tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Ujung Tanggul Kali Gelis
Mulustrasi


Setelah sekian lama menjadi silent rider forum sfth.akhir nya ada sebuah keinginan untuk menulis. newbie,amatiran dan apalah namanya buat seorang pemula.yang penting coba aja dulu....

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga.
Seorang janda dengan tujuh anak nya.
Tokoh utama di sini bernama erwin,anak ke 6 dari tujuh bersaudara.
Sebuah kisah sederhana dari seorang anak laki laki yang sudah terlalu banyak memendam kisah pahit getirnya perjalanan hidup.
rumah sederhana di pinggiran sungai bernama kali gelis,adalah "tempat kami pulang".karena di sana ada seorang ibu yang begitu gigih dalam berjuang membesarkan anak anak nya menjadi pribadi yang kuat walaupun selalu di tempa bertubi tubi oleh keadaan hidup yang sulit.
Di sini lah awal kisah bermula.....

Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
bruno95
bulbuljauh
erman123
erman123 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
38.9K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#404
Last Part
"Emak kemana mbak?"

Tanya ku kepada mbak Ina yang baru saja selesai memandikan anak nya, Lia.

"Emak sedang berada di tempat catering Win, mulai memasak untuk acara salah resepsi di gedung besok."

Jawab mbak ina sambil menyisir rambut Lia yang wajah nya sudah di penuhi oleh bedak bayi nyaris menutupi seluruh wajah nya, si kecil yang sedang belajar berdandan sambil bercermin melalui kaca kecil berbentuk bulat bekas tempat bedak jaman dulu yang terdapat gambar payung di permukaan luar nya.


Aki tersenyum melihat tingkah keponakan ku ini,

Aku ingat dulu waktu kecil kalau mau menyisir rambut harus melihat pantulan dari air yang ada di ember atau bercermin melalui kaca jendela rumah tetangga karena dulu rumah kami 80% masih terbuat dari bilik bambu, sekedar cermin pun kami tak punya apa lagi kaca jendela.

"Emak sejak kapan mulai memasak mbak?"
Tanya ku lagi.

"Sehabis subuh tadi sudah berangkat win, kata nya sih hari ini nginep karena harus mempersiapkan 7 menu dan masing masing menu 500 porsi."
Kata mbak ina.

"Duhhh..."

"Emak kan baru saja pulih mbak, kalau kerja nya di forsir gitu apa nggak apa apa."
Ucap ku.

"Ya kamu kan tau sendiri, emak memang nggak bisa cuma diam di rumah dan berpangku tangan."

"Hari ini emak mau membuat bakso sebanyak 40 kg."

Kata mbak ina.

"40 kg...."

"Itu kan daging giling yang tidak sedikit mbak, kenapa nggak kang paiman saja yang membuat bakso nya."
Ucap ku sambil terkaget mendengar ucapan kakak ku.

Kang paiman adalah orang asli solo, dulu dia berjualan bakso keliling. Karena tim catering butuh personil maka emak berinisiatif mengajak nya untuk bergabung.

"Mbak susi nggak mau kalau proses nya di pegang oleh orang lain win, dia percaya sepenuhnya sama emak."
Kata mbak ina.

Mbak susi adalah pemilik utama catering tersebut, dia adalah anak pak dhe karno. Saudara yang memijat mas badar sewaktu kesetrum dan jatuh. Mbak susi adalah anak satu satu nya pak dhe, dia bekerja di sebuah rumah sakit di bagaian jantung. Jadi wajar kalau kebanyakan costumer nya adalah orang orang rumah sakit yang mengadakan hajatan.

Setelah berbincang sebentar dengan mbak ina, aku masuk ke dalam kamar emak. Tempat paling nyaman di seliruh dunia, menurut ku...

Sekilas ku lihat kamar mendiang mbak imah yang tampak masih rapi, sebuah kasur yang terbungkus seprei berwarnya oranye masih tampak bersih tanpa ada kusut du permukaan nya, ketika jenazah nya datang kami sempat
Meletak kan tubuh kakak ku yang terbujur kaku di sana selama semalam karena itu adalah permintaan terakhir nya, "pulang"

Sore itu suasana nya memang benar benar teduh, aku sempat terlelap sejenak di kamar emak. Karena aku masuk kerja pagi, jadi jam tiga aki sudah pulang. Tanpa mampir dulu ke rumah mertua aku langsung menuju rumah emak, sekalian menunggu istri ku pulang kerja dan menjemput nya.

"Rena masih kerja win?"
Ucap mbak ina yang duduk di ruang tamu sambil nonton tv, kamar emak yang terbuka membuat ku mendengar ucapan kakak ku.

"Masih mbak, selama masih fit. Aku sih nggak apa apa."
Ucap ku.

"Kehamilan nya sudah memasuki trimester kedua kan. Berarti sudahulai membesar perut nya."
Kata mbak ina.

"Iya mbak, besok malah mau ikut bersama tim pramusaji catering kok."
Ucap ku.

"Di jaga kesehatan nya, dua tahun lho kalian baru bisa mendapkan calon momongan."
Ucap mbak ina.

"Iya mbak...."

Kisah ini memang terjadi pasca meninggal nya mbak imah, saat itu istriku sedang hamil, Anak kami belum lahir.

"Suasana rumah sekarang sepi banget ya mbak, padahal dulu di sini ramai banget."
Ucap ku sambil bangun dari ranjang emak dan melihat suasana rumah emak.

"Iya win, sekarang yang di sini cuma ada emak dan feri, aku sendiri tiap malam sudah balik ke rumah sama lia dan ayah nya."
Ucap mbak ina.

Mbak ina sudah mempunyai rumah sendiri, dia tinggal cuma tetangga RT dengan rumah emak.
Feri juga sudah bekerja di sebuqh pabrik yang berada di daerah jepara.

"Sudah jam 4 sore mbak, aku mau jemput Rena sekalian langsung pulang."
Ucap ku kepada mbak ina sekalian pamitan.

"Kamu nggak makan dulu win, tadi aku masak sayur lodeh kok."
Kata mbak ina.

"Nggak lah mbak, makasih. Takut di tunggu in sama Rena."
Ucap ku.

Beberapa hari setelah emak sibuk di tempat catering, kesehatan beliau memang terganggu.

Emak rebahan di kamar, kening nya terasa panas ketika aku coba mengecek dengan mengentuh menggunakan tangan.

Mbak oliv juga susah nerada di sana sejak pagi, dia ijin tidak masuk kerja.

"Emak kenapa mbak?"
Tanya ku kepada mbak oliv.

"Seperti nya ini gejala infeksi win, lihat deh, bekas luka di kaki emak tampak memerah dan membengkak."
Kata mbak oliv sambil mengompres kening emak, beliai tampak meenggil dengan bibir yang sudah pucat.

Karena emak membuat bakso sampai larut malam dengan posisi kaki menekuk berjam jam, membuat bekas luka nya kaku. Terlebih malam itu hujan tak ada reda nya membuat keadaan dapur catering sedilit becek dan lembab.

Jadilah kondisi emak kembali bermasalah, setelah memanggil tetangga kami yang bekerja sebagai seorang perawat dan meminta nya untuk mengecek tensi dan kadar gula darah emak ysng sudah mencapai angka 300, sang perawat menyarankan kami untuk membawa emak ke rumah sakit.

Sebuah ambulance datang untuk membawa emak mendapatkan penanganan medis.

Saat itu istri ku sedang hamil, kami anak laki laki emak berjaga bergantian setiap malam. Aku dengan mas badar sedangkan feri bersama mas ilham. Mbak oliv dan mbak ina brgsntian menunggu emak ketika pagi sampai sore.

Seminggu lebih kondisi kaki emak tak kunjung membaik, malahan tulang kaki emak tampak menyembul ke atas.

Mbak oliv di minta menemui dokter spesialis dalam untuk membicarakan perihal kondisi kaki emak yang baru saja di rontgen.

Ternyata kaki emak mengalami infeksi, di tambah lagi kadar gula darah yang tinggi semakin memperparah kondisi beliau.

Dari hasil rontgen terlihat kalau persendian tulang telapak kaki emak sudah keropos tergerus oleh inveksi, tulang nya sudah terlepas dan persendian nya putus, itu lah yang menyebabkan tulang kaki nya menyembul ke atas.

"Mbak, kondisi tulang kaki ibu mu sudah tidak bisa di kembalikan seperti semula. Satu satu nya cara untuk menangani nya adalah di amputasi supaya inveksi nya tidak semakin menjalar."

Ucap seorang dokter laki laki ysng sudah berumur kepada mbak oliv,

Hari itu kami seperti kejatuhan bom atom, menghentak batin dan perasaan kami anak anak emak.

Mbak oliv masih merahasiakan perihal kondisi tersebut dari emak.

Kami berkumpul di depan ruangan emak, ada beberapa saudara kami di sana.

Kami bingung bagaimanaa cara menjelaskan nya kepada emak, kami takut kondisi emak ngedrop.setelah mendengar hasil pemeriksaan dari dokter terlebih lagi kaki emak harus di amputasi.

Setelah berembuk, kami sepakat untuk meminta Bulek Rus selaku adik emak untuk memberitahukan langsung kepada beliau. Kami menganggap bulek sebagai orang yang di tua kan dan paling tegar untukemberirahu kepada emak.

"Mbak...."

"Tadi aku sudah berembuk dengsn ke enam anak mu mengenai hasil pemeriksaan dokter dan langkah yang akan di ambil."
Ucap bulek dengan hati hati kepada emak.

"Iya Rus, gimana hasil nya?"
Kata emak dengan ekspresi wajah yang terlihat susah cerah dsn tak pucat pasi. Di tangan nya terdapat dua selang, cairan infus dan cairah darah, emak sudah menghabis kan 9 kantong darah tranfusi karena mengalami anemia.

Kami semua terdiam,

"Kondisi kaki mu sudah terinveksi parah mbak, tulang nya sudah terlepas dsri persendian dan harus di amputasi supaya tidak menjalar."
Ucap bulek rus kepada emak.

Emak terdiam, gurat senyum di wajah nya seketika lenyap. Mata nya mulai berkaca kaca,
Pasti hati dan pikiran nya sudah hancur mendenger ucapan bulek.

Kami anak anak nya hanya diam, bibir ku serasa tercekat tak dapat berkata kata melihat beliau.

"Apa tidak ada cara lain Rus, aku nggak mau kehilangan kaki ku."
Ucap emak dengan lirih sambil mnuang muka ke arah jendela.

"Tidak ada mbak, kata dokter itu adalah jalan satu satu nya supaya kondisiu membaik."
Ucap bulek.

"Kenapa Allah tidak langsung saja mengambil nyawa ku..."

Ucap emak,

"Makkkk, jangan berkata seperti itu."

"Kami masih membutuhkan mu..."
Ucap mas badar dan mbak oliv.

Mak...."

"Yang tabah, ini semua memang keputusan yaang berat"

"Tapi ini semua demi kebaikan dan kesehatan mu."

"Kalau pun kau kehilangan satu kaki mu, masih ada emak kaki anak anaku yang siap untuk menopang langkah mu"

Ucap ku sambil memengang tangan emak.

"Kami ingin emak kembali sehat seperti sedia kala, karena kami masih butuh wejangan mu dalam menjalani hidup."
Ucap ku lagi.

"Ya Allah...."

"Hamba ilhlas kalau memang ini jalan terbaik dari mu...."
Ucap emak dengan suara ysng terisak.

Bulek rus dan kami tak kuasa menahan tangis ri ruangan tersebut.

Setelah menanda tangani surat persetujuan penanganan, hari berikut nya emak harus berpuasa selama 12 jam terlebuih dahulu, faktor psikis karena pikiran membuat gula darah emak masih tinggi. Karena berpuasa akhir nya gula darah nya berangsur kembali normal,

Ba'da magrib emak di bawa masuk ke ruang operasi.

Kami berkumpul di depan ruangan menunggu beliau, lengkap bersama bulek dan kerabat dekat. Rena yang sedang hamil pun ikut menunggu emak, aku sebenar nya sudah menyarankan istri ku untuk menunggu di rumah saja tapi dia tstap bersikeras ikut.

Operasi berlangsung selama tiga jam, tampak lampu di atas pintu ruang operasi sudah di matikan.

"Cklekk...."

Pintu di buka oleh seseorang dari dalam.

"Proses operasi sudah selesai dan berjalan dengan lancar."
Ucap seorang perawat sambil memberikan bungkusan kresek hitam berisi potongan kaki emak, aku yang menerima nya.

Emak masih tak sadarkan diri karena efek dari suntikan anestesi saat di operasi.beliau terbaring di atas ranjang rumah sakit dan di dorong menuju kembali ke ruangan nya, kami mengikuti dari belakang.

Setelah beberapa menit, akhir nya emak mulai sadar.

"Kaki kiri ku sekarang kok enteng."
ucap nya sambil mengangkat nya ke atas dan tersenyum.

Suasana ruangan menjadi mencair setelah mendengar emak berkata seperti itu.

Perasaan cemas dan sedih dalam hati kami kalau kalau emak merasa kecewa dan sedih pun sirna seketika.



Kondisi emak pasca operasi

"Emak masih bisa berjalan kok, nanti kita ke solo untuk membuatkan kaki palsu."
Ucap mas badar sambil teesenyum.

"Syukurlah kalau kamu bisa legowo mbak..."
Ucap bulek rus sambil menitihkan air mata.

Setelah beberpa saat, aku pamitan bersama feri dan mas badar untuk pulang dan mengurus kaki emak yang sudah di amputasi, Rena masih di sana menunggu emak.

Malam itu kami langsung mengubur kaki emak di samping makam mbak imah dan makam bapak.

Setelah beberapa hari, Kondisi emak sudah memungkinkan untuk pulang.

Kami meminta perawat untuk datang mengganti dan merawat luka emak di bantu oleh mbak oliv yang sudah piawai menangani luka emak.

Mas badar dan mas wawan suami mbak ina berangkat ke solo, mereka membawa emak untuk membuatkan kaki palsu di sana.

Perlahan emak mulai berlatih supaya terbiasa mengunakan kaki palsu nya.

Rumah emak kembali ramai seperti dulu, tetangga juga banyak yang sering menengok beliau.

27 Juni 2018,

Itu adalah pekan kedua pasca kelahiran anak ku,
Hari itu di kota ku sedang ada pilkada untuk memilih bupati yang baru jadi seluruh kegiatan di liburkan.

Setelah menggunakan hak pilih di tempat mertua karena aku sudah pindah domisili, aku berniat pergi ke rumah emak.

Kata mas badar emak hendak mencoblos ke TPS, karena belum terbiasa jalan menggunakan kaki palsu kami berencana membawa emak ke TPS mengunakan kursi roda.

Baru saja aku sampai di depan rumah emak, ku lihat di dalam kamar emak. Tampak ada banyak orang di sana

Aku langsung panik dan berlari masuk,

"Emak kenapa mbak?"
Tanya ku kepada mbak oliv.

"Nggak tau win, tadi setelah ku bantu ke kamar mandi. Saat ganti pakaian tiba tiba tangan kanan emak lost power, tak bisa di gerak kan. Bibir sebelah kanan nya tampak melorot ke bawah, seperti nya emak terkena stroke...."
Ucap mbak oliv.

"Ya Allah, cobaan apa lagi yang engkau berikan kepada ibu kami..."
Bantin ku.

Ku lihat emak duduk di atas kasur sambil menangis tersedu, tapi tangis nya seperti tertahan. Suara nya tak terdengar, emak terkena stroke

Padahal baru saja beliau lancar berjalan dengan kaki palsu nya, kini kaki kanan yang masih utuh harus lpuh tak berdaya lantaran stroke yang ia derita.

Betapa terpukul nya perasaan emak saat itu.

Lagi lagi kami membawa beliau masuk ke rumah sakit, emak hanya menangis dan terus menangis, air mata nya tak berhenti mengalir.

Dia seperti sudah menyerah dengan keadaan nya, kami anak anak nya hanya bisa memberikan semangat kepada beliau.

Untuk yang ke sekian kali nya keteguhan hati kami kembali di uji oleh sang pencipta.

Tak hanya diabetes dan di amputasi emak juga harus mengalami stroke.

Walau begitu, emak akhir nya menemukan kembali semangat hidup nya karena kekompakan kami anak anak nya yang senantiasa bergantian menemani hari hari nya di rumah.

Aku setiap hari datang di sela sela pulang kerja, aku bertugas mengangkat beliau naik ke kursi roda dan keluar untuk berjemur di pagi hari kalau sedang shift siang,
Sesekali mengajak nya berkeliling kampung supaya beliau tidak jenuh.

"Ingat nggak mak, dulu waktu kecil pas aku sakit. Engkau menggendong ku di pundak, membawa ku ke puskesmas untuk berobat."

"Mungkin sekarang giliran anak mu ini yang seharus nya menggendong dan membawa mu melihat suasana sekitar rumah. Walau dengan menggunakan kursi roda, bukan menggendong.hehehe"

Ucap ku kepada emak.

"Makasih yo le, aku sebenar nya ingin sekali berlari dan berteriak sekencang kencang nya seperti saat masih sehat dulu. Emak sudah lelah....."

"Tapi sekarang emak sudah cukup senang karena bisa jalan jalan keliling kampung seperti ini kok."
Kata emak.

Kami bercengkrama dengan beberapa tetangga saat berpapasan di jalan.

Kekompakan dan ketegaran keluarga kami seringkali membuat kagum orang orang sekitar.

Agenda kami setiap hari minggu adalah kumpul di rumah emak, mas badar yang kerja di luar kota juga pasti setiap libur datang membawa keluarga nya, begitu pun dengan aku,mbak oliv dan mas ilham yang akhir nya tinggal di daerah purwodadi bersama istri dan anak nya.

Minggu pagi di rumah Emak,


Hari itu kami dalam formasi lengkap, berkumpul di rumah emak.
Bercanda dan mengobrol bersama di teras depan kami juga makan bersama di sana.

"Emak mau makan apa, mas badar tadi beli ikan gurami bakar. Emak mau?"
Ucap mbak oliv kepada emak ysng sedang duduk di kursi roda, bersebelahan dengan feri.

"Enggak, emak sudah capek ndhuk...."

"Win, tolong bawa emak masul ke dalam kamar. Mau istirahat."
Ucap emak kepada ku yang baru saja mengsmbil foto di atas.

"Iya mak, nggak makan dulu?"
Tanya ku.

"Nggak, nanti saja...."
Sahut beliau.

Aku langsung mendorong kursi emak masuk ke dalam, ada mas badar dan mas ilham yang sedsng asik tiduran di lantai sambil nonton tv.
Mereka membantu ku menarik kursi roda emak dan mengangkat beliau naik ke atas kasur.

"Istirahat saja mak, kalau mau apa apa panggil saja ya..."
Ucap ku.

Aku keluar lagi ke depan untuk makan bersama yang lain, baru beberapa menit mbak oliv masuk ke kamar emak untuk menemani beliau.

"Makkkk, emak kenapa...."
Teriak mbak oliv.

Kami yang mendengar suara teriakan nya langsung berhamburan masuk ke dalam.

Emak terbaring dengan tatapan mata kosong, tubuh nya terasa dingin. Perlahan mata nya mulai terpejam, emak tak sadarkan diri.

Tapi ku periksa denyut nadi nya masih ada.

"Mbak, jangan jangan kadar gula darah emak ngedrop."
Ucap ku, ini adalah kedua kali nya emak tak sadarkan diri,

Kalau kadar gula darah yang tinggi, efek nya sih nggak sampai seperti ini.

Sebelum nya emak memang pernah mengalami kadar gula rendah di angka hanya 6 saja dari kadar gula normal manusia yang biasanya 120.

Badan nya lemas karena tidak ada tenaga yang di hasilkan dari kadar glukosa.

"Tadi emak habis aku suntik insulin dan belum makan."
Ucap mbak oliv.

Waduh....

Aku langsung berlari ke dapur membuatkan teh dengsn gula sampai 5 sendok makan, ini bisa mengembalikan kadar gula emak supaya cepat pulih.

Dengan tergesa gesa aku berjalan masuk ke kamar,

"Mas, tolong dudukan emak, tahan punggung nya..."
Ucap ku kepada mas badar.

Mas badar dsn feri mendudukan posisi emak yang semula terbaring.
Mata nya masih terpejam,
Mbak oliv dan ysng lain memanggil manggil untuk mebyadarkan emak.

"Maakkkk, bangun mak....."

Kata nya sambil mengusap telapak tangan emak yang terasa dingin.

Perlahan ku suap kan teh manis tersebut ke mulut emak, bibir nya belepotan tapi perlahan bisa masuk ke dalam tenggorokan.

"Uhukkkkk....."
Emak batuk karena tersedak.

"Alhamdulillah...."

"Aku kenapa le...."
Ucap emak yang kesadaran nya perlahan mulai kembali.

"Nggak apa apa mak, tadi emak tak sadar karena gula darah nya ngedrop."
Ucap ku sambil menyuapkan teh kepada beliau.

Aku meminta emak menghabiskan nya supaya segera pulih.

"Kenapa tadi kamu tolong enak win. Sepertinya memang sudah waktu nya kok...."
Ucao emak dengan suara lemas.

"Jangan ngomong gitu mak, emak nggak pengen lihat cucu cucu mu tumbuh besar."
Ucap mbak ina, kami benar benar panik dan cemas di buat nya.

Kami harus ekstra menjaga beliau, jangan sampai terlena. Karena akibat nya bisa fatal.

Awal 2020 indinonesia dan seluruh dunua sedang di landa pandemi virus covid 19,

Kami benar benar ketar ketir karena tskit kalau emak sampai terpapar,

Awal nya aku dsn mas badar terpapar dan melakukan isoman selama dua minggu tak bisa berkunjung ke rumah emak, lalu mbak oliv, mbak ina dan mas ilham. Adik ku feri juga kena.
Tapi alhamdulillah bisa sembuh.

14 Juni 2021,

Pagi itu aku berada di rumah emak, sedang mempersiapkan joran untuk memnacing, aku juga sempat mengobrol dengan emak di kamar.

"Ambilkan obat ku dong le..."
Ucap emak kepada ku.

Aku mebgambilkan kotak obat beliau dan mengabilkan nya minum.

"Emak nggak enak badan?"
Tanya ku.

"Nggak tau win, badan ku ngilu semua rasa nya."
Ucap beliau.

Sesekali emak juga bersin bersin,
Tenggorokan nya terdengar serak.

Malam nya, kami berkumpul di sana. Formasi lengkap juga

"Le...."

Panggil emak pada ku, mas badar juga ikut masuk ke dalam kamar.

"Kenapa mak?"
Tanya ku.

"Emak pengen makan mie tek tek kang kusnadi yang ada di dekat lampu merah itu lho..."
Kata emak.

"Iya mbak, biar aku beli in."
Jawab ku.

"Nih win, beli mie tek tek sama nasi goreng sepuluh porsi. Kita makan bersama."
Kata mas badar sambilemberikan dua lembar uang kepada ku.

Aku pergi membelikan oermintsan emak,
Setelah kembali, emak hanya memakan nya beberapa suap dan memberikan nya pada ku.

"Habiskan le, emak sudah kenyang"
Kata nya.

Aku pun menghabiskan nya.

Beberpa hari setelah itu, kondisi emak semakin tidak baik, napas nya terasa sesak, setiap batuk seperti tak bisa mengeluarkan dahak.
Diubah oleh tetes.tinta 03-11-2022 01:24
kyo_shiro_hu
pulaukapok
suryaassyauqie
suryaassyauqie dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup