nitadanieAvatar border
TS
nitadanie
10 Mantanku
Quote:



 

  Bagian 1

            Hanya waktu yang dapat menyembuhkan luka di hati. Waktu, dapat menghilangkan duka mandalam. Waktu juga dapat membuat seseorang lupa dengan kenangan.  Namun ada satu hal yang tidak dapat dilakukan oleh waktu, yaitu menghapus perasaan bersalah. Perasaan yang akan selalu bersemayam di hati seseorang, bahkan mungkin tidak dapat hilang selamanya. Bahkan jika sudah termaafkanpun rasa bersalah akan tetap ada. Lalu apa yang harus dilakukan? Entahlah!! Mungkin hanya melanjutkan hidup dengan membawanya terus menerus.
***
                Saat itu tahun 2012, usiaku 18 tahun, setahun lebih muda darinya.

                 Begitu singkat rasa kasmaran dihatiku. Rasa yang ku kira akan bertahan cukup lama harus lenyap hanya dalam waktu beberapa minggu. Aku hanya bisa diam dan melepas semuanya. Tak ada yang harus dipaksakan, jika memang dia ingin memutuskan hubungan denganku. Toh bukan satu atau dua kali aku ditinggalkan.
       
                Beberapa jam sebelumnya tak ada yang aneh. Aku masih menghubunginya seperti biasa. Bahkan aku sempat bersiap-siap merias diri Ketika dia bilang akan menemuiku. Hatiku masih berbunga-bunga kala itu karena akan bertemu dengan orang yang setiap menit ku rindukan. Namun semua seperti mimpi. Ku berharap manis ternyata getir yang ku terima. Kami putus. Dia bilang bahwa dia masih mencintai mantan kekasihnya.

                Apapun yang menjadi alasan tak lantas membuatku jadi membencinya. Tak mudah menghapus rasa yang sedang mekar semerbak dalam waktu yang singkat . Aku masih berharap untuk bertemu dengannya meski hanya sebagai teman. Aku tidak mau sebuah perkenalan yang di awali dengan pertemanan harus berubah menjadi orang yang saling acuh karena sakitnya cinta. Dia pun pulang, ku lihat punggungnya perlahan menjauh dan mengilang dalam gelap malam.

               Malam itu aku merenung melihat Kembali Hatiku yang sedang patah.  Pantaskah aku menerima ini? Aku tahu dia berbohong.  Namun aku juga tidak bisa memaksanya untuk jujur. Sedari awal menjalin hubungan aku sudah tau hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Karena aku berhubungan dengan adik dari mantan kekasihku. Tapi mengapa hal ini terjadi Ketika aku belum siap untuk kehilangan. Satu hal yang aku percaya bahwa sebenarnya dia tidak pernah menghianatiku.

               Teman-temanku mungkin menganggap aku tak berperasaan. Aku menerima cinta dari orang yang saudaranya pernah menjadi kekasihku. Namun aku bisa apa, cinta mengalir begitu saja. Dan ku mantapkan hatiku untuk berani menerimanya.

                Saat dia menyatakan perasaanya, Ku kira dia sudah tahu masa laluku dan tulus menerimaku. Aku juga beranggapan bahwa dia sudah tahu konsekuensi yang akan kami hadapi kedepannya. Ternyata aku salah. Aku terlalu gegabah untuk mencintai seseorang tanpa tahu apa-apa. Tapi semua sudah terlanjur. Malam itu berlalu dengan duka dan penyesalan.  

                 Esok harinya ku jalani seperti biasa. Aktifitasku tetap berjalan. Aku masih selalu datang setiap sore ke tempat tongkrongan teman-temanku. Aku bahkan masih bertemu denganya dan bercanda di tengah gurauan teman-temanku yang lain. Dia masih memainkan gitarnya diiringi suaraku yang masih saja sumbang.  Tak ada yang berubah diantara keseharian kami. kecuali suasana hatiku. Meski hatiku sedang sakit, aku masih berharap bertemu denganya. Aku ingin melupakanya secara perlahan. Aku tidak mau menghindari apapun.
Namun…

                 Tenyata berusaha kuat lebih menyakitkan dibanding harus mengakui bahwa hatiku sedang tidak baik-baik saja. Begitu sesak setiap bertemu denganya. Begitu sesak Ketika aku tersadar bahwa tidak ada lagi yang special di antara kami berdua. Begitu sesak menerima bahwa hubungan kami Kembali menjadi sebuah pertemanan yang bahkan menjadi canggung.
                
                   Hari-hari terus berlalu. Belum selesai aku menata hatiku, perasaanku Kembali terkoyak Ketika dia menjalin hubungan dengan salah satu temanku. “Apa-apaan ini?” ujarku di dalam hati. Ingin ku membencinya, namun apa guna. Semua sudah terjadi. Dia berhak melakukan apapun karena dia sudah bukan milikku. Dalam sebuah kesempatan, Ku ambil beberapa foto Ketika dia sedang bersama kekasih barunya. Ku simpan sebagai pengingat bahwa aku tak boleh lagi memiliki perasaan kepadanya.
 
                ***
                Disuatu malam, dia dan kekasihnya mendatangiku. Dia bertanya tentang foto yang pernah ku ambil. Mengapa ada foto itu di ponsel Nuri (salah satu mantan kekasihnya yang lain). lalu Ku bilang aku tidak tahu. “Mungkin salah satu temanku mengambilnya tanpa sepengetahuanku dan menyerahkanya pada Nuri” kataku.
 
               Aku benar-benar tidak tahu jika foto itu akan menyebabkan sebuah kekacauan diantara mereka.  Lagi pula di foto itu juga ada teman-teman yang lain bukan hanya mereka berdua. Apa mungkin dia juga masih berhubungan dengan Nuri, Sehingga terjadi  kesalah pahaman diantara mereka? Hatiku bertanya-tanya. Siapa yang seharusnya marah? Siapa yang menjadi korban disini?  Entahlah, semua begitu rumit. Yang jelas malam itu aku seperti sedang di serang. Bahkan lebih sakit dibandingkan Ketika dia memutus hubungan denganku.  Hatiku yang belum pulih kembali terluka olehnya.  Tak ada tangis malam itu, aku bertahan. Esoknya ku berikan boneka pink pemberian darinya kepada seorang anak kecil. Ku putuskan membuang jauh puing-puing perasaanku yang tersisa untukya. “Tekadku sudah bulat”
 
bersambung...

lanjut disini
Diubah oleh nitadanie 18-11-2022 13:17
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
1
526
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
penthouse.3Avatar border
penthouse.3
#2
5 cowo
5 cewe

emoticon-Ngakak
nitadanie
nitadanie memberi reputasi
1
Tutup