tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#21
Part 5
"ibukkkk....."

"Bapak sudah pulang ....."

Teriak rani, anak sulung pardi yang berada di depan rumah ketika melihat bapak nya turun dari motor Supri.

"Kamu nggak mampir dulu pri?"

Ucap kang pardi kepada supri yang masih berada di atas motor nya.

"Ndak usah kang, matur suwun..."

"Aku langsung pulang saja. Sudah gelap soal nya."

Kata supri.

"Yo wis, hati hati yo pri. Kamu sudah nggak apa apa kan?"

Kang pardi kembali menanyakan keadaan supri yang tadi sempat pingsan, kang pardi belum tahu apa yang sebenar nya terjadi dengan supri yang tiba tiba menghilang dan dia temukan di bawah pohon waru dalam keadaan tak sadarkan diri ketika sedang memancing.

"Aku sudah ndak apa apa kok kang, cuma masih merasa bingung dan aneh saja mengingat kejadian yang ku alami tadi."

Timpal nya.

"Aku balik ya kang...."

Supri berpamitan kepada pardi untuk pulang,

"Iya pri..."

Sahut nya.

Kepulangan pardi di sambut oleh Istri dan anak nya di depan rumah.

"Kok sampai petang sih pak mancing nya...."

"Aku sudah cemas lho dari sore kok bapak belum balik "

Ucap sri sambil meenggendong si kecil jinan menggunakan selendang ketika menyambut kedatangan sang suami.

"Hiiiiii, kok bapak dapat ular sih...."

Kata Rani dengan polos nya ketika melihat isi blung yang di bawa Pardi dan di letak kan di bawah, Dia bergidik melihat isi di dalam nya yang di penuhi dengan binatang berbebuk seperti ular menggeliat dan berlendir.

"Itu nama nya belut cah ayu, bukan ular...."

Terang pardi kepada anak nya yang seperti nya belum tahu binatang apa yang di tangkap bapak nya.

pardi dan sri sontak saja tertawa melihat tingkah anak perempuan nya itu.

"Jinan....."

"Sini sun dikit...."

Kata pardi kepada bayi yang berada di gendongan istri nya.

"Jangan dekat dekat Jinan pak, kamu kan habis dari sawah. Belum cuci tangan lagi"

"Takut nya membawa sawan buat anak kita."

Kata Sri sambil menjauhkan jinan yang ia gendong dari jangkauan suami nya.

"Hehehehehe ..."

"Iya buk, ya sudah...."

"Bapak ke belakang dulu, mau naruh alat pancing sama blung ikan. Mau bapak siangi sekalian biar bisa di masak malam ini."

Ucap pardi sambil mengambil blung yang ia letak kan di bawah lalu berjalan ke samping rumah.

Setelah cuci tangan dan kaki, tak lupa ia membasuh muka nya yang sudah terlihat berminyak dan dekil lantaran seharian memancing di sawah.

Pardi tak langsung mengolah belut hasil tsngkapan nya tadi, dia membuka baju tapi bukan untuk mandi.

Melainkan pergi ke kandang ayam bangkok yang berada di belakang rumah,

Walau di tinggal memancing, dia tak khawatir ayam kesayangan nya ini kelaparan karena sebelum berangkat pardi sempat berpesan jepada sang istri supaya memberi makan ayam tersebut.

Pardi sempat bermain main sebentar dengan ayam bangkok nya,

Lalu pergi ke dapur mengambil pisau untuk mengeksekusi hasil tangkapan nya tadi.

Pardi mengangkat blung tersebut lalu menuangkan isi nya ke dalam sebuah ember.

"Wahhhh banyak juga belut yang ku dapat, besar besar lagi."

"Pasti enak kalau di goreng lalu di makan sama nasi panas dan sambal terasi."

Pardi berbicara sendiri di samping sumur, dia mengambil seekor velut berukuran jempol kaki lalu ancang ancang menghunuskan mata pisau di tangan nya ke arah kepala belut tersebut yang tampak menggelat di tangan kiri pardi

"Bismiilah....."

"Srettttt......"

Pardi memotong kepala belut itu,

Darah segar mengucur deras membasahi lantai kamar mandi yang hanya di plester menggunakan semen acian tanpa di keramik.

"Petookkkkk, petokkkk, petokkkkk....."

Tiba tiba ayam pardi yang ada di dalam kandang berkokok seperti ketakutan.

"Glodak, glodak glodak...."

Suara kandang ayam pardi.

Pardi langsung berlari menuju kandang ayam milik nya, dia khawatir kalau ayam kesayangan nya di mangsa oleh hewan liar seperti ular atau biawak.

"Hehhhh, bejo....."

"Kamu kenapa le...."

Ucap pardi kepada bejo, bejo adalah nama ayam bangkok kesayangan nya .

Dia berbicara sendiri dengan ayam nya seperti sedang ngomong dengan orang.

Pardi mengecek isi kandang dan sekitar nya melihat dengan seksama di kegelapan sambil membawa lampu teplok sebagai pencahayaan.

"Tidak ada apa apa kok...."

Gumam nya.

"Wuuushhhhhhh...."

Angin tiba tiba berhembus menerpa wajah nya, pardi mencium aroma wewangian perpaduan antara aroma bunga melati dan bunga kenanga.

Bulu kuduk pardi meremang, 

"Hiiiii...."

"Jangan jangan...."

Pikiran pardi sudah menerka hal yang tidak tidak, setelah mendapati ayam nya dalam keadaan baik baik saja.

Pardi kembali untuk melanjutkan menyiangi belut di dekat sumur kamar mandi.

Satu persatu ia memotong belut di dalam ember hingga sudah terkumpul sebaskom penuh belut yang ia bersihkan isi perut nya lalu menggeprek ruas punggung nya supaya pipih dan ketika di bumbui untuk di goreng bisa meresap dengan sempurna.

"Segini kayak nya sudah cukup lah, sisanya biar di dalam ember dulu. Toh masih hidup kok. Besok kata nya mau di pepes oleh ibu nya anak anak."

Gumam pardi, dia berdiru dan mengambil tali timba.

Mengambil air untuk mecuci belut yang baru saja ia siangi.

Pardi menaruh ember berisi belut yang masih hidup di pojokan sumur, lalu menutup nya dengan triplek tak lupa di tindih memakai batu bata di atas nya.

"Ini buk belut nya sudah bersih...."

Ucap pardi seraya menyodorkan baskom plastik kepada istri nya ysng sedang mengulek kunyit, bawang putih jahe dan garam di cobek sebagai bumbu untuk menggoreng belut.

"Iya pak, ini bumbu nya sudah siap kok. Tinggal nunggu minyak nya panas."

"Bapak buruan mandi, sudah malam lho. Mandi malam kan nggak baik buat tulang mu."

Ucap sri sambil mengulek supaya bumbu nya benar benar halus.

"Iya buk...."

"Anak anak sedang apa?"

Tanya pardi sambul menyahut handuk yang tergantung di depan dapur.

"Jinan tadi aku susuin sampai tertidur di kamar, di tunggu in Rani tuh sambil nonton tv pak "

Jawab Sri.

Pardi kembali ke kamar mandi, menimba air sumur lalu menuangkan nya ke sebuah jalur yang terbuat dari semen, air nya akan meluncur masuk ke dalam bak mandi di dalam.

"Byur byur byur....."

Pardi mulai mandi.

Setelah itu dia masuk ke rumah hanya mengenakan handuk sebatas pinggang untuk ganti pakaian.

"Srengggg....."

Suara gemercik minyak panas yang beradu dengan belut di dalam penggorengan.

"Hmmmmm, aroma nya sedap banget buk."

"Jadi lapar bapak."

Ucap pardi ketika masuk ke dapur yang akses jalan nya munuju ke kamar tidur dan ruang tamu.

"Gihhh,bapak pakai baju dulu. ini sambal nya juga belum di ulek kok."

Ucap sri sambil memetik tangkai cabai di tangan nya.

Pardi berlalu menuju kamar sebelah untuk ganti pakaian, kamar di rumah nya ada dua. Rencana nya kamar tersebut akan di isi oleh rani kalau sudah berani tidur sendirian.

"Brengggg....."

Aroma melati dan kenanga tercium lagi ketika pardi sedang menyisir rambut di depan cermin kuno berbentuk oval berbingkai kayu.

Namun pardi tak terlalu menghiraukan nya,

"Pak....."

"Nduk....."

Ayo makan, sudah siap semua nih."

Teriak Sri dari arah ruang tengah untuk mengajak suami dan anak nya makan malam.

"Iya buk, sebentar lagu nyisir."

Sahut pardi dari dalam kamar.

Malam itu keluarga pardi menikmati makan malam dengan lauk belut goreng.

Pardi makan dengan lahap nya sampai habis dua piring nasi.

Sri makan sepiring berdua dengan rani yang minta di suapi oleh sang ibu.

"Hikkkkssss....."

"Oeeeekkkkk....."

Terdengar suara pekik tangis jinan, anak kedua mereka yang sedang terlelap di kamar.

"Sudah, ibuk makan saja. Biar bapak yang mengecek jinan."

"Paling anak kita pipis...."

Kata pardi sambil menaruh piring dan cuci tangan memakai air kobokan di depan nya.

Pardi berjalan menuju ke dalam kamar,

"Kok nangis nya berhenti...."

Batin pardi.

"Kenapa to le...."

"Kamu kehausan ya...."

Ucap pardi kepada anak nya setelah masuk ke kamar.

"Astsgfirullah....."

"Leeee....."

"Kamu kenapa nak...."

Kata pardi dengan nada panik,

Dia mendapati anak laki laki nya yang terbaring dalam keadaan mata terbuka namun hanya berwarna putih, 

Setelah mendekati anak nya, pardi semakin terkejut lantaran dari dua lubang hidung jinan keluar ingus, tapi lebih seperti cairan lendir.

Meleleh keluar membasahi kedua pipi anak nya 

"Bukkkk....."

"Cepat kesini...."

"Jinan kenapa ini bukkk...."

Teriak pardi kepada istri nya sambil ketakutan melihat kondisi anak nya yang hanya diam dengan mata terbelalak berwana putih.

"Jinan kenapa pak...."

Ucap sri ketika masuk ke kamar untuk melihat nya,

"Ya Allah...."

"Kenapa sama anak kita pak."

Tanya sri kepada pardi sambil menyentuh kening anak nya, 

"Nggak panas pak, tapi dingin sekali kening anak kita."

Kata sri,

Pardi juga menyentuh kening anak nya.

"Iya buk, anak kita kenapa ini...."

Kata nya.

Rani hanya melihat kondisi adik nya dari kejauhan sambil bersandar pada pintu kamar yang terbuka.

"Coba kamu susu in jinan buk, siapa tahu jinan kehausan."

Suruh pardi kepada istri nya.

Sri menyusui jinan sambil mengelap lendir di hidung nya yang terus mengelurkan cairan.

Jinan ternyata mau menyusu,

"Apa kita bawa ke bidan desa saja pak, aku takut kalau jinan kenapa kenapa."

Ucap sri kepada suami nya karena khawatir dengan kondisi jinan.

Pardi masih terdiam sambil memangku rani.

Pardi terdiam seperti tak mendengar ucapan istri nya.

Dia mengingat tentsng hal hal aneh ketika memancing belut dengan supri, mengenai belut berwarna putih yang ia dapat dan melihat wajah jinan ketika melepas kail di mulut nya.

Lalu pardi mengingat kejadian ketika ayam nya tiba tiba berkokok ketakutan di iringi dengan aroma wewangian melati dan kenanga.

"Apa semua kehadian itu ada hubungan nya dengan hal yang menpa anak ku,"

Batin Pardi.

"Pak...."

"Di ajak ngomong kok malah bengong."

Ucap istri nya,


"Kenapa buk...."

Ucap pardi ysng baru tersadar dari lamunan nya.

"Kita bawa anak kita ke bidan supaya di periksa, aku khawatir pak. Lendir di hidung nya kok nggak herhenti keluar"

Kata sri.

Tiba tiba jinan melepas bibir nya dari pu*ing susu sang ibu.

"Pak, kok bibir jinan berdarah...."

Teriak sri karena kaget.

Pardi juga terkejud, dia menggendong rani lalu berdiri melihat bibir jinan.

"Aneh, kok bisa begini ya...."

"Kamu kenapa to Le...."

Kata pardi yang tak habis pikir dengan kejadian yang menimpa anak nya.

Jinan masih terdiam, dia tak menangis sama sekali walau hidung nya mengalir lendir dan bibir nya berdarah.


"Apa anak kita kena sawan ya buk...."

Ucap pardi yang menyimpulkan kondisi anak nya dengan kejadian aneh saat memancing belut tadi.

"Sawan???"

"Sawan apa pak,...."

Kata sri.

"Tadi pas memancing, bapak dapat seekor belut berukuran kecil, aneh nya..."

"Belut itu berwarna putih buk,tidak seperti warna belut pada umum nya."

Kata pardi.

"Belut putih...."

"Bapak membunuh belut itu?"

Tanya sri kepada suami nya.

Pardi menggeleng,

"Saat bapak melepas kail di mulut nya, tiba tiba sekilas bapak melihat siluet wajah anak kita buk, karena kaget bapak langsung melempar kan nya ke tanah. Belut nya masih hidup tapi du ambil sama supri, kata nya mau di pelihara supri di dalam akuarium."

Pardi mnceritakan kejadian saat ia mendapatkan belut putih saat memancing kepada istri nya.

"Bau lendir nya memang amis pak...."

Ucap sri sambil mengendus selendang yang ia pakai untuk menyeka hidung jinan.

Ketika mereka berdua mengorol membahas tentang si belut putih, tiba tiba bibir jinan menyunggingkan senyum.

Pardi dan istri nya semakin shock melihat nya, sebuah simpul senyum yang seolah olah mengiyakan cerita pardi kepada sang istri.

"Bapak...."

"Beliau kan tahu tentang hal hal seperti ini buk"

Kata pardi yang langsung terungat kepada bapak mertua nya, mbah Darmo.

"Benar pak, coba kamu mibta tolong ke bapak."

Ucap sri.

Pardi langsung bersiap siap untuk menuju ke rumah mertua nya yang berada tak jauh dari rumah nya.

Pardi mengeluarkan motor astrea di dalam ruang tamu, rani minta ikut ke rumah kakek nya.

"Cepat pak, kasihan anak kita."

Ucap sri 

"Iya buk, baoak pergi dulu."

Kata pardi sambil mengengkol motornya, rani sudah duduk du depan bapak nya.


Setelah beberapa menit, sampailah oardi di rumah sang mertua.

"Asalamualaikum, pak...."

Ucap pardi.

"Waalaikumsalam..."

"Ada apa di, malam malam kok datang kesini, kamu kayak nya buru buru?"

"Anu pak...."

"Jinan..."

"Iya, jinan kenapa?"

Tanya mbah darmo.

"Jinan seperti nya kena sawan pak."

Ucap pardi kepada mertua nya.

Mbah darmo terdiam sejenak,

"Kamu tadi mancing belut di mana?"

Ucap mbah darmo.

"Lho, kok bapak tau kalau tadi aku mancing belut?"

Tanya pardi keheranan.

"Wis to, kamu tadi mancing di mana?"

Tanya mbah darmo sekali lagi kepada menantu nya.

"Mancing di....."

"Tadi aku mancing belut sama supri di tepi desa pak, dekat punden."

Jawab pardi dengan terbata bata.

"Nah, itu...."

Kata mbah darmo

"Teman mu juga mengalami nya sendiri, masih untung dia bisa kembali."

Ucap mbah darmo.

Supri masih menelaah ucapan mertua nya,

"Ayo kita ke rumah mu sekarang juga, kasihan kenang (panggilan untuk anak laki laki)"

Ajak mbah darmo.

"Iya pak,"

Kata pardi.

"Ndhuk, Rani di sini saja ya sama mbah uti."

Ucap mbah darmo kepada rani,

Anak sulung pardi mengangguk.

"Mbah....."

"Mbah uti ..."

Mbah darmo berteriak memangil istri nya,

"Iya mbah...."

"Kenapa?"


"Eeee ada Pardi sama rani to."

Ucap mbah uti.

"Iya buk,"

Jawab pardi singkat.

"Mbah uti, tolong temenin rani di sini dulu. Adik nya sedang dalam bahaya...."

Ucap mbah darmo kepada mbah uti.

"Kenang kenapa pak?"

Tanya mbah uti dengan rasa penasaran.

"Nanti aku cerita in, aku mau melihat nya dulu."

"Ya sudah, hati hati lho nak pardi, mbah..."

Ucap mbah uti.

"Nggih buk, saya pamit dulu."

Ucap pardi, lalu bergegas kembali ke rumah bersama mertuanya.

Sesampai nya di rumah, mbah darmo masuk ke kamar.

"Astagfirullah...."

"Siapa kamu, keluar dari tubuh jabang bayi cucu ku...."

Teriak mbah darmo sambil melotot ke arah cucu nya.


"Pak, jinan kenapa ini...."

Ucap sri kepada bapak nya.


"Kamu tenang dulu ndhuk, anak mu ini kena sawan, di tempeli sama mahluk yang nggak baik dari dekat punden sana."

Ucap mbah darmo.

"Dia mau mencari anak nya, kata nya tadi di tangkap sama suami mu pardi."

Ucap mbah darmo yang sedang berinteraksi, beliau seperti nya sedang mengobrol dengan sosok yang ada di dalam tubuh jinan.

"Di, kau kemanakan belut putih yang tadi kena pancing mu?"

Tanya mbah darmo kepada pardi.

"Belut nya di bawa pulang sama supri pak."

Jawab pardi kepada mertua nya.

"Cepat ambil dan bawa kesini, mudah mudahan teman mu itu tidak membunuh nya."

Kata mbah darmo.

"Iya pak, biar saja ambil di rumah supri."

Kata pardi lalu bergegas pergi menuju rumah Kawan mancing nya.

"Pri.... Supri...."

"Tok tok tok...."

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam,

Apa supri sudah tidur ya, gumam pardi lantaran ketukan pintu nya tak mendaptkan respon.


"Ckleeekkkk....."

"Lampu ruang tamu supri menyala."

"Iya, sebentar...."

Sahut suara supri dari dalam.

Supri membukakan pintu, ia keluar bersama istri nya.

"Kok lama sekali buka in pintu nya pri?"

Tanya pardi.

"Kami takut kang...."

"Takut???

"Takut kenapa pri?"

Tanya pardi.

"Sejak tadi, di ruang tamu terdengar suara tangisan anak kecil."

"Pulang....."


"Pulang...."

Begitu suara nya,

"Air di akuariaum juga terguncang dan muncrat kemana mana, tuh liat aja sendiri...."

Ucap supri menunjukan lantai ruang tamu nya yang basah karena cipratan air akuarium.

"Belut putih pri...."

"Ini semua ulah nya."

 Kata Pardi.


"Apa????"


Bersambung-
Araka
aan1984
belajararif
belajararif dan 20 lainnya memberi reputasi
21
Tutup