tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#35
Part 10
"Hari ini Rani sama Jinan nggak ke sini ya Pak?"

Mbah uti menanyakan perihal kedua cucu nya yang belum juga di antar oleh Pardi seperti biasanya kepada mbah darmo yang sedang membelah bambu untuk kandang ayam di belakang.

"Tidak Bu, Tadi pas kamu ke warung membeli gula sama kopi pardi mampir."

"Kata nya sih hari ini Sri ndak jualan di pasar, jadi bisa menemani Rani dan jinan di rumah."

Ujar mbah darmo sambil meraut belahan bambu di tangan nya kepada mbah uti.

"Duh....."

"Jadi sepi rumah kita hari ini pak tanpa cucu cucu kita."

Kata mbah uti dengan nada sedikit kecewa, 

Wajar bila beliau merasa ada yang kurang lantaran kedua cucu nya memang hampir setiap hari berada di sana.

Di usia senja nya, mbah darmo dan mbah uti harus tinggal berdua di rumah nya lantaran anak anak nya yang sudah mentas dan membina rumah tangga sendiri sendiri.

Hanya jinan dan Rani yang menjadi penghibur mereka setiap hari nya, meski terkadang tingkah cucu nya membuat mbah uti kewalahan karena di usia jinan yang sedang senang senang nya berlarian kesana kemari dan gemar sekali mencoret coret tembok, justru itu lah yang membuat suasana sepi kediaman beliau menjadi ceria.

Di lain tempat,

Sri baru saja selesai mencuci pakaian, sedangkan jinan tampak sedang asik bermain sendirian di kamar nya lantaran Rani masih berada di sekolah.

"Ibuk...."

"Jinan mau pipis."

Ucap jinan kepada ibu nya yang berada di kamar mandi sambil memegangi celana nya.

"Sini le...."

Dengan cekatan Sri membukakan resleting celana jinan yang sudah kebelet pipis.

"Sudah buk...."

Kata jinan.

"Ya sudah, sana kembali ke kamar, ibu mau masak buat makan siang."

Ucap sri kepada anak bontot nya.

Jinan berjalan menuju kembali ke kamar nya,

Tak berselang lama, jinan kembali menemui ibu nya.

"Ibuk, jinan boleh main di depan ndak?"

Kata jinan kepada ibu nya di dapur, mungkin dia merasa bosan bermain sendirian di dalam kamar.

Sri yang sedang sibuk mengupas bawang hanya mengiyakan permintaan anak nya tanpa melihat ke arah jinan.

"Iya le, main di teras saja, jangan kemana mana."

Belum selesai sri berbicara, jinan langsung ngacir menuju ke teras depan.

Saking sibuk nya berada di dapur, sri sampai lupa memastikan anak nya yang sedang sendirian di depan.

Saat sedang mencicipi kuah sayur, barulah ia sadar dengan apa yang pernah terjadi dengan jinan tempo hari yang berbicara sendiri di depan.

Sri langsung mematikan kompor dan pergi ke depan untuk melihat anak nya.

Dari ruang tamu, sri melihat jinan yang sedang duduk bersila di kursi teras.

"Ada ibu ku, kamu pergi dulu."

"Nanti kita ngomong lagi."

Ucap jinan sambil melirik ke arah ruang tamu melalui kaca jendela.

Jinan seperti nya sedang mwnyembunyikan sesuatu dari ibu nya,

Tingkah nya membuat Sri mulai merasa khawatir lagi.

"Le...."

"Kamu ngapain di situ?"

Tanya sri kepada jinan .

"Ndak kok buk, jinan cuma duduk duduk saja di sini."

Sahut jinan kepada ibu nya.

"Beneran???"

"Kamu jangan kemana mana lho, sini masuk."

Sri meminta supaya jinan masuk ke dalam rumah, dia ingat dengan cerita suami nya mwngenai besi tapal kuda yang di gantung di belakang pintu rumah nya, selagi jinan berada di dalam rumah. "Dia" tak akan bisa macam macam, batin sri sambil melihat besi tua yang sudah berkarat tergantung di belakang pintu rumah.

Akhir nya jinan menuruti perkataan ibu nya, dia masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamar nya.

Setelah selesai memasak, sri mengajak jinan untuk menjemput Rani yang sudah waktu nya pulang sekolah 

Mereka berjalan kaki karena jarak sekolah rani dan rumah nya memang tak terlalu jauh.

Tak ada hal yang aneh saat Sri jan jinan pergi menjemput Rani,

Hanya saja jinan beberapa kali menoleh ke belakang saat di gandeng ibu nya berjalan ke sekolah Rani.

Jinan seperti sedang bersenda gurau dengan seseorang, namun ketika sri menoleh ke belakang tidak ada siapa siapa di sana.

Sri dan kedua anak nya sudah kembali ke rumah, mereka makan siang bersama, jinan masih di suapi oleh ibu nya karena lauk nya adalah ikan bandeng goreng.

Ikan bersisik yang hidup di air payau ini memang terkenal dengan duri nya yang banyak, apa lagi jinan paling suka dengan bagian ekor yang notabene paling banyak terdapat duri duri halus di dalam nya.

Jadilah sri dengan teliti memilah duri di dalam daging ikan tersebut sebelum di suapkan kepada jinan bersama nasi dan kuah sayur bayam, hanya kuah nya saja karena sudah menjadi hal umum kalau anak anak memang paling susah kalau di suruh mengkonsumsi sayur,

padahal sri sudah membuat potongan wortel dengan bentuk bintang dan bunga supaya terlihat lebih menarik untuk anak nya, Dia juga menambahkan potongan jagung manis di dalam nya. Nama nya anak anak, usaha sri tampak nya tak membuahkan hasil.

Makan siang selesai, rani sedang belajar di ruang tamu sedangkan jinan mulai rewel setelah makan dan kekenyangan, tanda tanda kalau dia sudah merasa ngantuk.

Lagi pula memang itu adalah jam nya buat jinan tidur siang,

"Kak Rani di lanjutin ya belajar nya, ibu mau ngelonin adek dulu. Jinan seperti nya sudah ngantuk berat inu."

Ucap sri kepada rani sambil menggendong jinan yang mata nya sudah tinggal segaris dan menepuk nepuk bahu nya.

"Iya buk, ini sebentsr lagi selesai ngerjain PR nya."

Ucap rani kepada ibu nya.

Setelah selesai mengerjakan PR, Rani ikut kasuk ke dalam kamar dan tidur siang dengan ibu dan adik nya.

Sri yang tadi nya cuma menemani jinan tidur juga ikut terlelap di sana, wajar saja kalau dia sampai ketiduran. Sri memang jarang sekali tidur siang, setiap hari dia selalu bangun sebelum subuh untuk menyiapkan dagangan nya di pasar 

Hari itu memang ia khususkan untuk menemani kedua anak nya dan beristirahat sejenak dari aktifitas nya di pasar.

Menjelang sore, mereka mulai terbangun.

Rani sedang menonton tv di ruang tengah, menunggu giliran untuk mandi karena di kamar mandi ada ibu nya dan jinan yang sedang mandi.

Setelah jinan selesai mandi, ganti rani yang mandi.

Jinan sudah mandi dan di sisir oleh ibu nya,

"Buk, jinan mqu main ke depan ya...."

Ucap nya kepada sang ibu.

"Iya le...."

"Ibuk mau nyuci piring sama nyapu di belakang rumah."

"Jangan main jauh jauh, sebentar lagi baoak mu juga pulang kerja."

Kata sri kepada jinan.

"Iya buk...."

Ucap jinan.

"Kamu kok lama sih di dalam rumah nan...."

Baru saja jinan keluar rumah, tiba tiba urip sudah ada di depan sambil duduk di kursi yang buasa di oakai jinan untuk duduk.

"Tadi aku tidur siang dulu rip."

Jawab jinan kepada teman nya ysng berwajah pucat tersebut.

"Yuk kita main...."

Ajak urip sambil memegang tangan jinan.

"Tangan mu kok dingin banget sih rip, kaya es batu."

Kata jinan saat merasakan sentuhan tangan urip di kulit nya.

"Ya memang gitu nan, tubuhku memang dingun banget kayak es."

Ucap urip sambil mengusap usap lengan nya sendiri, jinan sama sekali tak mengerti perihal perbedaan suhu tubuh mereka berdua.

"Kita mau main apa rip, sebentar lagi bapak ku pulang lho...."

Kata jinan kepada urip.

"Kita main petak umpet saja yuk...."

Ajak urip dengan antusias nya.

"Petak umpet???"

"Kan kita cuma berdua rip, emang nya bisa?"

Tanya jinan dengan polos nya.

"Ya bisa lah, nanti kita gantian jaga nya...."

Kata urip, jinan termangu sejenak dan tanpa pikir panjang ia mau bermain petak umpet dengan nya.

Mereka berdua asik bermain di depan rumah, beberapa kali bergantian jaga.

Jinan mulai frustasi lantaran setiap kali dia giliran mengumpet, pasti langsung ketahuan oleh urip. Sedangkan kalau urip yang dapat giran ngumpet, jinqn kesulitan menemukan keberadaan si urip.

Saat giliran jinan menutup mata ke tembok, dia mulai ogah ogahan menghitung.

Jinan benar benar sudah merasa bosan dengan permainan tersebut,

"Kamu kok kelihatan nya sudah malas gitu sih Nan?"

Ucap urip yang tidak segera mengumpet saat jinan sedang menghitung sambil menutup mata.

"Aku bosan rip, tiap jaga aku susah nyari tempat persembunyian mu."

Jawab jinan sambil bersungut sungut.

"Hehehehehe...."

"Hebat kan aku."

Kata urip dengan bangga nya.

Jinan hanya memperhatikan kawan berwajah pucat nya itu.

"Gimana kalau kita ngumpet bareng, nanti aku cari in tempat persembunyian yang paling aman. Nggak akan ada yang bisa menemukan keberadaan kita nan."

Ajak urip dengan nada penuh tipu daya, jinan yang masih lugu percaya saja dengan ucapan si muka pucat.

"Tapi kalau kita berdua ngumpet, terus siapa dong yang jaga dan mencari keberadaan kita?"

Tanya jinan dengan polos nya.

"Yang nyari in kita ya Ibu dan bapak mu nan, mereka yang dapat giliran jaga...."

"Semakin banyak yang ikut main kan semakin seru, gimana?"

Bujuk Urip dengan penuh tipu daya kepada jinan.

"Emmmm, benar juga kata mu rip..."

"Ya sudah, ayo kita ngumpet."

Jinan yang belum mengerti apa apa akhirnya terperdaya oleh ajakan si urip.

"Pegang tangan ku Nan...."

"Wusssshhhhhh........"

Dalam sekejap mereka tak ada lagi di depan rumah.

"Mbah....."

"Kenapa kok dari tadi kamu gelisah, sudah sore lho. Gih mandi dulu."

Ucap mbah uti kepada mbah darmo yamg kelihatan gelisah mondar mandir di teras rumah nya.

"Iya buk, sebentar...."

"Ntah kenapa perasaan ku kok nggak enak ya."

Kata mbah darmo sambil berdiri memegang tiang penyagga teras rumah, pandangan mata nya tertuju ke arah pohon rambutan ri depan.

"Ndak enak kenapa ro mbah...."

Tanya mbah uti

"Dari tadi siang, aku tak melihat si urip di tempat nya."

"Aku khawatir terjadi apa apa dengan cucu kita jinan buk."

Ucap mbah darmo dengan perasaan cemas.

"Kan biasanya si urip ads di pohon itu mbah."

"Ya Allah...."

"Semoga jinan baik baik saja di sana."

Setelah mendengar ucapan suami nya, mbah uti malah ikut merasa cemas terhadap cucu nya.

"Ndhuk...."

"Adik mu kemana kok nggak ada suara nya?"

Tanya sri kepada Rani di ruang tengah setelah selesai menyapu halaman belakang.

"Ndak tau buk, tadi sih suara jinan di depan seperti sedang main oetak umpet.

"Dia menghitung cuma satu, dua, tiga...."

"Gitu aja terus di ulang ulang."

Kata rani sambil menonton tv, 

Jinan memang belum hafal berhitung, jadi setiap kali sampai di angka tiga pasti dia mengulang lagi ke angka satu.

Karena tak ada tanda tanda keberadaan junan di depan, sri langsung panik dan berlari ke teras

"Le....."

"Jinan...."

"Kamu di mana nak....."

Teriak sri memanggil manggil anak nya,

Sri mencari ke samping rumah.

Dia juga menanyakan kepada beberapa tetangga sekitar mengenai anak nya.

Namun tak ada yang mengetahui keberadaan jinan.

Sri benar benar panik dan ketakutan, pikiran nya sudah kalut kalaunkalau terjadi apa apa dengan anak nya.

Jam lima sore, di jalan depan sri bertemu dengan pardi, suami nya yang baru saja pulang kerja.

"Pak....."

"Jinan pak...."

Ucap sri dengan nada terbata bata di iringi isak tangis,

"Jinan kenapa buk, dimana dia?"

Tanya pardi kepada sang istri tanpa sempat turun dari motor nya.

Suasana sore itu mulai gempar, sri yang sudah tak kuasa membendung air mata di kerumuni oleh para tetangga.

"Kenapa kang...."

"Sri kenapa kok menangis?"

"Jinan kenapa...."

Orang orang mulai berkerumun dan menanyakan apa yang sedang terjadi kepada jinan.

"Kang, ada apa ini kok rame rame?"

Tanya supri yang kebetulan melewati jalan depan perkampungan dan mendapati pardi sahabat mancing nya seperti sedang panik bersama istri nya.

"Anak ku pri, jinan...."

"Jinan kenapa kang?"

Sergah supri memotong ucapan pardi.

"Jinan hilang pri...."

Sahut Sri sambil sesenggukan.

"Hilang???"

"Kok bisa mbak, kang?"

Tanya supri.

Sri hanya busa menangis sedangkan pardi menenangkan istri nya .

Beberapa kali pardi bertanya kronologi hilangnya jinan namun sri belum bisa menjelaskan nya lantaran masih merasa shock.

Rani juga menyusul ibu dan bapak nya yang tak kunjung pulang.

"Ibuk, bapak ..."

"Ibuk kenapa kok menangis?"

Tanya Rani.

"Ndak apa apa ndhuk...."

Jawab Sri.

"Ayo kang, mbak...."

"Kita ke rumah pak RT saja dulu, supaya lebih jelas."

Ajak supri kepada Sri dan Pardi untuk menuju ke rumah Pak RT,

Mereka menuju ke sana bersama para tetangga,

"Jangan jangan jinan di gondol wewe gombel..."

Salah satu warga berkata seperti itu di depan rumah pak rt.

"Jadi ada apa ini kok rame rame bikin heboh kampung kang pardi, mbak sri?"

Tanya pak RT kepada mereka berdua.

Sri masih menangis sesenggukan di samping pardi.

"Begini pak RT, kata mbak Sri tadi Anak nya yang bernama jinan tiba tiba hilang saat sedang main di depan rumah."

Supri membantu menjelaskan kejadian yang menimpa keluarga kang pardi kepada Pak RT lantaran Sri benar benar shock dan belum bisa bercerita.

"Buuuuu, tolong ambilkan minum buat mbak sri...."

Ucap Pak RT kepada istri nya.

Setelah sri menenggak segelas air putih, barulah dia mulai bisa bercerita perihal hilang nya jinan.

Sri dan pardi juga bercerita mengenai perilaku aneh anak bungsu nya ini yang suka berbicara sendiri dengan sosok bernama urip.

"Urip????"

"Dia kan anak yang...."

"Urip yang tewas saat jatuh dari pohon rambutan mbah darmo beberapa tahun silam."

"Tak salah lagi, jinan di umpetin mahluk halus."

Beberapa celetukan dari warga setelah mendengar cerita dari sri dan pardi.

Warga lama yang mengetahui kisah tragis yang menimpa urip mulai berspekulasi,

"Tenang sodara sodara, kita jangan cepat menyimpulkan ke arah itu dulu."

"Bisa jadi ada penyebab lain, ntah itu penculikan atau mungkin jinan di ajak ke rumah mbah darmo kan bisa saja."

Ucap pak RT dengan bijaksana.

Mendengar kemungkinan kemungkinan yang di tuturkan Pak RT, tangis Sri semakin menjadi.

"Anak ku....."

"Jinan...."

"Pulang nak....."

Teriak sri dengan histeris.

"Bagaimana kalau kita lapor ke kantor polisi saja pak RT?"

Ucap supri memberikan usulan.

"Yo belum bisa lah pri,"

"Laporan orang hilang kan setidak nya setelah 1x24 jam, itu baru bisa di simpulkan kalau dia benar benar hilang."

Kata pak RT.

"Terus bagaimana ini pak?"

Tanya pardi.

"Kita coba cek ke rumah mbah darmo mertua mu, siapa tau anak mu ada di sana."

"Kita bisa sekalian minta pertimbangan kepada beliau yang lebih paham mengenai hal hal di luar nalar."

Kata pak RT kepada pardi.

Hari semakin gelap, waktu sudah hampir memasuki sandekala.

Pardi beserta pak RT dan para warga berbondong bondong menuju ke rumah mbah darmo.

"Pak....."

"Bapak....."

"Jinan pak....."

ucap pardi saat sampai di depan rumah mertua nya.

Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 27-11-2022 15:27
itkgid
Araka
belajararif
belajararif dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup