tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#28
Part 7
"Kamu siapa?"

"Kok suka sekali main di bawah pohon rambutan....."

Ucap jinan kepada seorang anak laki laki sepantaran nya yang tampak sedang murung di bawah pohon rambutan.

Jinan kini sudah berusia 5 tahun, beda tiga tahun dengan kakak sulung nya, Rani yang sudah duduk di bangku SD.

Profesi kang Darman sebagai pekerja bangunan dan Sri ysng berjualan sayur di pasar, setiap pagi jinan di titip kan di rumah Mbah darmo dan mbah uti.

Sedangkan Rani yang sudah bersekolah selalu di jemput oleh mbah darmo lantaran di rumah mereka pasti tidak ada orang ketika siang hari.

"Kamu sedang ngomong sama siapa Le...."

Mbah uti bertanya kepada jinan karena beliau merasa heran ketika mendapati cucu nya sedang berbicara sendiri di bawah pohon rambutan yang berada di depan rumah nya.

"Sudah ya, nanti kita lanjutkan lagi."

"Aku di panggil sama mbah uti...."

Gumam jinan sambil menatap ke arah batang pohon seolah sedang berbincang dengan seseorang.

Mbak uti mulai merasa kalau cucu laki laki nya ini mempunyai kebiasaan aneh, tapi beliau belum terlalu menaggapi nya dengan serius, 

"Nama nya juga anak anak, mwreka punya dunia khayalan nya sendiri.

Batin mbah uti

"Ndak kok mbah, jinan nggak ngomong sama siapa siapa...."

Kata jinan sambil berjalan mendekati nenek nya.

"Kamu jangan main jauh jauh ya le, nanti kalau ada penculik gimana...."

Ucap mbah uti sambil membelai rambut jinan.

"Iya mbah...."

Jawab jinan sambil sesekali masih melirik ke arah pohon rambutan dan senyum senyum sendiri.

"Ayo masuk rumah, mbah mau masak dulu buat makan siang."

"Sebentar lagi Mbak mu kan pulang sekolah."

Ajak mbah uti kepada jinan, mbah uti seperti nya mulai khawarir dengan gelagat cucu nya.

Sambil menggandeng jinan masuk ke dalam, beliau menoleh ke arah pohon tersebut untuk memastikan siapa yang sedang di ajak berbicara cucu nya tadi walau yang terlihat hanya halaman rumah yang kosong di tumbuhi beberapa tanaman perdu dan pohon pisang.

"Kamu di sini saja le main nya, jangan keluar rumah, mbah uti mau masak di dapur."

Ucap mbah uti kepada jinan ketika mereka berada di ruang tamu lalu menutup pintu.

Jinan mengambil beberapa mainan yang ada di bawah meja, dan mbah uti pergi ke dapur.

"Ngeeeeengggggg......"

Suara jinan yang sedang memainkan mobil mobilan di lantai sendirian.

"Kok kamu bisa masuk, kan pintu nya di tutup sama mbah uti....

Kata jinan sambil merangkak mendorong mobil mobilan nya.

Sorang bocah berambut belah samping dengan pakaian kuno berwarna krem dan celana pendek hitam sedang duduk bersandar ke dinding, memeluk lutut dengan kedua tangan nya sambil memperhatikan jinan yang sedang bermain, wajah nya pucat pasi dan kedua lingkar mata nya berwarna hitam seperti kurang tidur.

Dia masih terdiam ketika di tanya jinan, 

"Ini aku pinjam in mainan ku."

"Yuuuk, kita main sama sama...."

Ajak jinan tanpa rasa curiga, anak seusia nya tentu masih polos dan lugu.

"Nama mu siapa?"

Tanya jinan kepada bocah tersebut.

"Aku urip...."

"Urip???"

"Iya, nama ku urip."

"Ow, aku Jinan....."

Mereka langsung akrab dan bermain bersama.

Beberapa saat kemudian jinan merebahkan badan di lantai,

"Aku bosan Rip...."

Ucap nya kepada urip yang masih duduk bermain mobil mobilan kayu di samping jinan.

"Main ke luar saja yuk...."

"Lebih asik nan."

Ajak urip kepada jinan.

"Kan pintu nya di tutup sama mbah uti, aku nggak boleh main keluar.

Kata jinan sambil melihat ke arah pintu yang tertutup.

Medengar jinan seperti sedang berbicara dengan seseorang di ruang tamu, mbah uti yang sedang berada di dapur merasa penasaran dan berjalan ke arah ruang depan untuk memastikan nya.

"Le....."

"Kamu ngomong sama siapa?"

Tanya mbah uti kepada jinan yang terlihat sedang menatap ke arah tembok dekat kusen pintu.

"Itu mbah, sama teman ku...."

Kata jinan dengan polos nya sambil menunjuk ke arah tembok bermaksud menunjukan keberadaan teman baru nya.

"Teman mu yang mana Le, nggak ada siapa siapa kok di situ."

Kata mbah uti sambil keheranan mendengar ucapan cucu nya.

"Itu lho mbah...."

"Dia sedang berdiri senderan ke dinding, nama nya urip."

Kata jinan kepada mbah uti.

"Urip?????"

Mbah uti seperti tak asing dengan nama itu, beliau mengingat ingat sambil menggaruk kepala yang sudah tampak memutih karena rambut nya mulai ber uban.

"Nanti lah, biar ku tanyakan sama mbah kakung saja." Ucap mbah uti dalam hati.

"Urip....."

"Tunggu, kamu mau kemana?"

Teriak jinan kepada kawan nya itu,

"Le....."

"Kamu manggil siapa, ndak ada siapa siapa kok di situ."

Tanya mbah uti kepada jinan, mbah uti mulai merasa cemas dengan perilaku cucunya itu.

"Itu mbah, masak si urip lari keluar nembus ke tembok."

"Tuh dia melet melet mengejek ku dari luar kaca jendela."

Ucap jinan sambil menunjuk ke bingkai jendela nako model lama dengan kaca susun berbentuk persegi panjang.

"Sudah le...."

"Biarkan saja dia di luar, yuk le dapur bantu in mbah masak.

Mbah uti memeluk jinan, walau merasa takut. Mbah uti tetap menggunakan akal sehat nya untuk meyakinkan jinan.

"Aku mau bantu in mbah uti masak dulu, nanti saja kita main lagi...."

Ucap jinan sambil melihat ke arah belakang saat di gendong mbah uti menuju ke dapur.

"Kamu kenal teman mu itu dari mana le?"

Tanya mbah uti kepada jinan yang sedang asik bermain dengan tangkai kangkung yang baru saja di siangi mbah uti.

"Ndak tau mbah, tadi pagi tuh pas aku sedang main di depan. Tiba tiba ku lihat urip sedang sendirian di bawah pohon rambutan. Kasihan dia mbah...."

Kata jinan,

Karena ingin mengulik lebih dalam, mbah uti sengaja memancing jinan supaya mau bercerita mengenai teman baru nya itu.

"Ow...."

"Kasihan kenapa dia Le?"

Tanya mbah uti lagi.

"Dia tuh wajah nya selalu sedih mbah, kayak nggak punya keluarga."

Ucap jinan menceritakan perihal sosok urip kepada mbah uti.

"Kamu tau nggak di mana rumah nya le?"

Jinan hanya mengangkat kedua bahu nya pertanda tidak tahu mengenai rumah si urip.

"Jinan, jangan bermain sama pisau. Bahaya...."

"Nanti tangan mu kena lho, berdarah."

Mbah uti meminta benda di tangan jinan lalu menasihati cucu nya yang sedang memegang pisau bermaksud hendak memotong motong tangkai kangkung di atas talenan.

"Iya mbah....."

Jawab nya.

"Asalamualaikum......"

Terdengar ucapan salam dari arah depan, dsri suara nya yang berat dan sedikit serak. Kemungkinan itu adalah suara mbah darmo.

"Waalaikumsalam....."

Sahut mbah uti dari arah dapur.

"Nduk, kamu lekas ganti pakaian mu ya. Seragam mu kan besok di pakai lagi"

"Kalau ndak ganti pakaian nanti kotor."

Ucap mbah darmo ketika masuk ke ruang tamu kepada Rani, cucu nya.

"Iya mbah...."

Ucap rani yang baru saja melepas sepatu di depan pintu, dia berjalan dan masuk ke dalam kamar untuk ganti pakaian yang sudah di bawakan bapak nya tadi pagi.

Mbah darmo tinggal bersama mbah uti hanya berdua di rumah tersebut lantaran ke empat anak nya sudah berumah tangga dan tinggal di rumah nya masing masing.

Anak pertama nya , sejak masih lajang sudah hidup di perantauan dan menikah dengan orang kebumen.

Anak kedua mbah darmo bernama Parman, dia masih tinggal satu daerah dengan mbah darmo namun beda kecamatan.

Parman tinggal di daerah kaki gunung setelah mendapatkan istri orang daerah tersebut,

Anak ketiga mbah darmo adalah Sri, yang tak lain adalah ibu dari jinan, di antara para saudara nya hanya dia yang tempat tinggal nya berada tak jauh dari kediaman orang tua nya.

Anak bungsu mbah darmo adalah laki laki, nama nya Muhdi.

Anak terakhir yang biasanya tinggal bersama di rumah orang tua nya juga masih berada di perantauan karena pekerjaan. Jadi tinggal lah mbah darmo dan mbah uti tinggal di rumah hanya berdua,

Kehadiran Rani dan jinan membuat masa masa senja mereka berdua menjadi lebih ceria meskipun di sore hari, kedua cucu nya itu akan di jemput Pardi dan sri untuk pulang ke rumah nya, namun itu sudah cukup membuat mereka bahagia.

"Mbah, mau makan siang sekarang?"

Tanya mbah uti kepada mbah darmo yang sedang duduk di ruang tamu.

Agak nya beliau merasa lelah lantaran menjemput Rani pulang sekolah memakai sepeda kumbang.

Rani biasanya duduk di belakang dan kedua kaki nya di ikat ke rangka bagian bawah sadel sepeda untuk jaga jaga takut nya masuk ke jari jari roda sepeda.

"Nanti saja mbah, aku mau ngaso sebentar."

Sahut beliau sambil mengibaskan ilir atau kipas manual yang terbuat dari anyaman bambu di tangan nya.

"Ya wis, ini wedang nya mbah...."

Ucap mbah uti sambil menaruh cangkir bermotif burik berwarna hijau di atas meja.

"Awas le...."

"Jangan dekat dekat mbah uti, nanti kena wedang mbah kakung lho. Masih panas."

Kata mbah darmo sambil meraih tangan mungil cucu nya, beliau mendekap dan mencium pipi jinan dengan penuh kasih sayang.

"Mbak Rani mana mbah?"

Tanya jinan kepada kakek nya.

"Itu, mbak mu di dalam kamar lagi ganti pakaian."

Ucap mbah darmo kepada jinan sambil memeluk nya.

Mendengar bahwa kakak nya sedang berada di dalam kamar, jinan langsung berlari ke kamar untuk mencari kakak nya.

Mereka berdua bermain di atas ranjang besi dengan tirai kelambu sebagai pelindung dari gigitan nyamuk saat tidur.

"Mbak aku tadi punya teman baru...."

Ucap jinan kepada kakak nya sambil rebahan di atas kasur.

"Teman?"

"Siapa dek?"

Tanya rani kepada jinan sambil membuka buku sekolah nya, seperti nya Rani hendak mengerjakan PR.

"Nama nya Urip...."

Celetuk jinan kepada sang kakak.

"Urip?????"

Mbah darmo yang sedang duduk di ruang tamu terkejut mendengar ucapan cucu nya dari dalam kamar ketika jinan mengucapkan nama Urip.

"Mbah....."

"Mbah uti...."

Mbah darmo memanggil istri nya yang sedang menyapu di teras depan.

"Dalem mbah...."

Sahut mbah uti yang masuk sambil memegang sapu.

"Barusan aku dengar kalau jinan punya teman baru, nama nya urip."

Kata mbah darmo kepada istri nya yang duduk di samping beliau.

"Nah itu dia mbah, tadi pagi aku lihat kenang sepertibaedang ngomong seseorang, tapi aneh nya dia tuh sendirian nggak ada siapa siapa."

Kata mbah uti,

"Memang tadi jinan main di mana mbah?"

Tanya mbah darmo.

"Itu lho di bawah pohon rambutan...."

Kata mbah uti sambil menunjuk ke arah pohon di depan rumah.

"Owalah....."

"Kamu tau nggak siapa anak yang bernama Urip?"

Tanya mbah darmo kepada istri nya.

"Emmmm...."

"Seperti nya aku pernah dengar nama itu mbah, tapi siapa ya....."

Kata mbah uti sambil mengingwt ingat nama tersebut.

"Mbah...."

"Urip kan teman sepantara nya Muhdi, anak bontot kita...."

Ucap mbah darmo kepada sang istri.

"Ow iya...."

"Urip yang dulu tinggal di kampung sebelah yo pak."

Mbah uti langsung ingat dengan anak bernama urip.

Wajah mbah uti berubah menjadi cemas seolah tak percaya.


"Lah kok bisa Jinan tadi bilang kalau punya trman baru bernama urip?"

Padahal dia kan sudah.......
coeloet
Araka
belajararif
belajararif dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup