tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#6
Part 2
Aku Kentis dan Jinan duduk di teras bersama Kang Pardi yang tak lain adalah bapak nya Jinan,
Kami mendengar dengan seksama kisah dari beliau mengenai Jinan semasa baru di lahirkan oelh Ibu nya.

"Oeeeekk, oeeekkk, oeeekkkk....."

Suara tangis bayi memecah keheningan sebuah lorong  rumah sakit.

"Wahhh, selamat ya Bu....."

"Anak pertama nya perempuan."

Kata seorang bidan sambil menggendong bayi perempuan yang masih berlumuran darah dan lendir dengan tali pusar yang baru saja di potong dan di jepit menggunakan jepitan tali pusar.

Sri masih terbaring tak berdaya di atas kasur dalam posisi bersiap siap untuk mengejan, anak kedua nya akan segera keluar menyusul sang anak perempuan.

Sri selalu rutin memeriksa kan kandungan nya setiap bulan selama trimester kehamilan, kesehatan dan tumbuh kembang janin nya selama di dalam perut selalu terpantau dengan baik, Dia sudah tau kalau dia mengandung anak kembar.

Setelah kembali mengalami kontraksi yang hebat, bu bidan langsung menyerahkan anak pertama Sri kepada perawat untuk segera di bersih kan.

Suara tangis nya masih menggema ke seluruh isi ruangan seolah memanggi manggil saudara kembar nya yang masih ada di dalam kandungan agar segera keluar.

Pardi sang suami menanti di luar, dia mondar mandir kesana kemari dengan raut muka cemas menanti kelahiran sang buah hati.

Mulut dan batin nya tak pernah berhenti mengucapkan lantunan doa terbaik supaya istri dan anak nya bisa lahir dengan selamat tanpa kurang satu apa pun.

Tak berapa lama keluar lah seorang bayi laki laki dari rahim Sri.Tak seperti bayi pertama, anak kedua Sri hanya terdiam dengan mata yang masih terpejam.

"Tidak ada reaksi Bu....."

"Bayi nya masih terdiam dan tak mau menangis." Kata seorang perawat yang membantu proses persalinan Sri.

"Coba baringkan di tangan lalu usap dan tepuk punggung nya perlahan sus....."

Kata sang bidan.

Suster itu melakukan instruksi dari bu bidan, beberapa kali punggung bayi itu di usap dan di tepuk tepuk namun masih tak ada reaksi.

Bu bidan memeriksa denyut jantung bayi kedua sri yang sepertinya semakin lemah dan menghilang.

Dari gejala nya, bu bidan bilang kalau bayi kedua milik sri dan pardi mengalami kelainan pada paru paru nya dan tidak terdeteksi sewaktu masih berada di dalam kandungan.

"Lewat Bu, denyut nadi nya sudah tidak ada...."

Kata suster.

Bu bidan menghela nafas dalam dalam, mendekati Sri yang masih terkulai lemas mendapatkan penanganan dari suster lain untuk menjahit bekas pembukaan sewaktu melahirkan.

"Mbak, yang sabar ya....."

"Salah satu anak mu tidak bisa bertahan karena mengalami kelainan pada paru paru nya, dia tidak bisa di selamatkan."

Ucap bidan tersebut kepada Sri sambil mengusap rambut nya yang basah terkena keringat.

"Ya Allah....."

"Anak ku......"

Teriak Sri, dia langsung shock setelah mendengar bahwa anak kedua nya tak terselamatkan.

Setelah semua penanganan selesai, pardi selaku suami dan bapak dari sri dan bayi nya di perbolehkan untuk masuk ke dalam.

Pardi menenangkan dan menguat kan perasaan istri nya yang masih terpukul dan sedih karena salah satu bayi nya tak selamat dan meninggal.

"Pak....."

"Anak kita pak......"

"Kenapa dia tidak bisa terselamatkan pak...."

Ucap sri dengan suara tangis yang memilukan, Pardi sang suami hanya bisa tertegun menahan tangis supaya terlihat tegar di hadapan dang istri.

"Buk, ikhlaskan saja anak kita pergi....."

"Setidak nya kita masih punya anak perempuan, Rani pasti senang karena dia punya adik perempuan...."

Kata Pardi mengingat anak sulung nya yang bernama Rani, anak pertama nya di titipkan di rumah sang kakek karena Pardi harus menunggu Sri di rumah sakit karena melahirkan.

Dua anak kembar mereka sudah di bersihkan, di mandi kan lalu di pakai kan popok dan baju bayi lalu di bedong dengan selimut supaya tetap hangat.

"Pak, anak nya sudah di mandi kan. Tadi kan belum sempat di Adzan kan....."

Ucap seorang perawat kepada pardi.

"Iya Sus, saya akan mengadzan kan kedua anak ku terlebih dahulu."

Ucap pardi kepada sang perawat.

Pardi masuk ke ruang bayi, kedua anak nya sudah ada di ranjang bayi bersebelahan.

Bayi perempuan Pardi tampak tertidur sambil sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri, lidah nya seperti mencari sesuatu.

Sepertinya sudah merasa kehausan dan memberikan kode untuk segera di susui oleh ibu nya.

Di sebelah nya, terbaring sorang bayi laki pardi yang tampak tenang dengan bibir nya ysng sudah membiru.

Pardi menyentuh pipi dan hidung nya yang imut, dia menaruh sstu tangan di telinga bersiap untuk mengumandangkan adzan di telinga bayi nya.

Bait demi bait kalimat adzan terlantun dari bubir nya, bibir seorang ayah yang sesekali gemetar dan tercekat saat melihat kedua anak nya yang baru saja terlahir di dunia.

Itu adalah fase paling mengharukan seorang laki laki yang baru saja mendapatk gelar baru berjuluk ayah.

Ketika suara adzan akan selesai, tiba tiba bayi laki laki Pardi yang di nyatakan sudah meninggal terbatuk dan mengeluarkan lendir dari dalam mulut nya, bayi itu menangis dan berteriak dengan kencang nya sampai wajah pucat nya berangsur memerah.

"Allah hu akbar......."

"Subbhanallah....."

"Alhamdulillah ......"

"Suster....."

"Anak ku hidup lagi, tolong sus....."

Pardi berteriak teriak meminta pertolongan.

Dia menangis dan berlari ke ruangan suster supaya cepat menangani anak laki laki nya.

pardi memeluk istri nya ketika bidan swdang memeriksa bayi nya yang baru saja selamat dari maut.

Kalimat rasa syukur tak henti henti nya terucap dari mulut mereka.

"Pak...."

"Bu....."

"Anak anda mungkin mendapatkan sebuah keajaiban, tuhan memberikan kesempatan kedua untuk nya."

"Padahal tadi saya benar benar yakin kalau jantung nya sudah tak berdetak, denyut nadi nya juga sudah tak ada."

"Maha besar Allah denga segala kuasa nya...."

Ucap bu bidan kepada kedua pasangan ini.

Sri menyusui bayi perempuan nya, sedangkan Pardi menunggu bayi laki laki nya yang masih mendapatkan perawatan intensif.

Sore itu mertua sri datang untuk mbesuk menantu dan cucu nya, sebut saja mbak Darmo dan Mbak uti.

Mereka datang bersama Rani anak pertama Pardi yang sejak pagi sudah merengek ingin melihat adik nya yang baru lahir,

"Yang lahir duluan yang mana di?"

Tanya mbah Darmo ketika melihat si kembar di dalam ruangan bayi bersama pardi, mbah uti menemani sri bersama dengan Rani.

"Yang lahir duluan yang perempuan Pak, yang laki laki lahir belakangan dan tadi sempat mengalami mati suri. Kata dokter, anak ku mengalami kelainan di paru paru nya."

Pardi menceritakan kejadian yang memimpa salah satu anak kembar mya kepada sang bapak.

"Alhamdulillah Di, gusti Allah sudah menunjuk kan kebesaran nya karena telah mengembalikan anak laki-laki yang selama ini kau idam idamkan."

"Nyawa kelewatan Anak mu ini Di...."

Ucap mbah Darmo dengan tatapan haru ke arah cucu laki laki nya.

"Anak yang pintar ku Le, baru lahir saja sudah mau mengalah, memberikan jalan dan membimbing adik mu keluar duluan."

"Dia adalah anak ke dua mu Di, dan bayi perempuan mu adalah anak ke tiga."

"Anak laki laki mu ini adalah "pancuran kapit sendang"

Mbah darmo menjelaskan istilah untuk ketiga cucu nya.

Pancuran kapit sendang adalah istilah dalam budaya jawa untuk seseorang yang memiliki tiga orang anak dengan runtutan anak pertama perempuan, anak kedua laki laki dan anak ketiga perempuan, dua anak perempuan mengapit seorang anak laki laki, biasanya mereka akan di ruwat supaya terjauh dari balak dan marabahaya.

Kebalikan nya adalah Sendang kapit pancuran, dimana dua anak laki laki mengapit saorang anak perempuan yang menjadi anak kedua di tengah tengah.

Setelah di nyatakan sehat, akhir nya Bidan memperbolehkan pardi untuk membawa pulang kedua anak kembar nya.

Dia menggelar acara tasyakuran Aqiqah sekaligus ruwatan untuk kedua anak nya.

Ada satu keyakinan lagi untuk anak yang terlahir kembar tidak identik, terlahir dengan jenis kelamin berbeda mwreka harus di rawat secara terpisah supaya setelah memasuki usia dewasa mereka tidak saling jatuh cinta dan terjebak dalam hubungan inses.

Jahangir Muhamad Jinan adalah nama yamg di sematkan untuk anak laki laki Pardi,

Dan Jihan Maryam uzzamani adalah nama anak perempuan nya.

Jinan dan Jihan adalah dua kaka beradik kembar yang terlahir dari orang tua bernama Sri dan Supardi.

Sri hanya lah seorang pedagang sayuran di pasar, sedangkan Pardi berprofesi sebagai tukang kayu.

Dua tahun berlalu, si kembar akhir nya sudah menajalani masa ASI eksklusif nya.

Mereka berdua di sapih,

Mbah darmo sudah mewanti wanti supaya mereka berdua segera di pisahkan cepat atau lambat.

Sebenar nya sri merasa keberatan terhadap saran dari sang mertua, Ibu mana sih yang mau terpisah dari buah hati nyang sudah ia kandung selama 9 bulan.

Namun berkat penjelasan dari mertua dan suami nya, akhir nya sri merelakan nya.

Di usia nya yag masih dua tahun, akhir nya Jihan harua berpisah dengan audara kembar nya Jinan.

Jihan di asuh kakak nya pardi yang tinggal dan menetap di daerah luar jawa, Pak dhe Parno

Begitulah Sri memanggil kakak ipar nya itu.

Kang Parno sudah lama tinggal di luar jawa karena pekerjaan nya, beliau menikah dengan orang sana.

Setelah berunding bersama keluarga besar, tiba lah hari di mana jihan di jemput oleh Pak de Parno.

Suasana haru menyelimuti keluarga ini, Rani yang sudah mulai mengerti hanya bisa menangis ketika salah satu adik kesayangan nya harus terpisah dari nya.

Sedangkan Jinan yang belum tau apa apa hanya bisa berceloteh di gendongan sang bapak.

Beberapa hari terpisah dari saudara kembar nya, malam itu tiba tiba tubuh Jinan mengalami demam tinggi sampai menggigil.

Semalaman menangis tak pernah berhenti, hal tersebut rupanya terjadi juga kepada Saudara kembar nya Jihan yang sudah berpisah bersama Pak de Parno.

Mereka seperti mempunyai semacam ikatan batin yang kuat sebagai sudara kembar meskipun di pisah kan oleh jarak yang jauh.
Diubah oleh tetes.tinta 08-11-2022 01:26
aan1984
pilotproject715
belajararif
belajararif dan 25 lainnya memberi reputasi
26
Tutup