tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#31
Part 8
"Kalau yang di maksud cucu kita adalah Urip teman se permainan si Muhdi yang mengalami nasib naas sekitar 18 tahun yang lalu."

"Berarti....."

Ujar mbah uti yang sedang menelaah perihal anak tersebut dengan suami nya.

Mbah darmo menghela napas panjang, lalu mengambil rokok kretek yang ada di saku nya.

"Kasihan anak itu, urip meregang nyawa di usia nya yang masih sangat muda."

Ucap mbah darmo sambil menyalakan rokok yang ada di tangan nya.

"Memang dia masih ada di situ mbah?"

Tanya mbah uti kepada mbah darmo sambil melihat ke arah pohon rambutan di depan rumah nya.

Mbah darmo mengangguk, beliau seperti sedang mengamati sesuatu terlihat dari sorot mata nya yang tampak mulai mengeriput, pandangan nya juga tertuju ke pohon tersebut.

"Memang nya ada ya mbah, orang yang meninggal itu jadi hantu?"

Tanya mbah uti.

"Yo ndak ada lah, orang yang sudah meninggal kan urusan nya di dunia sudah selesai. Ruh nya menunggu di alam barzah sampai tiba saat nya hari akhir tiba."

"Itu hanya jin qarin yang menyerupai saja, ndak ada istilah arwah nya gentayangan karena meninggal nya tidak wajar."

Ucap mbah darmo kepada istri nya.

Semasa hidup nya, dulu urip memang sangat akrab dengan muhdi anak terakhir mbah darmo atau adik nya Sri yang tak lain adalah ibu nya Rani dan Jinan.

Hari itu, seperti biasa Muhdi dan Urip yang usia nya masih anak anak sedang bermain di bwah pohon rambutan yang ada di depan rumah mbah darmo.

Dengan anak anak sebaya nya, mereka sedang bermain petak umpet di sana.

"Satu, dua, tiga, ............ Sepuluh...."

Seorang anak sedang menutup wajah nya ke permukaan batang pohon mangga menggunakan kedua tangan nya sebagai alas nya sambil menghitung selagi teman teman nya mencari tempat untuk sembunyi.

Muhdi mendapat giliran untuk jaga,

Setelah selesai di hitungan ke sepuluh. Dia pun membuka wajah nya dan mulai celingak celinguk mencari persembunyian teman teman nya.

Satu per satu muhdi berhasil menemikan teman teman nya, tinggal seorang lagi yang belum ketemu yaitu Urip.

Sudah di cari kemana mana, muhdi belum juga berhasil menemukan nya bahkan sampai ke pekarangan belakang rumah hasil nya nihil. Urip tak kunjung di temukan.

Hingga tiba tiba.....

"Bruuuuuuukkkkkkkk."

Suara benda jatuh dari atas pohon rambutan.

"Urip......."

Dia terjatuh dari atas pohon tersebut dengan posisi kepala yang terlebih dulu menghujam ke permukaan tanah.

Dari kedengaran nya, urip terjatuh dari tempat yang cukup tinggi.

Tubuh kecil urip seketika menggelepar, darah segar keluar melalui luka di kepalanya akibat terhantam langsung ke tanah.

Mata nya melotot seolah merasakan sakit yang amat menyiksa,

"Uripppp....."

Teriak muhdi dan teman teman nya.

Mereka benar benar shock dan ketakutan karena melihat langsung di depan mata kepala masing masing ketika urip terjatuh dan kepala nya pecah.

"Pakkkkk....."

"Makkkkk....."

"Tolong in urip."

Teriak muhdi sambil berlari masuk ke rumah nya, teman teman yang lain hanya bisa terdiam dan menutup mata mereka sambil gemetaran.

Mendengar muhdi teriak teriak, mbah darmo dan mbah uti bergegas ke depan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Ada apa le...."

"Kok teriak teriak."

Tanya mbah darmo kepada muhdi,

"Urip pak...."

"Urip..."

Kata muhdi sambil menunjuk ke arah bawah pohon rambutan.

"Ya Allah...."

"Kenapa si urip le...."

Teriak mbah darmo yang terkejut melihat seorang bocah tergeletak di tanah dengan kepala bersimbah darah.

Badan urip sudah tak bergerak, namun mata nya masih melotot.

Mbah Darmo berlari untuk melihat kondisi si urip, beliau mengecek denyut nadi nya.

"Masih hidup, tapi denyut nya semakin lemah."

Gumam beliau.

"Buk...."

"Cepat kau kabari keluarga anak ini, bapak mau membawa nya ke puskesmas."

Ucap mbah darmo kepada mbah uti,

Warga yang melihat kejadian itu langsung berkerumun,

"Awas awas, beri jalan. Aku mau bawa anak ini ke puskesmas untuk mendapatkan petolongan."

Ucap mbah darmo sambil menggendong urip berjalan melalui kerumunan warga.

Mbah darmo tak memperdulikan apa apa meski kaos putih yang ia kenakan sudah berubah warna menjadi merah karena darah yang mengalir dari kepala urip.

Warga ikut mwngantarkan mbah darmo menuju ke puskesmas.

Si sana, urip sempat mwndapatkan pertolongan medis walau akhir nya....

"Maaf pak, nyawa anak ini tak bisa tertolong...."

"Pendarahan luka nya terlalu parah, dia kehabisan banyak darah."

"Anak ini sudah meninggal selama di perjalanan."

Ucap seorang mantri yang bertugas di puskesmas.

"Inalillahi waina ilaihi roji'un...."

Mbah darmo terhenyak mendengar bahwa anak itu tak bisa terselamatkan.

"Pak...."

"Mana anak ku pak...."

Ucap seorang wanita dengan nada panik kepada mbah darmo.

Mbah darmo yang masih shock hanya menunjuk ke arah sebuah tempat tidur pasien, sebujur tubuh anak anak tampak tertutup kain bercak darah, dari kepala sampai ujung kaki terlihat posisi kedua tangan nya yang bersedekap di balik nya.

"Ya Allah pak....."

"Urip pak....."

"Anak kita"

Teriak sang ibu dengan histeris, bahkan sampai lemas di dekapan sang suami ketika melihat anak semata wayang nya sudah terbujur kaku di depan mata kepala nya sendiri.

Setelah pemakaman urip, Muhdi dan teman teman sejawat nya sempat mengalami trauma psikis.

Setiap malam tubuh muhdi menggigil, demam tinggi sampai mengigau menyebut nama urip.

"Urip....."

"Tunggu aku, ayo kita main sama sama."

Teriak Muhdi di saat tengah malam sampai meronta ronta hendak keliar rumah menuju ke bawah pohon rambutan tempat urip terjatuh.

Mbah darmo yang mengetahui bahwa ada jin usil yang memanfaatkan tragedi yang menimpa urip, seriap malam sengaja menyendiri di teras depan rumah untuk menetralisir energi negatif yang tersisa di TKP.

 "Ini pak kopi nya...."

Mbah uti membawakan segelas kopi hitam untuk mbah darmo yang sedang duduk di depan.

"Iya buk, terima kasih....."

"Muhdi masih demam?"

Tanya beliau perihal keadaan muhdi kepada istri nya.

"Muhdi masih panas pak, tapi sekarang sudah tertidur di kamar."

Ucap mbah uti sambil ikut duduk di samping mbah darmo.

Waktu sudah hampir masuk pertengahan malam, hawa dingin mulai menerpa pori pori kulit. Beberapa kali mbah uti mengusap kedua lengan nya.

"Sudah larut malam pak, ayo masuk...."

Ajak mbah uti kepada suaminya.

"Kamu masuk saja duluan buk, bapak masih mau duduk di sini."

Ucap mbah darmo, puntung rokok di sela jari nya sudah hampir habis.

Mbah uti akhir nya masuk duluan meninggalkanbah darmo seorang diri di teras depan.

Beliau menyeruput kopi hitam yang di buatkan mbah uti, lalu mengambil rokok kretek nya lagi.

Baru saja hendak menyalakan korek,

Tiba tiba mbah darmo melihat semacam kabut tipis berwarna putih menyerupai gumpalan asap yang semakin lama semakin menggumpal kemudian naik di atas dahan pohon rambutan.

Gumpalan asap tersebut perlahan membentuk siluet tubuh seorang anak kecil.

"Astagfirullahaladzim..... "

"Urip...."

"Tidak, dia bukan urip."

Gumam mbah darmo, dia terhenyak lalu bangun dari tempat duduk dan perlahan berjalalan mendekati pohon rambutan tersebut tanpa rasa takut sedikit pun.

Baru beberapa langkah, tiba tiba....

"Bruuuukkkkkk......"

Anak itu terjatuh ke bawah dengan posisi kepala yang berada di bawah langsung menghantam ke tanah persis seperti kejadian yang menimpa urip.

Mbah darmo terhenti sejenak, beliau memperhatikan anak tersebut yang masih tertelungkup di tanah.

Perlahan tubuh kecil nya bergerak gerak dan mulai bangun, anak itu duduk depan kepala pecah berlumuran darah melihat ke arah mbah darmo dengan tatapan kosong.

Mbah darmo mulai berkomat kamit membaca doa dan amalan amalan yang ia pelajari dari seorang guru spiritual nya dulu.

Bukan nya takut, beliau malah mendekati sosok tersebut sampi hanya berjarak sekitar tiga langkah.

Di depan nya ada sosok yang menyerupai urip, tatapan nya yang semula kosong tiba tiba mulai melotot, kepapa nya menoleh ke kiri dan ke kanan sambil menyeringai ke arah mbah darmo.

"Aku yakin kamu bukan lah urip, kamu hanya jin fasik yang sengaja menyerupai nya untuk menyesatkan dan menakuti manusia."

Ucap Mbah darmo  dengan tegas kepada sosok tersebut.

"Kalau kamu mau tinggal di sini silahkan, tapi jangan mengganggu warga sini."

"Kalau aku sampai tahu ada yang ketakutan karena ulah mu, aku tak akan segan segan melagar(membakar) mu atau melarung mu ke laut."

Ucap mbah darmo dengan nada mengancam kepada mahlul tersebut.

"Sakitttt....."

"Sakit....."

"Tolonggg urip...."

Mahluk tersebut merintih kesakitan dan tak mengindahkan ucapan mbah darmo.

Karena merasa di sepelekan, mbah darmo mulai merapal doa doa.

"Panasss....."

"Panas....."

"Ampunnnn....."

Mahluk yang awal nya menyerupai urip dengan suara anak anak, tiba tiba berubah.

Suara nya mulai berat seperti orang dewasa, berteriak kesakitan.

"Janji kamu tak akqn mengganggu orang orang?"

Bentak mbah darmo kepada mahluk tersebut, 

"Baik, aku janji yak akan menggu...."

"Lepaskan aku...."

"Jangan bakar diri ku...."

"Ampun...."

Ucap mahluk tersebut sambil kesakitan.

Mbah darmo akhir nya melepaskan nya dan membiarkan mahluk tersebut tinggal di pohon tersebut.

Sejak kejadian malam itu, mahluk yang menyerupai urip tak pernah berani menampakan diri lagi di depan mbah darmo.

Muhdi juga sudah tidak sakit sakitan lagi,

Pernah suatu ketika ada sekumpulan anak anak muda yang iseng malam malam hendak mencuri rambutan mbah darmo,

Baru saja hendak memanjat pohon, tiba tiba salah satu dari mereka terjatuh. Mereka lari tunggang langgang karena melihat sosok anak kecil dengan kepala pecah berlumuran darah.

Mbah darmo hanya tersenyum melihat nya, mahluk itu hanya mengganggu bila ada orang yang punya niatan buruk.

Beberapa kali orang tua urip menaruh sesaji semajam bunga setaman dan gumpalan nasi ysng di tusuk lidi berisi bawang merah dan cabai di bawah pohon rambutan sebagai bentuk sesaji lantaran mereka mengaku kalau setiap malam selalu di datangi urip ntah itu secara langsung atau lewat mimpi.

Untung nya mbah darmo bisa meluruskan dan meyakinkan kepada kedua orang tua urip kalau itu adalah ulah dari jin jahil yang sengaja menggoda dan menyesatkan mereka.

Sore itu, Rani dan Jinan di jemput oleh pardi sang ayah usng bari saja pulang bekerja.

"Ndhuk...."

"Le...."

"Bapak mu sudah datang, ayo siap siap."

Ucap mbah uti kepada kedua cucu nya.

Mbah darmo sedang berada di belakang rumah.

"Ayo pulang...."

"Salim sama mbah uti...."

Ucap Pardi kepada Rani dan Jinan.

"Mbah kakung mana bu?"

Tanya pardi,

"Mbah kakung di belakang, sedang ngasih makan ayam kayak nya."

Ucap mbah uti kepada pardi.

Rani dan Jinan berlari ke belakang untuk pamitan kepada mbah darmo.

Setelah itu mereka berdua naik ke atas motor sang bapak untuk menuju ke rumah.

"Dadahhh Urip....

"Aku pulang dulu ya, besok kita main lagi..."

Ucap jinan sambil dadah ke arah pohon rambutan ketika duduk di depan bapak nya.

"Kamu ngomong sama siapa Le?"

Tanya pardi sambil memegang setang motor kepada jinan.

"Itu lho pak, nama nya Urip."

"Dia teman baru ku...."

Ucap Jinan dengan polos nya.

"Urip????"

Gumam pardi sambil celingak celinguk ke arah pohon rambutan tersebut.


Bersambung-
coeloet
Araka
belajararif
belajararif dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup