tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basišŸ˜
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#20
Part 4
Cahaya matahari pagi sudah mulai tampak dari ufuk barat,

Kang pardi sedang berada di belakang rumah, mengurus ayam bangkok kesayangan nya yang baru saja ia beri makan.

Sri sedang sibuk berada di dapur, memasak air menggunakan kompor sumbu berbahan bakar minyak tanah. Selain untuk menyeduh kopi, jinan kecil juga perlu air hangat untuk mandi nya.

"Ini pak kopi nya....."

Sri membawa secangkir kopi hitam dan mengantarnya ke belakang rumah untuk sang suami.

"Iya Buk, taruh saja di situ..."

Ucap pardi kepada istri nya sambil sibuk memilih seutas senar kenur yang akan ia pakai sebagai alat untuk ngurek/ memancing belut.

"Bapakkkk....."

Teriak gadis kecil berusia sekitar 6 tahun an bernama Rani, anak pertama Pardi dan Sri sekaligus kakak sulung dari Jinan.

Rani baru bangun tidur dan berlari menuju ke belakang rumah untuk mencari bapak dan ibu nya.

"Eeehhhh awas cah ayu, jangan dekat dekat...."

Sergah Pardi sambil mencegat anak sulung nya yang berniat hendak menerjang dan memelukĀ  di pangkuan bapak nya lantatan pardu sedang memegang mata kail dan di samping nya ada segelas kopi panas yang baru saja di letak kan oleh sang istri.

"Sini ndhuk, sama ibu...."

"Kita bangunin adik mu, sekalian mandi."

Ajak sri kepada Rani bermaksud untuk menjauhkan anak nya dari Pardi yang sedang bersiap siap pergi memancing.


"Bapak hari ini mau pergi memancing ya?"

"Sama siapa pak...."

Tanya sri kepada pardi sambil menggandeng anak perempuan nya.

"Iya buk, bapak mau pergi mancing belut sama Supri mumpung kerja nya libur."

Jawab Pardi yang sudah selesai mempersiapkan semua peralatan memancing nya.

"Mau mancing di mana pak, jangan jauh jauh lho...."

Sri paham betul kalau sang suami memang gemar memancing, terlebih lagi sudah 9 bulan lebih pardi berhenti dengan kegiatan melatih kesabaran tersebut lantaran Sri yang saat itu hamil.Ā 

"Ndak jauh kok buk mancing nya, cuma di pinggiran desa sana lho dekat punden."

Kata Pardi sambil menenteng tas kantong berkat yang ia dapat saat acara khajatan di rumah tetangga berisi kotak pancing dan senar tanpa membawa joran karena hari itu rencana nya pardi akan mancing ngurek belut.

"Kok di sana sih pak mancing nya, apa nggak ada tempat lain...."

"Daerah itu kan terkenal wingit."

Ucap sri dengan nada cemas setelah mendengar kalau suami nya akan memancing di dekat punden.

"InshaaAllah ndak apa apa kok buk, bapak kan nggak ada niat aneh aneh di sana. Cuma mau mancing sama supri."

Kata pardi, dia paham betul perasaan takut istri nya. Terlebih dia saat itu sedang punya anak bayi.

"Ini pak minum nya, hati hati ya pak nanti di sana. Jangan lupa permisi dulu kalau mau mancing.

Kata sri seraya menyodorkan botol mineral berukuran 1,5 liter yang ia isi ulang di dapur kepada suami nya.

"Tit, titttt...."

Terdengar suara klakson motor yang berhentu didepan rumah pardi,

"Kang, sudah siap belum?"

"Ayo berangkat sekarang...."

Teriak supri kepada pardi.

"Aku berangkar dulu ya buk, sudah di jemput supri di depan..."

Pardi berpamitan kepada istri nya dan berjalan ke depan rumah melalui samping.

"Sudah beres semua pri, kamu sudah dapat cacing nya?"

Tanya kang pardi kepada supri.

"Sudah kang, dapat cacing banyak nih cukup lah sampai sore buat mancing berdua."

Kata Supri sambil menunjukkan plastik hitam berisi cacing yang ia gantung di motor nya.

"Mantap....."

"Nyari cacing di mana kamu sup tadi?"

Tanya kang pardi lagi sambil naik ke motor grand pacul milik supri dan duduk di belakang nya.

"Disana lho kang, belakang kandang sapi nya kaji Kaspan. Banyak banget cacing nya...."

Jawab supri kepada pardi sambil mengengkel motor nya, rupa nya di mencari cacing di belakang kandang milik juragan ternak bernama kaji kaspan.

Mereka berdua berangkat melalui gang sempit menuju ke arah tepi desa, spot memancing belut yang berada di dekat punden.

"Motor mu parkir in saja di bawah pohon waru pri, seperti nya di sana teduh..."

Kata pardi yang menunjuk ke rerimbunan pohon waru, persis di dekat area punden. Sebuah bangunan rumah kecil berisi dua makam leluhur desa yang usia nya sudah lama.

"Iya kang, di persawahan itu tuh kemarin aku lihat ada banyak lubang yang kemungkinan berisi belut belut monster."

Ucap supri dengan semangat.

Setelah memarkir motor, mereka berdua langsung bergegas menuju tepi sebuah sawah yang tergenang air, sebuah sawah yang tak produktif lantaran ketika musim penghujan tiba, area tersebut pasti tergenang air dan mustahil untuk di garap dan di tanami padi.

Pardi dan Supri mempersiapkan kenur mereka masing masing lalu memasang cacing di mata kail nya.

"Cklek,clekkk,clekkkk...."

Suara permukaan air yang di sentil oleh pardi, tepat di atas sebuah lubang.

Cara tersebut buasa di lakukan untuk mendeteksi keberadaan belut di dalam nya, ketika permukaan air di sentil dan keluar beberapa gelembung di dalam lubang, kemungkinan besar di dalam nya ada belut.

Walau pun terkadang isi nya adalah ketam atau ular sawah sih.

"Wah, ada sinyal belut di lubang ini kayak nya pri..."

Kata pardi saat melihat ada gelembung yang keluar dari lubang tersebut,

Di samping pardi, supri juga melakukan hal yang sama. Mereka memancing berdekatan di area sebelah kanan punden.

Aktifitas ngurek pun di mulai, mereka berdua tampak sibuk dengan kegiatan memancing nya tanpa saling bicara.

Kenur kang pardi bereaksi, ada tarikan dari dalam lubang.

Tangan Kang pardi langsung menarik kenur,Ā 

"Dapat pri, aku dapat....."

Pekik pardi kepada supri sambil menahan senar di tangan nya yang tertarik kuat, adegan tarik menarik tak berlangsung lama.

Seekor belut berukuran sebesar ibu jari berhasil di takhlukan oleh kang pardi.

"Tangkapan pertama pri...."

Ucap kang pardi kepada supri yang masih fokus ngurek di sebuah lubang.

"Lumayan besar tuh kang...."

Celetuk supri sambil melirik ke arah pardi yang sedang melepas kail di mulut belut.

Hari itu nasib pardi sedang bagus, belum ada setengah hari, blung/ tempat belut nya sudah terisi banyak belut.

Begitu juga dengan supri, meski tertinggal beberapa ekor dari pardi. Akhir nya supri mendapatka. Lumayan banyak belut yang rata rata berukuran monster setelah dia berpindah posisi agak menjauh dari kang pardi.

Matahari akan segera naik sepenggalan, dari jauh lamat lamat terdengar suara lantunan orang mengaji dari masjid di kampung, daerah itu memang lumayan jauh dari perkampungan.

Mereka berdua tetap saja asik ngurek di tepi sawah dengan posisi yang agak berjauhan.

"Mas....."

"Sudah mau dzuhur, waktu nya jumatan...."

"Mancing nya berhenti dulu."

Supri terkejut mendengar suara kakek kakek yang berasal dari arah belakang.

Dia menoleh nya, tidak menghadap ke belakang namun hanya leher nya yang memutar sekitar 90 derajat ke belakang.

Supri melihat kakek kakek berpakaian putih ysng berdiri persis di belakang nya sambil memegang tongkat, wajah nya tak terlalu jelas tersamar oleh terik matahari.

Paling dia adalah warga dari kampung sebelah yang hendak jumatan ke masjid, batin nya.

Hari itu memang pas hari jumat.

"Iya mbah....."

"Monggo sampeyan duluan saja."

Ucap supri sambil melanjutkan ngurek tanpa melihat kakek tersebut, tak ada rasa curiga sedikit pun di pikiran nya karena saking banyak nya intensitas umpan pancing nya di gondol belut.

Sesaat kemudian, supri menoleh ke arah belakang. Dia terkejut lantaran kakek kaket yang berdiri di belakang nya sudah menghilang.

Hari semakin siang, pardi dan supri sampai lupa waktu dan tidak menunaikan sholat jumat karena keasikan memancing.

Posisi mereka berdua semakin terpisah jauh,

Supri terus saja ngurek lubang belut dan bertubu tubi mendapatkan sambaran, aneh nya

Lubang belut di tepi sawah seakan berjajar menggiring nya semakin menjauh dari posisi pardi.

Angin seolah berhenti berhembus, kali ini kailĀ  supri tak kunjung mendapatkan sambaran. Cukup lama dia ngurek dari satu lubang ke lubang lain nya.

Nampak nya wajah supri mulai frustasi,

"Sialan, kemana belut nya ya..."

Gumam nya yang sedang sendirian.

"Di sini nggak ada belut mas...."

Tiba tiba terdengar suara laki laki dewasa dari samping supri.

Bapak bapak berperawakan tinggi mengenakan baju dan celana berukuran cingkrang sebatas satu jengkal di atas mata kaki berwarna serba hitam, beliau juga mengenakan caping di kepala.

"Tapi tadi di sini banyak sambaran nya kok pak."

Tukas supri kepada bapak bapak tersebut tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun.

"Saya paham betul daerah ini, kalau kamu mau dapat belut banyak, ayo ikuti aku. Akan ku tunjukan lokasi yang bagus."

Kata bapak tersebut kepada supri.

"Bapak juga suka nyari belut di sini ya?"

"Kok tau lokasi yang bagus dan banyak belut."

Tanya supri kepada beliau,

Bapak tersebut hanya tersenyum di balik caping nya dan mulai berjalan.

"Ikuti saja aku..."

Kata nya sambil berjalan ke arah depan,

Kaki nya mulai menapak masuk ke dalam area persawahan yang tergenang air sebatas lutut.

Lho, kok malah masuk ke sawah, nggak lewat tepian yang permukaaan tanah nya kering, batin supri.

Meski begitu, dia tak menghiraukan nya dan mulai mengikuti bapak tersebut, kaki supri masuk ke dalam sawah.

Benar saja, kaki supri tergenang oleh air dan lumpur sampai sebatas lutut.

Supri sempat melepas sandal japit nya karena tau kalau sawah tersebut cukup dalam lumpur nya.

Beberapa meter berjalan menembus area sawah yang basah berlumpur, baru lah supri memperhatikan kaki bapak bapak tersebut ysng berjalan di depan nya.

"Lho, kaki beliau kok masih kering dan bersih tanpa basah dan terkena lumpur sama sekali..."

Batin supri yang berjalan di belakang nya sambil menenteng kenur dan blung berisi belut yang sudah ia dapatkan.

Mulai detik itu logika supri seperti nya mulai aktif kembali.

Dia membandingkan kaki bapak bapak tersebut dengan dua kaki nya yang sudah terbenam oleh air dan lumpur, supri mengikuti nya dengan susah payah karena langkah nya terhambat air dan lumpur.

Sedang kan bapak tersebut bisa berjalan dengan santai nya seperti sedang melangkah di atas permukaan air yang menggenangi sawah yang di tumbuhi rumput ilalang di beberapa titik nya.

Seperti nya ada yang tak beres, ucap supri dalam hati.

Seolah mengetahui apa yang supri pikirkan, bapak bapak misterius tersebut tiba tiba berhenti melangkah dan menengok ke arah nya sambil tersenyum.

Bapak itu memang seperti mengambang di atas air....

Dalam sekejap supri tak menemukan beliau yang semula berdiri di depan nya,

Dia heran bercampur bingung.

Nafas nya tersengal dan mulai merasa kelelahan karena mengikuti orang tersebut, perasaan cuma beberpa menit berjalan tapi dia merasa kalau tubuh nya benar benar kehabisan tenaga,

Mata nya berkunang kunang, kepala nya pusing perlahan pandangan nya mulai kabur danĀ 

"Plekkkk....."

Supri tak sadar kan diri.


"Pri...."

"Bangun pri...."

Terdengar suara di telinga nya, perlahan kesadaran nya mulai merangsur kembali.

Supri melihat wajah pardi walau belum terlerlalu jelas karena pandangan nya masih kabur dan belum fokus.

"Syukur lah kamu sudah sadar pri...."

Ucap kang pardi dengan nada cemas dan khawatir.

Supri tersadar dengan keadaan terbaring di bawah pohon waru persis di sebelah motor nya yang terparkir sejak pagi.

Kaki nya belepotan lumpur dan celana nya basah kuyup.

"Kang, kok aku ada di sini...."

"Bapak bapak yang tadi kemana...."

Ucap supri kepada pardi, dia seperti nya masih shock.

"Bapak bapak yang mana pri, kita kan cuma berdua di sini...."

Sahut kang pardi.

"Kamu dari mana, bikin khawatir aku saja."

"Sejak siang tadi aku nyariin kamu kesana kemari, sampai mengelilingi area punden berkali kali juga nggak ketemu."

"Eeehhh, malah ketemu di sini tubuh mu dalam keadaan terbaring."

Ucap pardi panjang lebar kepada supri.

"Air kang...."

"Aku kehausan...."

Kata supri kepada pardi dengan suara lemah, seperti nya dia terkena dehidrasi.

Pardi menyodorkan botol air mineral di dalam tas nya kepada supri.

"Glekkk,glekkk,glekkk...."

Supri menenggak air di dalam botol dengan cepat sampai dagu dan lehernya basah lantaran air di dalam botol terlalu deras mengguyur mulut nya yang tampak mengering.

"Kok sudah sore kang, jam berapa ini?"

Tanya supri kepada pardi lantaran melihat langit dengab matahari yang sudah condong ke arah barat, hari mulai senja.

"Paling sekitar jam 5 sore ini pri..."

Jawab kang pardi.

"Hahhhhh, kok cepat banget. Perasaan tadi aku cuma pergi mengikuti bapak bapak ysng berjalan menuju ke tengah sawah cuma beberapa menit saja kok kang."

Kata supri dengan napas tersengal,

"Bapak bapak yang mana sih pri, sejak siang tadi aku nggak lihat siapa siapa di sini kok."

Kata pardi yang keheranan dengan sukap supri.

"Tadi siang tuh aku ketemu sama dua orang kang, di sana, yang pertama kakek kakek mengenakan pakaian serba putih, lalu tak berselang lama aku ketemu sama bapak bapak berpakaian serba hitam, dia mengajak ku ke tempat yang kata bya banyak belut di tengah sawah sana."

Kata supri sambil menunjuk ke arah tengah sawah di depan nya.

Ā Pardi semakin bingung mendengar cerita supri,Ā 

"Tadi siang aku lihat kamu di sana memang seperti sedang ngobrol sama seseorang, tapi ku lihat kamu itu sendirian lho pri."

"Kamu seperti orang gila yang sedang ngomong sendiri. Jadi ya aku biarkan saja..."

Kata kang pardi.

"Yo wis lah kang, nanti saja kita bahas di rumah. Sebentar lagi magrib ini."

"Ayo kita pulang saja...."

Ajak supri kepada pardi.

"Yo wis pri, sebentar ya...."

"Aku mau ambil kenur yang ku pasang di lubang tadi, sengaja aku tinggal pas aku nyari in kamu. Siapa tahu umpan ku di sambar."

Kata pardi.

"Kalau di sambar kan kenur nya pasti di tarik ke dalam kang."

Sahut supri ysng masih duduk terkulai lemas di atas rumput.

"Aman pri, kan kenur nya aku ikat ke rerumputan."

Ucap pardi sambil berjalan menuju kenur yang ia pasang.

Setelah sampai di tempat ia memasang kebur, pardi tampak kegirangan lantaran kenur yang ia pasang di lubang terlihat kencang tertarik ke dalam.

"Pri...."

"Umpan ku di sambar...."

Teriak nya kepada supri.

Dengan tergesa gesa dia menarik kenur tersebut, tak ada perlawanan sama sekali.

"Dapat...."

Ucap pardi

"Yaaah...."

"Kecil pri, belum putus kali tali pusar nya...."

Teriak pardi setelah mendapati tangkapan belut nya masuh berukuran bayi.

Supri melihat ke arah pardi,Ā 

"Lho, kok belut ini berbeda...."

"Warna nya putih...."

Gumam pardi.

Rupa nya supri melihat belut tersebut yang berwarna unik, dia berdiri dan berjalan mendekati pardi untuk melihat nya.

Pardi memegang belut berwarna putih yang cuma seukuran kelingking, dia hendak melepas kail yang menancap di mulut nya.

Ketika pardi melihat mulut belut tersebut, tiba tiba sekilas dia melihat wajah jinan, anak nya yang masih bayi nampak jelas saat dia hendak melepas mata kail.

Sontak saja dia kaget dan langsung melempar belut di tangan nya ke daratan, pardi benar benar shock, kenapa ada wajah anak ku...

Batin nya.


"Kamu kenapa kang, kok malah ketakutan gitu"

Tanya supri.

"Engg.... Enggak apa apa pri..."

Kata nya terbata bata.

Belut berukuran kecil itu mengeliat di tanah dengan mulut berdarah, terdengar suara adzan magrib dari kejauhan.

Supri mengambil belut itu,

"Bagus kang belut nya, warna nya putih..."

Kata supri.

"Sudah pri, lepas saja belut itu ke sawah lagi."

"Ayo pulang, sudah magrib ini."

Kata pardi.

"Jangan kang, aku bawa pulang saja belut nya."

"Mau aku pelihara di akuarium ysng ada di rumah."

Kata supri sambil memasukan belut tersebut ke dalam blung wadah ikan/belut.

Petang itu mereka akhir nya bergegas pulang ke rumah,

Setelah seharian mengalami hal di luar nalar, supri seperti nya sudah mulai membaik. Dia masih kuat membonceng pardi untuk pulang

Meskipun ada sebuah petaka baru yang sudah mereka bawa pulang dari memancing di daerah punden yang berada di tepi desa.

Bersambung-
Diubah oleh tetes.tinta 10-11-2022 14:39
Araka
aan1984
belajararif
belajararif dan 19 lainnya memberi reputasi
20
Tutup