tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Bersinggungan Dengan Mereka


Selamat malam para agan dan aganwati sekalian, ane Erwin tapi biasa di panggil Galih....

Kali ini ane hadir lagi dengan membawa sebuah kisah tentang pengalaman di luar nalar yang pernah di alami oleh orang orang di sekitar ku.

Ane akan menyuguhkan cerita mistis, jadi buat para agan sekalian yang suka dengan kisah kisah horror, rapatkan barisan.

Kalau memang kisah ane menarik, jangan lupa cendol nya.

Ane nggak pandai berbasa basi😁
Jadi harap di maklum in saja ya...

Silahkan duduk manis, dan selamat membaca...
Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 12-01-2024 18:08
lovearzfi
yusuffajar123
wir4w4n
wir4w4n dan 60 lainnya memberi reputasi
59
52.5K
1.9K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#2
Part 1
Jinan.....

Begitulah aku memanggil nya,
Dia adalah teman yang ku kenal ketika bekerja di sebuah PT yang bergerak di bidang kontruksi bersama Kentis.

Walau usia ku terpaut 5 tahun, namun kami sudah akrab seperti anak seumuran ketika ngumpul.

Jinan adalah laki laki berperawakan kurus dengan rambut ikal dan bersuara khas serak serak basah seperti penyanyi reggae tanah air Tony Q Rastafara, dia selalu batuk batuk karena memang sejak lahir ia mengalami kelaianan pada paru paru nya bahkan sempat mengalami mati suri.

"Warkop kok belum buka tis?"
Tanya ku pada kentis yang sedang duduk di atas motor nya di depan warkop mbok sri langganan kami.

"Tutup gal, paling mbok sri sedang tahlilan bersama ibu ibu jamiyah di mushola."
Kata kentis pada ku.

"Ow iya, inu kan malam jumat."

Kemungkinan besar warkop tutup, karena mbok sri memang biasanya tahlilan di mushola kalau malam jumat.

Aku duduk di bantaran tanggul yang kontur nya lebih tunggi dari jalan, sudah di cor dan di tempel dengan batu belah.

Terdengar lantunan suara mbah modin yang sedang melantunkan surat yasin melalui corong toa mushola.

"Tilulililulittttt...."
Hp kentis berdering menandakan ada panggilan masuk.

"Halo...."

"Ada apa nan?"

Ucap kentis ketika menerima telpon.

"Dari siapa?"
Tanya ku tanpa bersuara kepada kentis.

"Jinan."
Ucap kentis.

"Warkop buka nggak tis?"
Tanya jinan kepada kentis.

"Tutup bro, mbok sri ngaji di mushola."
Kata kentis.

"Ow...."

"Yo wis, sini ngopi di rumah ku aja."

"Di sini juga ada mbok sri kok...."
Kata jinan.

"Dasar anak kurang ajar...."
Kata kentis.

"Hehehehehe"
Jinan cengengesan.

kentis bilang begitu karena tau kalau Ibu jinan nama nya juga Sri.

Jinan memang sering ngopi di warkop yang berada di dekat rumah emak,

"Kamu di situ sama siapa tis?"

Tanya jinan kepada kentis.

"Aku sama galih nih..."
Jawab nya.

"Yo wis, ajak aja sekalian dia kesini biar rame"
Kata Jinan.

Kentis melihat ke arah ku, aku hanya mengernyitkan dahi karena belum tahu apa yang sedang mereka bicarakan melalui telepon.

"Ya sudah, sebentar lagi aku kesana sama Galih bro."

Ucapan terakhir kentis sebelum menutup telpon.

"Ada apa Tis, jinan kenapa?"

Tanya ku kepada kawan ku yang bertubuh minimalis, nama nya kentis. Dia memang anak nya kurus dan pendek, tapi mulut nya kalau ngomong ceplas ceplos dan suka misuh (ngomong kasar)

Dalam sehari tak terhitung berapa banyak dia misuh misuh, mulut nya seperti sudah benar benar khatam dengan diksi semacam Janc*k, as*, matamu pic*k dan masih banyak lagi yang lain nya.

"Ayo gal ikut...."
Ajak kentis kepada ku yang masih duduk di atas tepian tanggul.

"Mau kemana emang nya tis?"
Tanya ku pada nya.

"Ke rumah jinan lah, kita ngobrol sambil ngopi du rumah nya saja."

Ucap kentis sambil memasukan hp nya ke dalam saku, lalu menaikan resleting jaket bergambar garpu tala (jaket dari dealer Y*m*h* mataramsakti)

"Emang ada urusan apa tis, masalah kerjaan?"
Tanya ku.

"Sudah naik saja, ngobrol biasa kok."
Kata kentis.

Aku pun naik ke atas motor kentis, dia berada di depan memegang kemudi nya.

Kami bergegas menuju rumah jinan, kentis sudah pernah ke sana sebelum nya.
Rumah jinan berada di kampung sebelah, melewati jalanan pematang sawah.

Aku dan kentis membelah hamparan sawah dengan tanaman padi yang tampak hijau bagai permadani yang luas.

Setelah itu kami mulai memasuki perkampungan, melalui sebuah sekolah MTS dan masuk ke dalam sebuah gang sempit berukuran kurang dari dua meter, di depan gang terdapat sebuah pondok bambu yang terdapat papan bertuliskan pos ronda, tak lupa dua buah kentongan bambu tergantu g di dua sisi nya.

Jalanan menuju rumah jinan sangat lah sempit, motor tidak bisa berpapasan ketika melewati nya.

Rupanya rumah jinan berada di belakang sekolah MTS tadi.
Halaman depan nya terhalang oleh pagar tembok area madrasah,

Sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu jati, ku lihat jinan sudah ada di depan nya duduk di atas kursi anyaman rotan yang panjang.

Dia menyambut kami di sana, lalu mempersilahkan duduk dan masuk untuk membuatkan kopi dan teh karena aku memang tak suka ngopi.

Kami ngobrol ngalor ngidul membahas pekerjaan.

Waktu itu kami sedang menggarap andang di sebuah gudang tembakau yang menggunakan matrial siku besi.

Sebelah kanan rumah jinan adalah kamar mandi dengan sumur timba, kamar mandi di kampung memang biasanya berada di luar terpisah dengan bangunan utama.

Sebelah nya lagi adalah pengkolan jalan sempit yang sudah mentok oleh pekarangan rumah kosong tak berpenghuni, dan di ujung pengkolan terdapat sebuah punden atau makam leluhur.

Di sisi kiri rumah jinan juga tanah kosong, terdapat pohon mangga dan pohon pepaya di sana, persis di sebelah tembok madrasah.

Sejak duduk, aku merasa ada yang mengawasi kami dari balik tembok di bawah pohon mangga.

Aku tak menghiraukan nya karena ingat kalau malam itu adalah malam jumat. Mungkin mahluk dari alam sebelah sedang iseng, batin ku.
Tiba tiba aku merasa ingin buang air kecil.

Nan, aku kebelet pipis nih."

"Numpang ke kamar mandi ya."
Ucap ku pada jinan.

"Ow, itu gal kamar mandi nya di sana."
Ucap jinan sambil nemunjuk ke arah kamar mandi.

Aku pun langsung ke sana untuk buang hajat,

Setelah itu ketika aku keluar dari kamar mandi, saat pandangan ku tertuju ke arah pohon mangga. samar samar ku lihat ada siluet putih yang sedang mengintip dari balik tembok.

Wajah nya tak jelas dan di kepala nya terdapat tali yang terikat.

Mulustrasi


"Astagfirullah....."

Ucapku secara spontan,

Dalam sekejap mahluk itu langsung menghilang di balik tembok.

Aku pun berjalan ke arah dua teman ku yang masih berada di teras dengan perasaan sedikit panik dan takut,

"Mbah mbah....."

"kalau mau ngobrol mbok ndak usah ngintip ngintip gitu."

Ucap ku sambil berjalan ke depan rumah Jinan,

Kentis dan Jinan melihat ke arah ku, jinan tersenyum seperti sudah tau maksud ucapan ku, Jelas lah karena dia memang tinggal di situ sejak lahir.

Sedangkan kentis, wajah nya tampak datar.

"Kamu ngerasa melihat juga ya gal?"
Kata kentis.

Aku mengangguk,

"Itu tuh tis, di bawah pohon mangga. Sejak tadi ngintip kita mulu...."
Ucap ku.

"Berarti aku nggak salah lihat tadi, kayak di intip terus. Siapa sih nan itu?"
Tanya kentis kepada jinan.

"Dia adalah mahluk yang menunggu rumah kosong yang ada di selatan rumah ku itu lho tis."
Kata jinan sambil menunjuk ke arah uhung halan sempit depan rumah nya.

Sontak saja kami berdua terkejut, jinan mengatakan nya dengan santai tanpa ada rasa takut.

"Bentuk nya bungkusan (poc*ng) kan Nan?"
Celetuk ku.

Jinan mengangguk sebagai bentuk mengiyakan.

"Ini pada ngomongin apa...."

Ucap seorang bapak bapak berambut putih di penuhi uban sambil membalut tubuh nya menggunakan sarung, suara beliau mengagetkan kamu karena tiba tiba saja terdengar dari arah dalam, Kang Pardi....

Dia adalah bapak nya jinan,

"Inu lho pak, biasa......"

" dua teman ku ini kan tamu baru,
Mereka habis dapat salam perkenalan dari mbah nya."

Ucap jinan kepada bapak nya dengan bada santai seolah itu adalah hal yang sudah lumrah terjadi.

"Owalah, itu tah..."

"Sudah mas, nggak udah di rewes. Biarkan saja"

"Mahkuk itu memang suka usil kalau ada orang yang baru saja datang ke sini."

Ucap beliau yang sedang berdiri di depan pintu mengenakan kaos partai berwarna merah dan mulai menyalakan rokok kretek di tangan nya.

Jinan cerita kalau kejadian itu sudah sering di alami oleh teman teman nya ketika baru pertama kali main ke rumah nya.

Selain bekerja kontruksi, jinan juga bekerja menjadi petugas jaga malam di pos ronda dia juga bertugas keliling kampung untuk patroli sekaligus mengambil jimpitan di depan rumah para warga , dia mendapatkan upah bulanan karena warga merasa keberatan kalau harus jaga siskamling bergiliran tiap malam.

Sedangkan bapak nya, hanya seorang
Pekerja bangunan yang hobi sekali memancing, sama seperti jinan dan aku.

Malam itu adalah awal dimana aku mendaptkan cerita mengenai pengalaman mistis yang di alami oleh jinan dan bapak nya, kang pardi.

"Sosok itu kalau hendak menampakan diri, biasanya di awali dengan aroma anyir lalu lama kelamaan berubah menjadi aroma busuk."

"Lalu mulai lah timbul sebuah kukusan asap putih yang menggumpal dan lama lama membentuk wujud berupa pocong...."

Kata Kang Pardi.
Diubah oleh tetes.tinta 08-11-2022 01:25
pilotproject715
belajararif
kulipriok
kulipriok dan 29 lainnya memberi reputasi
30
Tutup