tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Ujung Tanggul Kali Gelis
Mulustrasi


Setelah sekian lama menjadi silent rider forum sfth.akhir nya ada sebuah keinginan untuk menulis. newbie,amatiran dan apalah namanya buat seorang pemula.yang penting coba aja dulu....

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga.
Seorang janda dengan tujuh anak nya.
Tokoh utama di sini bernama erwin,anak ke 6 dari tujuh bersaudara.
Sebuah kisah sederhana dari seorang anak laki laki yang sudah terlalu banyak memendam kisah pahit getirnya perjalanan hidup.
rumah sederhana di pinggiran sungai bernama kali gelis,adalah "tempat kami pulang".karena di sana ada seorang ibu yang begitu gigih dalam berjuang membesarkan anak anak nya menjadi pribadi yang kuat walaupun selalu di tempa bertubi tubi oleh keadaan hidup yang sulit.
Di sini lah awal kisah bermula.....

Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
bruno95
bulbuljauh
erman123
erman123 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
38.9K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#368
Part 141
"Home sweet home...."

Setelah beberapa hari berada di cikarang, akhir nya aku sudah kembali lagi ke kampung halaman.

Sejak subuh aku dan Lek Man sudah sampai di Workshop, Pak Sugik dan Pak Har sepertinya masih terlelap.

Hanya ada sosok kakek kakek yang biasa jaga malam di rumah dinas, kami biasa memanggil beliau dengan sebutan Mbah Kung.

Beliau yang sedang menyapu halaman langsung beegegas membukakan pintu gerbang ketika melihat mobil yang kami kendarai datang.

kami tak langsung membongkar mateial di dalam bak, badan kami masih terasa pegal karena efek perjalanan.

Setelah menunaikan sholat subuh, aku mengeluarkan kebo yang ada di dalam garasi samping, memanasi mesin nya sejenak karena sudah beberapa hari hanya terparkir di sana.

Cakrawala pagi mulai berpendar menyinari gelap nya langit fajar.

Aku berpamitan kepada mbah kung dan lek man untuk pulang, sebenarnya beliau menyarankan ku untuk istirahat dulu di rumah dinas.
Tapi aku menolak nya lantaran sudah kangen dengan kasur ku di rumah emak.

Hari itu aku dan lek man off dulu dari rutinitas kerja karena habis perjalanan dinas.

Sesampai nya di rumah, aku sempatkan untuk sarapan dan menghabiskan sebatang rokok sambil melihat sungai di belakang rumah.

Feri baru saja selesai sarapan dan berangkat sekolah, sekarang dia sudah menjadi anak STM.

Emak juga baru saja selesai mandi di bantu oleh kakak ku.

Jam 8 pagi aku mulai merasa ngantuk,
Setelah ngobrol sebentar dengan emak mengenai perjalanan ku kemarin, aku juga menyampaikan salam dari Anita.

Kami masih saling memberi kabar melalui sms,

Setelah selesai mandi, aku bersiap untuk tidur karena badan ku benar benar capek.

Ku lihat ada sms dari nomor Widya

"Wah yang sudah balik dari Cikarang, nggak langsung kerja hari ini?"

Ku baca isi pesan dari Widya,

"Iyo Wid, subuh tadi baru nyampe kok hari ini off dulu sama lek man. Istiragat total, capek...."
Balas ku.

"Ini lek man juga baru aja cerita kok, tapi absen kalian tetapbmasuk hitungan hari ini walaupun off kerja."
Kata widya.

"Atur aja lah wid, aku mau istirahat dulu..."

Aku langsung meletak kan hp di meja dan tidur.

Baru saja terlelap, ada saja gangguan yang datang

" Ngaleh....."

"Wis apik ora balik kok manggon kene maneh...."

("Pindah.....")

("Sudah bagus nggak kembali lagi kok, tidur di sini lagi....")

Terdengar suara serak dan berat di telinga ku, persis seperti sedang berbisik.

Aku hafal betul dengan suara yang satu ini, dia lah sang penghuni lama di kamar ku.

Aku tak menghiraukan nya karena benar benar capek,
Dalam setengah sadar tiba tiba ku rasakan seklebatan angin yang berhembus lelewati tengkuk leher ku.

Aku seperti sudah terbangun dan mendapati sosok nenek nenek yang duduk di tepi kasur.

Kaget.....

Sambil mengucek kedua mata ku untuk memastikan sosok tersebut yang perlahan mulai nampak jelas.

Sosok nenek nenek dengan kebaya garis garia dan jarik bermotif kawung tampak melihat ke arah ku.

Wajah nya terlihat ayu, mirip seperti orang yang ku kenal.
Rambut nya di gelung bulat dengan sebuah tusuk konde berwarna keemasan di kepala nya.
Suasana kamar ku tampak temeram seperti langit senja.

"Panjebengan sinten nggih mbah?"
(Anda siapa ya mbak?)

Aku bertanya kepada beliau dengan menggunakan bahasa yang sopan.

Beliau masih memandang ku sambil tersenyum, senyum yang tidak menyeramkan.

"Aku ora arep jahat Le...."
(Aku tidak bermaksud jahat Le....)
Ucap beliau dengan suara khas nenek nenek.

"Aku biasa di celuk Mbah Uti."
(Aku biasa di panggil mbak Uti)

Timpal nya lagi,

"Mbah uti?"

"Terus wonten punopo panjenengan kok nepengi kula?"
(Lalu ada ada kon anda menemui saya?)

"Aku gur kepengen ketemu lan njaluk tulung...."
(Aku cuma kepengen ketemu dan minta tolong.)

Kata beliau.

"Tulung?"

"Tulung punopo mbah, sebener e panjenengan niki sinten?"
(Tolong apa mbah, sebenarnya anda siapa?)

"Aku leluhur e Kanca mu, sawiji ning batur anggon mu nyambot gawe."
(Aku leluhur dari salah satu teman mu, salah satu rekan kerja mu.)
Sosok itu mengatakan nya sambil membelakangi ku.

"Teman ku, sinten nggih mbah?"
(Teman ku, yang mana ya mbak?)

"Lajeng sampeyan arep nyuwun tulung punopo?"
(Lalu anda mau minta tolong apa?)

"Mengko lah awak mu ngerti dewe, bocah e mirip koyo aku kok...."

(Nanti juga kamu tau sendiri kok, anak nya punya wajah yang mirip dengan ku)
Ucap beliau.

Mirip????

Aku peehatikan dari samping, wajah nenek ini memang seperti aku kenal.

"Tak ngeti, awak mu ono ikatan batin sing iso saling njagani le"
(Ku lihat, kamu ada ikatan batin ysng bisa di gunakan untuk saling menjaga)

"Tulung jogo putu ku, eling ke ojo sampe dewek e mangan sego kunir"
(Tulung jaga cucu ku Le, ingatkan supaya dia jangan sampai makan nasi kuning)

"Kui ora apik, mesak ke bocah kuwi...."
(Itu tidak baik, kasihan anak itu...)

Tandas nya.

Aku semakin bingung mendengar nya, sama sekali tak mengerti maksud dan arah pembicaraan nenek tersebut.

"Nggih mbah, kulo mesti tulung selaginnipun kulo sanggup...."
(Iya mbah, saya pasti bantu selama saya sanggup)

Jawab ku kepada beliau.

Nenek tersebut tersenyum,

"Awak mu mesti sanggup le, nanging durung nemu dalane wae Mengko mesti awak mu bakal ngerti."
(Kamu pasti sanggup le namun memang belum ketemu titik terang nya saja, nanti pasti kamu akan mengerti)

Kata beliau.

"Mahluk olo mau ora bakal ganggu awak mu maneh, wis gek ndang ngaso."
(Mahluk jahat tadi nggak bakal menganggu kamu lagi, sana lekas kembali istirahat.)

"Mbah uti arep pamit disik yo le...."
(Mbah uti mau pamit dulu ya le....)
Ucap beliau.

"Nggih mbak uti, matur suwun...."
(Iya mbah uti, terima kasih...)

"Eling ono karo pesen ku mau...."
(Ingat pesan ku tadi....)

Nenek tersebut perlahan mulai memudar dan sirna tak berbekas.

Kepalaku seperti di putar putar, semakin kencang dan terasa pusing hingga aku tak sadar.

Ntah berapa lama aku mengobrol dengan beliau,
Aku terbangun dengan badan yang penuh dengan keringat.

Rebahan sambil mengingat ucapan nenek tersebut,
Siapa kah beliau....

Rupa nya aku tertidur sampai sore menjelang magrib,

Aku bangun dan mandi, setelah itu bercengkrama bersama keluarga di rumah.

Malam nya aku sengaja kumpul sama teman teman di pos ronda,

Malam itu masih sangat sore, sore dalam artian sekitar jam 8 an.

Aku duduk di kursi dan ngobrol dengan salah satu kawan kampung ku yang bernama Kentis, usia nya sepantaran dengan kakak ku mbak ina.

Saat sedang asik ngobrol sambil main karambol, tiba tiba ada baoak bapak setengah baya ysang lewat di depan pos ronda.

Bapak bapak dengan rambut ysng mulai memutih mengenakan celana pangsi dan baju hitam berlalu begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata dengan pandangan ysng seolah sedang mengamati sekitar.

"Bapak bapak itu sudah beberapa minggu ini sering keliling kampung kita,
Gelagatnya tampak mencurigakan...."
Ucap kentis pada ku.

"Memang irang mana sih tu orang, nggak pernah lihat aku soal nya...."
Tanya ku pada kentis.

"Seperti nya sih orang dari kampung sebelah, kadang sore sudah keliling nah ini tadi jam segini baru lewat."
Kata kentis.

Beberapa teman juga cerita kalau ada beberapa warga yang kehilangan uang dengan nominal yamg sama, seratus sampai 300 ribu an setiap hari nya.

"Apakah di kampung kita ada orang yang memelihara tuyul?"
Ucap ku dengan sebuah spekulasi liar.

"Mungkin juga sih...."
Timpal Kentis.

Saat sedang asik mengobrol, datang lah kang Darman sang petualang.
Dia ikut bergabung dengan kami di pos ronda.

"Lagi ngomong in apa sih, kayak nya seru banget..."
Kata kang Darman.

"Ini lho Kang, kami sedang membahas perihal bapak bapak misterius yang belakangan ini suka keliling kampung apakah ada hubungan nya dengan hilang nya uang milik warga."
Ucap ku kepada nya.

"Apa ini ulah tuyul kang?"
Tanya kentis.

Kang Darman hanya nyengir mendengar nya.

"Yaaa, bisa jadi...."
Ucap nya singkat, beliau sudah berpengalaman dengan hal hal yang berbau supranatural.
Seperti nya paham sekali mengenai masalah ini.

"Cara nya supaya tahu kalau seseorang memelihara tuyul itu bagaimana kang?"
Tanya ku penasaran.

Kang darman diam sejenak sambil menyalakan gudang garam dan menghisap nya.

"Gampang kok cara mengetahui nya...."

"Sebenar nya bapak bapak itu sudah ku perhatikan sejak lama, nanti malam kita buktikan saja."
Kata kang darman.

"Boleh kang, aku jadi penasaran..."

"Gimana Tis?"
Tanya ku pada kentis

"Oke, siapa takut...."
Sahut kentis.

"Cara mengetahui nya gimana kang?"
Tanya ku.

"Nanti malam kita ikuti bapak bapak tersebut, kalau posisi kedua tangan nya dilipat ke belakang seperti menggendong bicah. Berarti dia sedang beraksi membawa tuyul."
Kata kang darman.

"Menggendong???"

"Memang nya kelihatan kang?"
Tanya kentis.

"Kalau aku sih bisa lihat, kalau kalian mungkin belum bisa...."
Ucao beliau.

"Terus cara nya biar kami tau gimana kang?"
Tanya ku.

"Nanti kita ikutin dia secara diam diam, dsri jarak yang jauh tanpa sepengetahuan nya. Coba kamu arahkan kepalan tangan ke arah orang tersebut, amati...."

"Kalau tak berselang lama bapak baoak tersebut menoleh kebelakang, sudah pasti dia menggendong tuyul.
Dia menoleh karena di beri tahu oleh tuyul nya...."
Kata kang darman.

Aku dan Kentis hanya mangut mangut, semakin penasaran untuk mempraktekan nya.

"Ada ciri ciri lain nggak kang?"
Tanya ku lagi.

"Ada, ciri ciri rumah orang ysng memelihara tuyul. Biasa nya di depan nya terdapat lubang saluran untuk membuang air comberan,
Umumnya kan comberan ada di belakang rumah, tapi mereka sengaja membuat comberan di depan rumah dengan maksud untuk mandi tuyul peliharaan nya...."
Kata kang darman.

Kentis tahu rumah bapak bapak tersebut yang berlokasi di kampung sebelah, lain hari kami akan meninjau rumah nya langsung.

Malam semakin larut,
Jam di dinding pos ronda menunjukan hampir jam sebelas malam.

Di pos ronda hanya ada kami bertiga plus seorang penjaga keamanan tetap yang memang bekerja sebagai oenjaga malam.

Kang darman baru saja kembali dari rumah nya sambul mengalungkan sarung di leher.

Kami duduk di pos melihat ke ujung gang dan kanan kiri tanggul.

"Itu tuh kang orang nya....."
Ucap ku ketika melihat baoak bapak itu yang swdang berjalan di ujung gang.

"Iya betul itu orang nya...."

"Ayo kita ikuti dia."
Ajak kang darman.

Kami bertiga memilih melewati jalan sempit di sela sela rumah warga, memutar supaya berada di belakang nya.

Kami sudah berada di jalan depan gang yamg membentang dari utara ke selatan,

Bapak bapak itu berjalan menghadap ke utara, dan kami berada di belakang bya berjarak sekitar 30 meter.

Dan benar saja, kami melihat bapat bapak tersebut berjalan sambil menaruh kedua tangan nya ke belakang seperti sedang mengendong sesuatu.

Kang darman manggut mangut,

"Coba arahkan tangan mu ke arah bapak itu sambil menggenggam sepertu sedang menghardik."
Suruh kang darman kepada ku.

Aku pun langsung melakukan nya,
Ku arahkan genggaman tangan ku ke arah bapak tersebut,

Lagi lagi ucapan kang darman terbukti,
Baru saja ku turun kan genggaman tangan ku.
Bapak itu langsung berhenti dan menoleh ke arah belakang, melihat kami bertiga.

Tanpa basa basi dia langsung berjalan seperti terburu buru setengah berlari.

Aku dan kentis bermaksud mengejar nya, namun di larang oleh kang darman.

"Biarkan saja, nanti akan tiba kok hari apes untuk diri nya...."
Kata kang darman.

Aku dan kentis akhir nya mengurungkan niat untuk mengejar dan kembali ke pos ronda.

Setelah kejadian itu, kami tak pernah mendapati bapak bapak tersebut berkeliling di daerah kami lagi,
Mungkin dia kapok karena hampir tertangkap oleh kami.

Aku dan kentis juga sempat mengecek rumah nya.
Kami berhenti dan mengamati dari tempat yang agak jauh,
Sebuah rumah yang cukup mewah dengan dinding bercat hijau cerah.

Dan ternyata memang benar kalau di dengan rumah nya terdapat sebuah kubangan air pembuangan/comberan.

Kasus tuyul di kampung terhenti dulu,

Kembali ke tempat kerja.....

Aku sudah menjalni aktifitas kerja seperti biasanya.
Hari itu kami sedang melakukan persiapan untuk menyambut tamu dari kantor pusat dan orang dari PLN yang akan berkunjung,
Ada acara kecil kecilan untuk merayakan ulang tahun perusahaan di workshop kami.

Dan acaranya adalah potong tumpeng,
Pak sugik sudah memesan sebuah tpeng nasi kuning beserts lauk pauk, tak lupa seekor ayam bekakak utuh ysng di tata di atas nampan ysng terbuat dari anyaman bambu.

Nasi kuning,

Persis seperti mimpi ku tempo hari ysng bertemu dengan nenek nenek bernama mbah uti.

Ku amati satu persatu rekan kerja ku di sana, Pak sugik, Pak Har, Candra dan lek man.
Mereja tampak antusias dengan sajian tumpeng yang ada di meja,

Tapi Widya......
Dia seperti nya nggak minat sama sekali, tampak dari gelagat nya yang cenderung menjauhi hidangan tersebut.

Apa Widya yang di maksud oleh nenek tersebut.batin ku.

Siang itu Kedua tamu penting kami hadir, memberikan sambutan dan sepatah dua patah kata untuk progress ke depan di akhiri dengan potong tumpeng sebagai seremoni.

Kamu makan dan ngobrol dengan penuh kegembiraan,
Ku lihat widya hanya memegang piring berisi nasi kuning dan lauk di dalam nya.
Dia seperti ingin memakan tapi di urungkan, begitu terus berulang ulang.

Dia masuk ke dalam dan duduk di depan komputer,
Mengamati nasi di piring nya.

Saat mau melahap nasi tersebut,
Aku langsung menghampiri nya.

"Jangan Wid....."

Ucap ku kepada nya tanpa seorang pun yang tau di situ.

Widya berhenti mengsyunkan sendok ke mulut nya dengan wajah kaget.

"Maksud mu apa sih gal...."
Ucap nya sambil pura pura pilon.

"Kamu tau sendiri kan efek kalau kamu makan nasi kunir?"
Ucap ku pada widya.

Dia semakin terkejut mendengar ucapan ku dan menaruh sendok ke atas piring lagi.

"Darimana kamu tau tentang hal itu?"
Ucap nya pada ku.

"Mbah Uti...."

"Kamu kenal?"

Tanya ku pada widya.

Dia terdiam seolah tak percaya dengsn ucapan ku....

"Mbah uti?"

Siapa yang kamu maksud?"
Tanya widya pada ku.

"Nenek nenek berpakaian kebaya garis garis, memakai jatik bermotif kawung dengan rambut ysng di sanggul menggunakan tusuk konde..."

"Dia leluhur mu kan?"

Ucap ku pada widya.....

"Bagaimana kamu bisa tahu tentang beliau, kamu perbah bertemu dengan mbah uti?"

Tanya widya.


Bersambung-
kyo_shiro_hu
kulipriok
suryaassyauqie
suryaassyauqie dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Tutup