tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Ujung Tanggul Kali Gelis
Mulustrasi


Setelah sekian lama menjadi silent rider forum sfth.akhir nya ada sebuah keinginan untuk menulis. newbie,amatiran dan apalah namanya buat seorang pemula.yang penting coba aja dulu....

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga.
Seorang janda dengan tujuh anak nya.
Tokoh utama di sini bernama erwin,anak ke 6 dari tujuh bersaudara.
Sebuah kisah sederhana dari seorang anak laki laki yang sudah terlalu banyak memendam kisah pahit getirnya perjalanan hidup.
rumah sederhana di pinggiran sungai bernama kali gelis,adalah "tempat kami pulang".karena di sana ada seorang ibu yang begitu gigih dalam berjuang membesarkan anak anak nya menjadi pribadi yang kuat walaupun selalu di tempa bertubi tubi oleh keadaan hidup yang sulit.
Di sini lah awal kisah bermula.....

Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
bruno95
bulbuljauh
erman123
erman123 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
38.9K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#374
Part 142
Suasana di ruang tamu masih ramai karena dua tamu besar dari kantor pusat belum kembali.

Mereka masih asik berbincang santai dengan pak sugik dan rekan rekan, aku di ruang tengah dengan widya membahas perihal mimpi ku beberapa waktu yang lalu, sosok bernama mbah uti yang menemui di alam mimpi ternyata memang ada benang merah dengan Widya karena beliau ternyata adalah leluhur Widya dari garis ibu kandung nya.

Mengenai pantangan makan nasi kuning, widya juga tak tau apa penyebab nya. Kata widya, ibu nya juga nggak pernah makan nasi kuning.

Karena mulut ku terasa asam, aku menunggalkan widya menuju ke ruang belakang dekat dapur untuk sekedar merokok,
Berdiri di depan sebuah jendela berjeruji besi berwarna putih sambil melihat ke belakang di mana ada sebuah sumur tua di sana.

Sambil sesekali mengisap rokok, tiba tiba aku malah melamun dan berada dalam keadaan pikiran kosong.
Dari arah ekor mata tiba tiba terlihat jelas dua anak kecil bertelanjang dada sedang asik bersenda gurau, mereka terlihat seperti sedang melayang.

Siang bolong gini masa ada setan, batin ku.
Aku segera tersadar dan mengikuti dkedua bocah tadi yang masuk ke dalam dapur.

Widya mengikuti ku dari belakang karena hendak menaruh piring.

"Ngapain kamu gal, kok kayak terburu buru gitu...."
Kata widya yang berada di belakang ku namun tak ku hiraukan.

Benar saja, dua anak itu ternyata sedang asik bermain air di eastafel sambil cekikikan.

"Heeeehhh, ngapain kalian...."
Teriak ku secara spontan saat melihat dua anak tersebut dengan sedikit terkejut.

Dua anak itu terdiam sejenak dan melihat ke arah ki dengan tatapan kosong secara bersamaan.

Rupanya widya juga melihat nya, dia terlihat shock dan bersembunyi di balik punggung ku.

Bulu kuduk ku langsung meremang melihat dua anak tersebut yang terus saja melihat ke arah ku dengan wajah pucat pasi,

Lalu dua bocah ini menyeringai dan nyengir dengan polos nya.
Mereka jug seperti nya tak menyangka kalau aku dan widya bisa melihat mereka.

Anak anak ini berjalan (melayang) menembus tembok di atas wastafel dengan suara nya yang masih terdengar cekikikan dan menghilang.

Aku masih tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi, sedangkan widya masih bersembunyi di balik punggung ku, mata nya merem tak berani melihat ke arah wastafel.

"Wid...."

"Melek wid, mereka sudah hilang...."
Ucap ku pada nya.

"Beneran sudah nggak ada gal?"
Tanya widya dengan kedua mata yang masih terpejam

"Beneran, sudah nggak ada."
Ucap ku.

Widya membuka mata nya perlahan, tangan nya terlihat gemetar sambul memegang piring.

Kami saling menatap tanpa mengucap apa apa,

"Tunggu in dulu, aku mau nyuci piring sebentar gal...."
Kata widya pada ku.

"Iya, cepetan...."
Ucap ku.

Setelah itu aku dan widya cepat cepat pergi ke depan dengan rekan rekan, lek man melihat ke arah ku sambil tersenyum seperti mengetahui sesuatu.

Jam 2 siang para tamu berpitan untuk kembali ke kantor pusat, kami negantarkan nya ke depan.
Setelah itu kami lanjutkan dengan bersih bersih sisa sisa acara syukuran, Mbah kung yang biasanya datang malam hari itu beliau juga hadir untuk mengikuti tasyakuran.

Sore nya, aku berada di tanah kosong sebelah workshop, duduk di antara drum drum berisi oli.
Lek man menghampiri ku di sana, ada mbah kung juga. beliau sedang mentapu di bawah pohon mangga.

"Tadi lihat apa Gal di dapur sama widya?"
Lek man langsung bertanya tentang kejadian di dapur tanpa basa basi.

"Ng....nggak kok Lek,"

"nggak apa apa."
Jawab ku dengan sedikit ragu.

Lek man tersenyum.

"Wajah e pucat yo dua bocah ysng ada di dapur?"
Kata lek man.

Aku langsung terkejut mendengar ucapan beliau.

"Kok sampeyan tau Lek?"
Kata ku dengan tatapan ke arah mata nya.

"Yo tau lah, aku kan setiap hari tidur dan tinggal di sini. Tuh mbah kung malah lebih paham tentang seluk beluk tempat ini."
Kata lek man sambil melihat ke wrah mbah kung, beliau menoleh ke arsh kami berdua sambil tersenyum.

Sebelah kiri rumah dinas tuh yang tanah kosong bekas puing puing bangunan, di sana dulu nya adalah rumah dinas, tapi tak terawat sampai hancur.
Tuh di balik tembok belakang, semak semak yang ada pohon jati nya.
Di situ ada ular gede ysng menunggu, kamu sering menghirup aroma kemenyan di sore sore tertentu kan?"
Kata lek man.

Memang benar, setiap sore sore tertentu aku sering mencium aroma kemenyan dari sana.

Lek man bercerita kalau suatu malam mbah kung kebelet pipis, karena saking tak tertahan kan.
Beliau pipis saja di sumur tua belakang,

Ketika kembali tidur bersama lek man, tiba tiba mbah kung teriak teriak seperti ada yang menginjak nya dari atas.

Mbah kung seperti di seret dan nyaris kecemplung ke dalam lubang sumur, untung beliau di tahan oleh lek man, pak sugik dan pak Har.

Untung aku nggak pernah mau nginep di situ, batin ku.

Tepat jam 5 sore, aku widya dan Candra berpamitan untuk pulang.

Sebenar nya setelah aku kerja di sana, aku mengikuti sebuah perkumpulan olah pernapasan seperti pencak silat, tidak rutin sih, hanya 3 kali seminggu.

Aku di ajak bergabung di situ ketika ketemu dengan salah satu teman STM ku dulu, Nama nya mahmud.

Aku bertemu dengan nya ketika hendak mengisi bensin, nah si Mahmud ini bekerja sebagai penjaga malam di sebuah rumah makan di daerah ku.

Sejak ketemu dengan nya, setiap malam aku sering main di tempat nya berjaga.

Dari berbincang bincang mengenai pengalaman nya selama berjaga malam, maka di kenalkan lah aku kepada seorang pengajar silat bernama Kang Yadi, sosok bapak bapak berbadan tambun yang tinggal di kampung sebelah.

Rumah kang yadiemilili halaman yang luas,dengan banyak nya pohon pisang.

Ada sebuah taman kecil yang terdapat air mancur dan sebuah patung mbok nyai membawa kendi.
Nah, patung ini di gunakan kang yadi untuk mengurung mahluk mahluk pengganggu yang dia ambil dari rumah tumah orang ysng meminta pertolongan kepada nya.

Awal nya aku hanya menemani Maumud ke sana dan melihat seperti apa latihan nya.

Hanya ada 3 murid termasuk mahmud, mereka melakukan kuda kuda dan semacam gerakan olah napas di iringi gerakan gerakan khas pencak silat.

Nama olah napas nya adalah Asmahul khusna, karena jumlah tahapan pelatihan nya adalah 99 gerakan inti.

Setiap tahapan memiliki sepuluh gerakan yang di lakukan tanpa mengambil napas dengan tujuan untuk mengumpulkan cakra ajna di dalam tubuh supaya terfokus dan terkonsentrasi membentuk sebuah perisai yang menyeluti sekujur tubuh.

Itu adalah pelatihan dasar, murni menggunakan ilqh napas dan konsentrasi, tanpa mantra mantra khusus.

Kang yadi bisa melihat terbentuk nya aura dengan sempurna atau tidak nya.

Saat itu mahmud dan dua murid lain nya sudah masuk ke tahap ke 5.

Mahmud sudah benar benar menguasai tahap awal, kang yadi melihat mahmud yang sudah benar benar fokus dalam posisi kuda kuda nya.

Dalam sekali tarikan napas, kang yadi menembak kan tenaga dalam ke arah Mahmud dan secara bertubi tubi.

Seakan benar benar terpukau dengan apa yang aku lihat, kang yadi sekonyong konyong terpental dan terpelanting begitu saja tanpa menyentuh tubuh mahmud.

Kang yadi terpelanting menghantam batang pohon pisang,
Menarik juga, batin ku.

Aku yang merasa penasaran, akhir nya berniat untuk bergabung.

Dan langkah awal supaya bisa bergabung adalah pembersihan diri, aku harus puasa mutih selama tiga hari di akhiri dengan ngeblwng di hari terakhir ( ngebleng adalah ritual terakhir dalam puasa mutih, di mana setelah makan sahur nasi putih kita tidak boleh terlelap wajau hanya sekejap, kalau sapi terlelap maka puasa nya gagal)

Dan hari nya harus sesuai dengan neptu weton kelahiran, di antara tiga hari tersebut harus ada satu hari weton kita.

Aku mengambil hari Rabu pon, kamis wage dan jumat kliwon untuk memulai mutih.

Itu adalah pasaran hari yang cukup berat kata Kang yadi, karena tiga hari dengan pasaran tersebut paling banyak godaan nya.
Busa bisa sukma kita di tarik oleh mahluk mahluk jahil kalau tidak ada yang memantau.

(Kalau kalian melihat fenomena musafir joko kendil yang belakangan ini sedang viral, dia bilang kalau perjalanan nya di temani oleh harimau ,harimau itu dia dapatkan setelah berpuasa 3 hari pasaran yang tadi ku sebut kan. Dan kebetulan weton ku ada di antara salah satu hari tersebut)

Itu memang benar, aku mengalami nya sendiri....

Setelah aku menyanggupi untuk puasa mutih selama 3 hari, akhir nya kang yadi mau membimbing dan memantau ku selama berpuasa.

Di hari pertama puasa, semua masih lancar tanpa gangguan.

Aku bangun sahur hanya makan 3 kepal nasi putih dan segelas air putih dengan niat tertentu.
Aku juga tetap bekerja seperti biasanya,
Lek man tau mengenai apa yang sedang ku jalani, tapi beliau tak mau memhahas nya.

Wdya dan candra juga curiga karena aku nggak pernah minum, merokok bahkan makan di saat istirahat.

Di hari kedua gangguan mulai datang,
Setelah makan sahur aku tiba tiba tertidur lagi. Aman lah karena belum waktu nya ngebleng....

Namun saat sedang terlelap, aku langsung di kerumuni oleh mahluk mahluk dengan wujud dan bentuk aneh.

Aku seperti di ajak untuk keluar, tanpa sadar aku terbangun dan berdiri di depan tubuh ku yang sedang tidur di atas kasur.
Tangan ku di tarik oleh sosok perempuan berparas cantik yang waktu itu belum ku kenal (Sovia)

Namun aku langsung mendengar syara dari kang yadi, "jangan di ikuti,biarkan saja...."
Kata nya.

Aku terlepas dan kembali ke dalam tubuh ku lagi.

Nah, saat berada di workshop...

Pas istirahat siang itu, aku memilih untukntudur di kamar rumah dinas karena masih berpuasa,

Setiap kali baru terlelap, aku seperti di tarik keluar dan melihat tubuh ku yang sedang tertidur.
Aku juga melihat dua bocah yang bermain di wastafel,ada emak nya juga ternyata di situ.

Dan di pohon jati belakang workshop,
Awal nya aku melihat cahaya hijau terang seperti kilat, memanjang dan melilit batang pohon jati tersebut. Namun lama kelamaan cwhaya itu berangsur membentuk wujud ular dengan ukuran yang sangat besar, kepala nya menghadap ke arah ku dengan mata merah saga dan lidah yang menjulur.

"Balik, jangan dekat dekat...."

"Ini di kota orang, aku akan kesulitan menjangkau diri mu...."
Sebuah suara dari kang yadi terdengar oleh ku.

Aku pun memilih untuk kembali ke dalam tubuh ku yang sedang tertidur di kamar rumah dinas.

Sore nya setelah aku pulang, magrib nya aku tertidur di kamar.
Seperti biasa, sukma ku keluar lagi dari tubuh.
Suasana sekitar ku tampak temeram, dan apa yang ku lihat kali ini adalah bukan seekor harimau,
Melainkan langsung 3 ekor harimau dengan ukuran yang tak biasa.

Mereka sudah berjajar tepat di luar jendela kamar ku,

"Mereka menawarkan diri untuk ikut dengan mu, kamu berminat apa tidak?"
Terdengar suara dari kang yadi di telinga ku.

Aku yang memang sejak awal tak ada minat untuk memiliki khodam atau sejenis nya, akhir nya berkata dalam batin.

"Aku nggak berminat kang...."
Ucap ku dalam hati.

Seolah mendengar nya, tiga harimau itu kompak menegakkan badan dan mengaum lalu lenyap begitu saja.

Aku terbangun dan mandi, lalu sholat magrib.

Tinggal sehari lagi,

Malam nya aku menemani mahmud berlatih lagi di tempat kang yadi, katanya si mahmud ini terlali cepat dalam penguasaan tahap nya.
Yang di takutkan adalah mental nya belum culup kuat untuk mendapatkan tahap berikut nya, tak jarang kita mendengar orang yang mengali gangguan jiwa karena terlalu banyak mencari ilmu, itu lah yang kang yadi takutkan.

Ilmu ibarat air di dalam sumur, kita bisa menumba sebanyak mungkin tapi kita kadang tak tau sebesar apa kapasitas "ember" yang di miliki untuk menampung nya. Kalau sampai meluber dan embernya pecah, kta sendiri yang akan gila....
Itu adalah pesan yang selalu di ucapkan kang yadi kepada kami.

Jam tiga dini hari aku sudah terbangun, makan sahur dengan tiga kepal nasi dan air putih saja, kqrena sudah masuk waktu ngebleng. Aku tak boleh sampai tertidur,
Alu duduk di depan rumah untuk menunggu waktu sholat subuh tiba.
Setelah sholat subuh di mushola,
Aku berinisiatif untuk berjalan menyusuri tanggul sungai itung itung jogging supqya tak mengantuk, suasana masih gelap. sudah mau masuk pagi masih saja ku dapati seklebatan bayangan mahluk mahluk nggak jelas.
Aku terus saja berjalan menyusuri tanggul sampai tak sadar sudah samapai perbatasan kabupaten kudus dan demak.

Aku sampai rumah lagi sekitar jam 7 pagi, langsung mandi dan berangkat kerja. Ritual terakhir ysng benar benar berat,

"Jangan sampai terlena gal ..."
Kata lek man kepada ku ketika sudah mulai menguap,

Aku biasa nya langsung cuci muka ke kamar mandi.

"Jangan di paksa kalau nggak kuat gal..."
Kata widya.

"Iyo wid, tenang wae...."
Kata ku pada nya.

Singkat cerita, aku akhir nya berhasil melewati 3 hari puasa mutih.

Malam nya tepat jam dua belas di tutup dengan selametan bubur merah putih dan ayam bekakak yang ku siapkan, aku bawa ayam sendiri dari rumah.

Aku langsung mengikuti tahap pertama malam itu juga.

Nama nya juga anak muda, semangat nya masih mengebu gebu.

Sampai sepuluh kali percobaan, akhir nya aku mulai bisa merasakan cakra ajna yang mengalir menyelimuti tubuh setiap kali aku menahan napas.

Kang yadi menjajal perisai ku dengan cara menembak kan tenaga dalam ke arah ku.

Tanpa sengaja, tenaga dalam kang yadi terpental menghantam kaki nya sendiri, dia terpental dan terguling di tanah.
Kang yadi meringis kesakitan sambil memegang betis nya.

Ternyata di tahap pertama, aku susah lamgsung bisa menguasai nya.

Di sisi lain, aku menceritakan perihal ular besar yang ada di pohon jati belakang workshop kepada mbah kung.

Aku yakin kalau mahluk itu adalah khodam dari sebuah pusaka.

Hal itu di amin kan oleh mbah kung,
Ular itu adalah khodam dari sebuah keris naga gini yang berada di bawah pohon jati tersebut.

Mbah kung mencoba untuk bermediasi untuk mengambil nya, beliau ternyata sudah melakukan tirakat mutih selama 14 hari untuk menarik paksa benda tersebut, namun usaha nya gagal lantaran beliau memang tidak cocok memiliki nya.

Kenapa aku bisa melihat cahaya hijau dari khodam tersebut tempo hari, itu karena dia sebenar nya memilih ku untuk menjadi pemilik nya.
Benda benda seperti itu memang biasa nya jodoh jodohan,

Ketika aku melihat nya krtika sedang puasa sebenar nya mqhlul itu memberi pertanda supaya aku melanjutkan puasa sampai 14 hari, maka pusaka tersebut akan otomatis ikut dengan ku.

Namun aku memang nggak pernah berminat memiliki nya, benda benda seperti itu biasanya meminta perawatab khusus,

Aku mana mau di perbudak sama hal hal seperti itu, walau pun mereka menawarkan kegunaan kegunaan yang istimewa, itu musryik.

Mbah kung bilang, aku ada keturunan dari mendiang bapak yang dulu suka bertirakat saat transmigrasi ke luar jawa seperti ysng pertama kali ku ceritakan di part awal.

"Seperti nya kamu adalah orang ysng tepat untuk ku titipi oeninggalan dari orang tua ku gal...."
Ucap lek man kepada ku.

"Peninggalan apa Lek?"
Tanya ku.

"Aku mendapatkan mandat dari bapak ku sebelum meninggal berupa tiga buah pusaka berwujud cundrik (keris kecil)
Dua keris kembar berserta sarung nya, dan sebuah keris tanpa warangka/sarung dengan lekuk 5."

"Kapan kapan kita ambil bersama sama"
Kata lek man.

"Terus aku buat apa lek?"
Tanya ku pada nya.

"Nanti kamu berikan saja kepada guru kanuragan mu, pasti dia suka."
Kata lek man.

"Terus sekarang benda itu ada di mana?"
Tanya ku lagi.

"Pusaka nya masih ada di rumah ibu ku di daerah Randu Belatung Blora."
Kata lek man.

Aku diam sejenak untuk berpikir,

"Ya sudah, iya lek....."
Aku menerima tawaran nya.

Setelah mendapatkan hari yang tepat, saat itu hari sabtu.
Pak sugik dan pak har mendapat giliran untuk krmbali ke cikarang.

Kerja hari itu hanya setengah hari, setelah widya pulang.

Lek man mengajak ku bersama candra untuk langsung menuju ke daerah randu belatung.

Kami mengajak candra karena dia punya mobil panther, lek man menyarter nya sekalian untuk keberangkatan kami bertiga.

Setelah makan siang kami berangkat melalui jalur selatan kabupaten Pati, tepatnyaelalui daerah tambak romo.
Jalanan yang di dominasi oleh hutan jati menemani perjalanan kami siang itu, samapi kami tiba di sebuah objek wisata bledhuk kuwu.

Kami sudah masuk di daerah Randu belatung, ternyata rumah orang tua leo man berada di dalam kawasan perhutani, sebuah perkampungan kecil di dalam alas jati.

Jalanan yang tak terlalu bagus dengan rumah yang sangat jarang, hanya ada beberapa rumah di jarak 30 meter perjalanan, sebuah rumah papan yang di depan nya terdapat tumpukan jerami berbentuk kerucut sebagai media untuk berternak lebah hutan yang di ambil madu nya.

Tiba lah kami di sebuah rumah sederhana dengan halaman di depan nya berupa hamparan terasering persawahan yang di tanami jagung dan tembakau.

Rumah orang tua lek man terbuat dari papan kayu dengan rangka jati yang kokoh.

Seorang wanita dengan usia senja sedang duduk di ruang tamu yang beralaskan tanah, beliau adalah ibu nya lek man.

Tinggal di situ dengan anak bungsu atau adik terakhir lek man yang sudah berkeluarga di situ.

Kami du suguhi kopi hitam buatan sendiri tak lupa rokok ting we dari rajangan tembakau kebun mereka sendiri.

Lek man berbicang berdua dengan adik nya di dalam,
Lalu keluar membawa bungkusan kain mori putih yang sudah lusuh di tangan nya,
Lek man datang membawakan bahan bahan pokok untuk ibu nya.

Jam 5 sore kami pamitan untuk pulang,
Sampai di workshop jam satu malam.
Kami tak mau membahas benda yang di bawa lek man dulu karena sudah merasa kecapek an.

Malam itu aku menginap di workshop bersama lek man, candra dan mbah kung.

Padahal di rumah dinas tersebut ada 3 kamar besar besar, tapi kami memilih tidur di ruang tamu depan tv bersama mbah kung karena takut🤭🤭🤭🤭
kyo_shiro_hu
pulaukapok
suryaassyauqie
suryaassyauqie dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup