tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
Ujung Tanggul Kali Gelis
Mulustrasi


Setelah sekian lama menjadi silent rider forum sfth.akhir nya ada sebuah keinginan untuk menulis. newbie,amatiran dan apalah namanya buat seorang pemula.yang penting coba aja dulu....

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga.
Seorang janda dengan tujuh anak nya.
Tokoh utama di sini bernama erwin,anak ke 6 dari tujuh bersaudara.
Sebuah kisah sederhana dari seorang anak laki laki yang sudah terlalu banyak memendam kisah pahit getirnya perjalanan hidup.
rumah sederhana di pinggiran sungai bernama kali gelis,adalah "tempat kami pulang".karena di sana ada seorang ibu yang begitu gigih dalam berjuang membesarkan anak anak nya menjadi pribadi yang kuat walaupun selalu di tempa bertubi tubi oleh keadaan hidup yang sulit.
Di sini lah awal kisah bermula.....

Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
bruno95
bulbuljauh
erman123
erman123 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
38.9K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tintaAvatar border
TS
tetes.tinta
#351
Part 136
Widya......

Dia adalah perempuan berpostur tinggi dan tidak terlalu berisi.
Sekilas dia memang tampak seperti wanita feminim seperti pada umum nya, tapi ketika aku mulai mengenal nya lebih jauh.
Ternyata dia ini perempuan yang slengekan,tomboi dan apa ada nya (nggak sok jaim)

Memanjat pohon mangga dan jambu yang ada di area workshop adalah segelintir dari sekian banyak ulah nyleneh nya ketika kami bekerja di sana.

Dari informasi yang ku peroleh dari Candra tanpa sepengetahuan nya, aku mendapatkan sedikit banyak tentang latar belakang seorang Widya.

Tidak seperti keluarga pada umum nya, Widya lahir di tengah tengah keluarga yang tak biasa,
Kalau kebanyakan anak terlahir dengan sepasang orang tua.
Widya mempunyai dua sosok ayah dan dua sosok ibu.....

Di usia nya yang baru duduk di bangku kelas 4 SD, saat itu dia belum terlalu mengerti tentang perceraian.
Ibu nya yang memang asli orang Bumi Mina Tani (Kabupaten Pati) menikah dengan sang ayah yang berdomisili di daerah Kendal,
Karena suatu masalah. Mereka akhirnya memutuskan untuk berpisah, widya di boyong ikut sang ibu kembali ke tempat asal nya dan menikah lagi dengan ayah sambung nya yang sekarang, sedangkan ayah kandung nya juga sudah menikah lagi dan tetap tinggal di daerah kendal.

Hadir nya orang asing di dalam kehidupan nya tak serta merta langsung membuat widya kecil bisa dengan mudah beradaptasi di lingkungan yang baru.

Widya yang merasa kurang mendapkan perhatian dari sosok orang tua kandung nya mulai berulah dan sering di jadikan pelampiasan amarah sang ibu akibat ulah nya itu.
Masalah kecil yang sering di buatnya tak pelak menjadi pemicu amarah sang ibu.
Dia pernah cerita kalau suatu ketika sang ibu tiba tiba saja mengumpat dan menyamakan tingkah nya dengan sang ayah kandung yang hanya bisa membuat sakit hati.

Karakter widya yang tomboi mulai terbentuk secara alami seiring berjalan nya waktu,
Hingga ia duduk di bangsu SMK.
Dorongan untuk menjadi anak pemberontak mulai timbul ketika widya nerada di circle pergaulan teman sebaya nya yang tidak sepenuh nya baik.

Widya remaja sering diam diam pergi dengan teman teman nya untuk nonton konser musik dan balap liar di jalanan.
Tak berlangsung lama, kenakalan nya ini akhir nya terendus oleh ayah tiri nya dan membuat widya mendapat hukuman yang lumayan berat dari ibunda.

Dari jalanan ini lah widya mengenal sosok Roni, laki laki yang sekarang menjadi suami nya.
Roni adalah sepupu dari Candra,
Keteguhan dan perjuangan nya untuk mendapatkan hati widya akhir nya tercapai tatkala suatu ketika Widya yang nekat menyusul sang ayah di Kendal mengalami kecelakaan yang cukup parah saat perjalanan pulang ke rumah ibu kandung nya.

Motor yang ia kendarai menyeruduk pantat truk yang berada di depan dan membuat widya mengalami luka serius di bagian kepala.
Dalam keadaan luka parah dia masih bisa menelpon Roni untuk meminta pertolongan,
Beberapa hari tak sadarkan diri.
Widya tersadar dalam keadaan sudah terbaring di sebuah rumah sakit dengan colokan infus dan masker oksigen,
Roni hadir bagai pahlawan dan sedang duduk di samping nya, menunggu nya dengan sabar.

Roni adalah laki laki yang hobi balapan liar di jalanan, di sana lah dia kenal dengan widya.
Awal nya widya tak terlalu merespon diri nya, namun lama kelamaan widya akhirnya luluh, apalagi setelah Roni rela berhari hari menunggu widya yang sedang tak sadarkan diri di rumah sakit,
Semakin membuat widya yakin untuk menerima nya.
Dari segi finansial, sebenar nya ayah sambung widya adalah orang yang berkecukupan lantaran memiliki usaha di bidang pengadaan barang suatu industri. Namun karena widya yang seperti nya memang tak berminat untuk melanjutkan kuliah, otang tua nya pun akhir nya tak mau memaksakan diri nta untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Setelah lulus SMK, widya sempat bekerja menjadi kasir mini market.
Dia juga pernah bekerja menjadi admin di sebuah kantor cabang partai politik walau semua nya tak bertahan lama.
Sedangkan Roni yang merupakan lulusan STM tehnik otomotif, dia langsung di terima bekerja sebagai montir di sebuah bengkel dealer mobil resmi.
Dua tahun setelah sama sama lulus, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dan tinggal bersama keluarga widya.
Sebenarnya widya punya kakak tiri laki laki yang sudah sukses sebagai bekerja di pelayaran, kakak tiri nya sudah menikah dan punya anak.
Mereka tinggal di rumah nya sendiri,
Beberapa bulan setelah menikah dengan Roni. Suatu hari widya merasa ada yang aneh, dia bulang ke ibu nya kalau audah tiga bulan ini tak mendapat tamu bualanan.
Mendengar ucapan rersebut, rak pelak membuat sang ibu langsung tertawa terbahak bahak.
Walaupun sudah menikah, ternyata Widya ini masih lugu.
Dia tak mengerti perihal apa yang sedang ia alami,
Widya hamil....

Roni yang mengetahui hal itu dari nya langsung langsung tersentum dan bahagia mrndengar nya, dia tak henti hentinya mengelus dan mencium perut widya yang belim terlihat membuncit.

Sayang nya kebahagiaan itu harus pupus di tengah jalan, efek dari pernikahan di usia belia dan kebiasaan
Widya yang suka dengan kucing, dia sering membawanya tidur bersamabdi kamar.
Hal itu memberikan dampak buruk terhadap kandungan nya, virus toksoplasmosis yang ada pada kucing peliharaan nya membuat kondisi kesehatan kandungan widya terganggu.

Widya mengalami pendarahan hebat dan mengalami keguguran, kejadian itu menjadi tamparan keras terhadap rumah tangga nya.
Roni benar benar kecewa (egois), tabiat buruk nya perlahan mulai terlihat.
Dari sikap nya yang acuh dan kebiasaan nya pulang larut malam bahkan tak pulang dan menginap di rumah orang tua nya, tragis memang.
Widya yang sedang masa pemulihan fisik dan mental karena mengalami keguguguran, seharus nya dia membutuhkan dukungan dari orang yang dia sayang. Rasa kecewa dan keegoisan Roni membuat widya semakin terpuruk.
Suasana rumah tangga nya menjadi terasa mati rasa, mereka sering berselisih dan bertengkar di dalam kamar.

Hal itu akhir nya terdengar sampai ke telinga kerabat dekat nya, widya yang tak mau berlarut dalam kesedihan dan keterpurukan akhir nya mendapatkan tawaran kerja dari saudara Roni yang bekerja di tempat ku kerja saat ini.
Aku dan widya sering bertukar pengalaman tentang masa lalu kita masing masing.

Suatu siang saat istirahat kerja, aku menemui nya ysng masih sibuk membuat laporan input hasil kerja.

"Ngejogrok di depan komputer terus, nggak pedes apa mata mu wid...."
Ucap ku sambil melihat apa yang sedang ia kerjakan.

"Laporan bulan ini sudah di tunggu kantor pusat Gal, belum kelar ini..."
Timpal nya sambil terus mengetik data.

"Break dulu lah, waktu nya istirahat lho...."
Ucap ku pada nya.

"Tanggung ini Gal, kamu nggak bawa bekal?"
Kata nya dengan tatapan yamg masih tertuju ke layar komputer.

"Nggak sempat bawa bekal aku tadi Wid, siang siang gini enak nya makan apa ya...."
Ucap ku sambil meminta referensi menu makan siang.

"Biasa lah, nasi rames ala Bu haji di jalan depan sana...."
Kata widya.

"Weleeeehhhh,nasi rames terus. Sampek bosen aku wid...."
Celetuk ku sambil duduk du bawah lantai bersandar di dekat kursi widya.

Nggak ada Menu lain yang lebih segar gitu disini?"
Tanya ku pada nya.

Widya berhenti dari kegiatan nya mengetik seperti mengingat sesuatu.

"Ada menu makan siang yang recomended banget gal, Mie ayam di daerah daerah dekat terminal sana lho. Enak banget rasa nya...."
Kata widya sambil mengacungksn jempol ke arah ku.

Mie ayam, menurutku itu kan hanya mie berkuah yang di beri toping sayur dan potongan ayam, dulu selama kerja paruh waktu sama mas arya juga saban hari makan mie ayam aku, batin ku.

"Emang apa yang menurut mu mie ini berbeda dari mie ayam kebanyakan?"
Tanya ku pada nya.

"Ya beda lah Gal, mie ini tuh unik karena ayam nya tuh di bakar."
Jawab nya dengan ekspresi meyakin kan.

"Mie ayam bakar?????"

"Emang ada Wid?"

Tanya ku lagi dengsn ekspresi meragukan.

"Ada lah, aku sering makan di situ kok...."

Timpal nya.

"Sama Mas bojo ya...."
Celetuk ku.

"Ya gitu deh...."
Jawab nya singkat, setiap kali aku membahas suami nya. Widya seakan tak mau menggubris terlalu banyak.

"Boleh juga tuh di coba, tapi aku kan nggak tau tempat nya."
Kata ku.

"Yo wis lah, ayo sama aku Gal...."
Tanpa basa basi widya langsung me minimize pekerjaan nya di komputer dan mengambil tas kecil nya di dekat komputer.

Dia berdiri dari tempat duduk nya dan menarik tangan ku terburu buru.

"Heeehhhhh, main tarik tarik aja...."
Teriak ku, walaupun widya badan nya kurus tapi tenaga nya lumayan besar juga.badan ku sampai terjengkang saat dia menarik tangan ku.

Lek man masih di kamar nya sedang sholat, pak Har dan Pak sugik sudah pergi ke warung bu haji sedangkan Candra langsung pulang ke rumah nya seperti biasa.

Widya mengambil kunci motor ku yang tergantung di tembok ruang tamu, dia berlari dan naik ke atas si kebo.

"Ayokkk, aku boncengin pake motor mu Gal...."
Teriak nya sambil duduk di atas motor.
Gila bener nih orang....

"Masak aku yang bonceng sih...."
Gumam ku pada nya.

"Tenang saja Gal, aku kan mantan pembalap dulu...."
Kata nya sambil berlagak jantan.

"Nggak ah, sini biar aku aja yang boncengin."
Timpal ku.

"Ahhhh pelit amat kamu gal, nggak percaya kalau aku bisa pake motor cowok...."
Kata nya dengan wajah kesal.

"Aku sih percaya wid, tapi mosok aku boceng kamu, Aku kan cowok.
Ntar kalau salah pegang kan berabe tuh...."
Ucap ku sambil tersenyum, senyuman yang mengandung sebuah makna yang tidak tidak.

"Woooo tak Gedik kowe nek macem macem..."
("Woooo tak jitak kamu kalau macem macem.")
Kata widya sambil mengarahkan tinju nya pada ku.

"Makanya, sini biar aku aja yang boncengin......"
Kata ku.

Akhir nya widya mau ku bonceng,

"Heeeehhhh,jangan baik dulu wid..."

"Tuh buka in geebang dulu lah."
Kata ku pada nya.

"Nggih Ndoro......"
Widya membukakan gerbang dengan berlagak seperti abdi dalem keraton.

"Wong edan....."
Celetuk ku saat keluar melewati pintu gerbang,
Widya malah cengar cengir.

"Ayo naik wid, udah laper banget aku...."
Teriak ku pada nya yang sedang menutup pintu gerbang.

"Gassss, berangkat bang....."
Teriak nya setelah naik be belakang ku.

Dia menjadi GPS penunjuk arah menuju ke warung mie ayam tersebut, sesekali helm di kepala ku ia gaplok karena aku salah ambil arah.
Ngeselin banget nih cewek....

Tibalah kami di sebuah kedai mie ayam,
Beneran lho....
Aku melihat sebuah banner bertuliskan "Mie ayam bakar"

Sepertinya memang mie nya enak, terlihat dari gambar yang tertera di depan. Motor milik pembeli di depan nya juga terlihat penuh, maklum lah karena memang saat itu jam jam makan siang.

Aku dan widya mengambil bangku di pojokan, duduk berdua di sana.

"Mau pesan apa mas?"
Tanya seorang pekerja di situ yang bertugas membuat minuman.

"Mie ayam nya dua Pak...."
Jawab ku pada beliau.

"Minum nya apa?"
Tanya beliau lagi.

"Emmm, teh hangat aku pak...."

"Aku es teh pakkkk"
Tiba tiba widya memotong ucapan ku.

"Owwh..."

"Iya mbak, sebentar ya....."
Ucap bapak bapak itu lalu menuju ke belakang setelah memberitahu peracik mie ayam di balik gerobak nya.

Suasana di dalam warung yang cukup ramai oleh pembeli membuat hawa nya gerah, sebuah kopas angin kosmos yang menempel di dinding seolah menjerit ( terdengar cit,cit,cit,cit menderit) karena kecapek an berulang kali nolah noleh ke kanan dan ke kiri untuk mengipasi pengunjung di situ.

"Panas panas gini kok minum teh anget, kayak orang tua aja kamu ini...."
Celetuk Widya saat minuman pesanan kami datang.

"Biarin aja, kata mamah aku kan nggak boleh minum es. Nanti pilek..."
Ucap ku seperti anak anak pada widya.

"Idihhhh sok imut kamu...."
Timpal nya.

Setelah menunggu cukup lama, akhir nya pesanan kami datang.

Dua porsi mie ayam yang tampak memenuhi mangkok legendaris bergambar ayam jago dengan topping ayam suwir bakar dan taburan daun bawang begitu menggiurkan.

Kami langsung menambahkan saos dan kecap ke dalam nya, ternyata aku dan widya sama sama penggemar cita rasa pedas, kami saling berebut mengambil wadah berisi sambal yang ada di meja bersama nampan berisi ceker, kepala, sate telur puyuh dan gorengan yang besar nya segede gaban.

"Kamu nggak mau kepala atau ceker wid?"
Tanya ku pada nya yang sedang mengaduk mie menggunakan sumpit dan sendok

"Nggak ah, aku mau makan pake krupuk aja Gal. Tolong ambil in dong..."
Pinta nya pada ku untuk meraih sebuah kotak seng dengan penutup kaca transparan di dekat ku.

Aku pun ikut makan pake krupuk sama seperti diri nya.

Ketika aku hendak menyeruput kuah di sendok, widya memperhatikan gelagatku dengan seksama. Seperti ingin memastikan kalau makanan rekomendasi dari nya memang benar benar enak.

"Sruuuupppppp...."
Suara ketika aku menyeruput nya

"Gimana Gal,enak nggak?"
Tanya widya pada ku.

"Liat nya biasa aja kali wid, aku kan jadi salting...."
Kata ku.

"Yaaa enak apa nggak Galih....."
Kata nya.

"Emmmm, lumayan lah. Kaldu Kuah nya benar benar terasa wid...."
Jawab ku.

"Apa ku bulang, mie ayam di sini tuh enak banget gal...."
Kata nya dengan bangga.

Kami makan bersama dengan lahap nya sampai mie ayam di dalam mangkok habis tak bersisa.

Wajah widya tampak merah, sepertinya dia kepedesan. Es teh di gelas nya sampai habis karena dia minum untuk meredam rasa oedah di lidah.

"Kepedesan yo wid, makan nya aku pesan teh anget. Buat antisipasi kalau kepedesan hehehehe..."
Ucap ku sambil memegang gelas berisi teh hangat yamg masih tersisa setengah.

Widya merebut gelas ku tanpa basa basi.

"Banyak cincong kamu, sini bagi teh nya....."
Dia langsung meneguk teh di gelas ku karena masih merasakan pedas di lidah nya.

"Main ngrebut aja kamu, pesen aja lagi...."
Kata ku pada nya.

"Hehehehe, kelamaan gal."

"Nih kamu habisin sisa nya...."
Kata widya.

"Nggak ah, kamu aja yang habis in."

"Tanggung...."
Kata ku.

Aku langsung berdiri menuju sang penjual untuk membayar.

"Berapa semua nya pak...."
Ucap ku.

"Iya mas, tadi mie ayam dua,teh nya dua sama apa lagi?"
Tanya beliau

"Krupuk nya empat pak."
Jawab ku.

"Semua jadi 20 ribu mas...."
Kata si penjual.

Murah banget harga nya,batin ku sambil mengambil uang di dalam dompet dan membayar nya.

"Makasih galih, hari ini kamu yang traktir. Lain kali ganti aku yang bayarin deh...."
Kata widya.

"Gampang itu mah, yuk balik ke workshop."
Ajak ku pada nya.

Setelah makan siang, kami bergegas untuk kembali ketempat kerja.
Ketika sampai di jalan belokan menuju blok rumah dinas, tiba tiba ada sebuah motor Mega pro yang mendekati motor ku lalu menghangi di depan persis.

"Seoranf laki laki memakai wear pack montir berwarna putih turun dari motor nya, dia membuka helm.
Tatapan mata nya menyeringai ke arah ku, laki lqki yang tak terlalu tinggi berkulit sawo matang dengan rambut gondrong berdagu tirus melotot ke arah ku.

Aku tersulut emosi karena dia riba tiba saja mencegat laju motor ku.

"Ada apa ya mas....."
Teriak ku pada nya

"Widya seperti nya gelisah melihat orang tersebut.

Aku yang mulai kesal melepas helm dan bersiap untuk turun dari motor,

"Jangan gal, kamu tetap di sini saja.
Biar aku yang ngurus...."
Kata nya pada ku.

"Maksud nya gimana wid?"
Kata ku yang masih belum mengerti keadaan saar itu.

"Dia Roni, suami ku..."
Ucap widya sambil melepas helm dan memberikan nya pada ku.

"Waduhhhh...."
Tiba tiba dada ku terasa berdebar setelah mendengar dari widya kalau laki laki itu adalah suami nya.

"Nggak wid, biar aku jelaskan dulu pada nya supaya nggak salah paham."
Kata ku.

"Sudah Gal, biar aku saja...."
Ucap widya.

"Kamu ngapain bincengan sama orang itu, hbis darimana saja tadi?"
Teriak suami widya dengan penuh emosi sambil menunjuk ke arah ku.

"Bisa nggak kalau ngomong nya jangan teriak teriak...."
Ucap widya pada nya.

Mereka tampak sedang berdebat sengit di bawah pohon tanjung ysng ada di tepi trotoar.

Sepertinya widya sedang berada di atas angin, dia menfeluarkan semua unek unek nya karena selama ini widya merasa kalau Roni sudah tak peduli lagi dengan nya, dari mulai kelayapan dan pulang malam sampai jarang pulang ke rumah.

Karena merasa salah, Roni langsung kembali ke atas motor nya dan menggeber sambil berlalu ngebut meninggalkan kami di sana.

Widya masih tertegun di bawah pohon, duduk di tepi trotoar sambil menutup wajah nya dengan kedua tangan, nih anak tomboi ternyata bisa nangis juga,batin ku.

Aku pun mendekati nya,

"Kamu nggak apa apa kan Wid..."
Ucap kunpada nya

Widya membuka kedua tangan nya, mata nya merah ber riak air mata
Dia hanya menggeleng kan kepala.

"Maaf ya Wid, gara gara aku sekarang kamu malah dapat masalah."
Ucap ku pada nya.

"Nggak apa apa Gal, kamu nggak salah kok. Tadi tuh cuma salah paham aja.
Toh kita kan memang cuma sekedar makan siang."
Kata widya.

"Aku jadi nggak enak wid, biar aku jelaskan ke suami mu aja ya, supaya dia nggak salah paham."
Ucap ku.

"Nggak perlu Gal, biarin saja dia. Nanti juga ngerti kok dia, yuk balik ke workshop...."
Kata nya sambil meeminta helm yang ku pegang

Sepanjang perjalanan kembali kami hanya saling diam, Sesekali kudengar widya masih ter isak di belakang,
Aku benar benar merasa tak enak hati.

Pikiran ku benar benar kacau......
kyo_shiro_hu
pulaukapok
itkgid
itkgid dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup