberadaan jinan setelah benar benar merasakan kesakitan, ia menunjuk ke arah utara.

"Awas saja kalau sampai kamu berbohong, aku tak akan mengampuni mu."

Kata mbah darmo sambil melotot ke arah pardi.

Mbah darmo langsung menetralisir tubuh pardi, tangan nya seperti sedang mencabut sesuatu di ubun ubun menantu nya,

Setelah itu beliau seperti mengikat nya di batang pohon rambutan.

"Di, bangun...."

Mbah darmo mengusap wajah pardi dengan perlahan, hal itu membuat kesadaran pardi perlahan kembali.

"Pak...."

"Bagaimana, sudah dapat lokasi keberadaan jinan?"

Tanya pardi yang masih lemas setelah melakukan mediasi dengan urip.

Mbah darmo mengangguk, pardi bangun di bantu pak RT dan Supri. Mereka memapah nya berjalan menuju teras, pardi di dudukan di sana.

"Bagaimana mbah, di mana jinan di sembunyikan?"

Tanya Pak RT

"Sekarang jinan berada di daerah utara desa,

Dia di sembunyikan di dalam rumpun bambu."

Ucap mbah darmo.

"Rumpun bambu yang berada di tepi sungai sebelah utara kampung kita ya mbah?"

Tanya supri.

"Benar pri, jinan ada di sana sekarang."

Kata mbah darmo.

Setelah kondisi pardi membaik,

Mereka berbondong bondong menuju ke utara kampung, 

Di sana memang terdapat sebuh sungai yang menjadi batas utama dengan kampung sebelah, lokasi nya di penuhi dengan rumpun bambu yang sangat lebat, Tak ada rumah di sana.

Mbah darmo, pardi, pak RT dan supri langsung turun ke sungai untuk menyusuri tepian nya.

"Pak, pak RT, coba arahkan lampu senter mu ke semak semak rumpun bambu itu."

Mbah darmo menunjuk ke sebuah rumpun bambu yang sangat lebat.

"Allahu Akbar....."

"Jinan...."

"Itu jinan....."

Teriak pak RT yang telah melihat tubuh seorang anak meringkuk di antara batang bambu.

Jinan duduk sambil memelil kedua lutut nya, ia membenamkan wajah nya ke sela lutut.

"Alhamdulillah ya Allah, anak ku ketemu."

"Le..."

"Jinan...."

"Ini bapak nak...."

Pardi langsung berlari ke arah rumpun bambu tersebut sambil memanggil anak nya, dia tau betul kaos yang jinan pakai. Rasa syukur tak henti henti ia ucapkan setelah jinan ketemu

"Wah...."

"Sempit banget ini kang, bambu nya benar benar rapat, bagaimana bisa jinan masuk ke sana."

Kata Supri

"Ada yang membawa parang?"

Tanya mbah darmo.

"Ada mbah...."

"Ini...."

Ucap seorang warga memberikan sebilah parang,

"Jangan bahas itu dulu, cepat potong bambu nya supaya jinan bisa keluar."

Ucap mbah darmo sambil memberikan parang kepada pardi.

"Sini mbah, biqr aku saja yang memotong."

Supri berinisiatif untuk memotong bambu bambu itu.

Setelah terbuka jalan,

Pardi langsung menyongsong tubuh jinan yang sedang meringkuk menggil kedinginan.

"Bapak????"

Ucap jinan saat membuka mata nya, pandangan nya tersilaulan oleh cahaya senter.

"Urip mana pak...."

Kata jinan.

"Sudah le, ayo kita pulang dulu...."

Ucap pardi sambil mendekap tubuh anak nya,

Pardi mengambil sarung yang ia kalungkan di leher dan menyelimutkan nya ke badan jinan yang terasa anyep.

"Jinan...."

Cepat bantu angkat jinan...."

Ucap warga yang menunggu di bantaran sungai,

Jinan yang di gendong pardi langsung di sambut dan di angkat oleh warga.

"Alhamdulillah kamu ketemu le...."

Kata mereka.

Tubuh jinan menggigil kedinginan,

Bibir nya membiru.

Lingkar mata nya terlihat berwarna hitam,

Malam itu para warga membawa jinan ke rumah mbah darmo.

Suasana haru menyelimuti keluarga pardi saat jinan datang,

Sri dan mbah uti menyambut kedatangan jinan dengan air mata bahagia.

"Le....."

"Alhamdulillah kamu bisa pulang....."
Diubah oleh tetes.tinta 28-11-2022 23:59
aripinastiko612
Araka
belajararif
belajararif dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup