tetes.tinta
TS
tetes.tinta
Ujung Tanggul Kali Gelis
Mulustrasi


Setelah sekian lama menjadi silent rider forum sfth.akhir nya ada sebuah keinginan untuk menulis. newbie,amatiran dan apalah namanya buat seorang pemula.yang penting coba aja dulu....

Kisah ini menceritakan tentang perjalanan sebuah keluarga.
Seorang janda dengan tujuh anak nya.
Tokoh utama di sini bernama erwin,anak ke 6 dari tujuh bersaudara.
Sebuah kisah sederhana dari seorang anak laki laki yang sudah terlalu banyak memendam kisah pahit getirnya perjalanan hidup.
rumah sederhana di pinggiran sungai bernama kali gelis,adalah "tempat kami pulang".karena di sana ada seorang ibu yang begitu gigih dalam berjuang membesarkan anak anak nya menjadi pribadi yang kuat walaupun selalu di tempa bertubi tubi oleh keadaan hidup yang sulit.
Di sini lah awal kisah bermula.....

Quote:
Diubah oleh tetes.tinta 07-12-2022 15:07
bruno95bulbuljauherman123
erman123 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
38.9K
1.8K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
tetes.tinta
TS
tetes.tinta
#164
Part 74
Minggu itu aku sudah bangun sejak adzan subuh,
Ku sempatkan untuk sekedar bantu bantu emak yang sedang menyiapkan pesanan dari kantor jaringan listrik langganan nya,
Sejak kemaren siang emak di bantu beberapa tetangga sudah di sibuk kan untuk menyiapkan menu yang akan di gunakan acara gathering kantor tersebut berupa nasi kuning berbentuk tumpeng dan nasi box dengan toping perkedel kentang,tempe orek dan ayam bakar.

Emak sedang membumbui masakan di dapur,di depan tungku kayu yang biasa beliau gunakan untuk memasak.
Emak juga sudah menggunakan kompor gas,
Tapi untuk membuat ayam bekakak dan nasi kuning,emak lebih suka menggunakan tungku kayu supaya ciri khas dan rasa nya tidak berubah.

Matahari sudah memancarkan cahaya nya dari ufuk barat.

Setelah aku membantu emak sebentar,
Aku pun bergegas mandi karena sudah ada janji sama diah.

Setelah siap,
Aku pun beranjak ke depan untuk memanasi motor.
Beberapa ibu ibu yang membantu emak di ruang tamu melihat ku yang sudah rapi dan wangi.

"Wahhhh,minggu minggu erwin sudah rapi.
Mau apel ke rumah pacar nya tuh mak,
Mak asih sebebtar lagi dapat mantu."
Kata tetangga ku tersebut sambil menata nasi di dalam sebuah kotak karton.

"Yo wes lah yu,nama nya juga anak muda."
Sahut emak.

"Aku pergi dulu ya mak...."
Kata ku berpamitan.

"Iya le,hati hati kamu di jalan..."
Jawab emak.

Aku menuju ke konter diah untuk menjemput nya lalu mengajak nya jalan jalan ke gunung muria.

Ketika di depan konter,
Ku dapati bapak bapak berperawakan tambun dengan kaos putih memakai sarung tak lupa sebuah kopiah putih dia kenakan sebagai penutup kepala sedang menyapu depan konter,
Ada juga seorang ibu ibu berhijab sedang mengelap etalase konter tersebut.
Mereka ini tak lain adalah orang tua diah,
Pak Haji Budi dan istri nya hajah kasmini.

Wah pagi pagi malah di sambut orang tua nya diah duluan,

"Asalamualaikum.....
Diah nya ada buuuk."
Ucap ku dengan grogi.

"Waalaikum salam....
Kamu teman nya diah ya mas,
Sebentar ya.diah masih di rumah
Tadi ku lihat dia sedang bersiap siap
Katanya mau pergi sama teman nya."
Kata ibu nya diah.

Bapak nya seperti sedang mengamati ku dengan tatapan sinis,

"Anak muda jaman sekarang,
Ngajak jalan anak gadis orang kok jemput nya di pinggir jalan,
Nggak ada sopan santun nya."
Gumam bapak nya diah.

"Sini duduk dulu mas,paling sebentar lagi diah datang.
Kamu teman sekolah nya diah ya?"
Tanya ibu nya.

"Nggih buk,
Saya dulu kakak kelas nya diah sewaktu smp
Sekarang saya sekolah di STM."
Jawab ku.

"Kamu sekedar berteman atau pacaran sama diah?"
Tanya beliau.

"Emmm,saya teman dekat nya diah buk."
Jawab ku.

"Ow,lain kali kalau mau ngajak anak ku keluar,langsung ke rumah saja ya mas.
Jangan di sini,kesan nya kok nggak sopan."
Kata beliau

"Iya buk,maaf...."
Kata ku.

"Diah itu anak dari keluarga terpandang di sini mas,
Jangan kau ajari dia hal hal yang tidak baik.apalagi kamu ini anak stm.
Biasanya anak stm kan perangai nya liar."
Kata bapak nya pada ku.

"Nggih pak,tapi tidak semua anak stm itu kelakuan nya urakan kok."
Jawab ku.

"Kamu orang mana?"
Tanya beliau.

"Saya tinggal di pinggiran kali gelis pak."
Jawab ku.

Bapak nya diah langsung memandang dengan ekspresi meremehkan.
Anak orang kere ini pasti,
Batin ku menerka nerka.

Aku pun hanya terdiam sambil tertunduk,
Situasi saat itu benar benar membuat ku merasa tak nyaman.

"Diah akan ku sekolah kan sampai perguruan tinggi.
Kamu nanti mau kuliah di mana kalau sudah lulus?"
Tanya bapak nya.

"Saya mau langsung kerja pak,ndak nerusin kuliah."
Jawab ku.

"Lulusan STM,jaman sekarang mau kerja apa
Paling mentok juga buruh pabrik."
Celetuk bapak nya.

Diah pun datang,

"Mas,maaf ya nunggu lama...."
Kata nya.

"Nggak kok dek,baru saja aku sampai."
Kata ku.

"Kamu mau kemana nduk?"
Tanya ibu nya.

"Aku mau ke gunung muria sama mas galih buk."
Kata diah.

"Hati hati lho,
Kalian kan motoran,
Jalanan di sana banyak tanjakan dan kelok kan
Hari minggu gini biasanya ramai dengan bus bus besar para peziarah dari luar daerah."
Kata ibu nya

"Iya buk,saya akan berhati hati di jalan."
Jawab ku.

"Awas saja kalau terjadi apa apa sama anak ku."
Kata bapak nya.

Kami pun berpamitan kepada kedua orang tua diah untuk jalan.

"Mas,tadi di tanya in apa sama bapak ibuk ku?"
Tanya diah di tengah perjalanan.

"Ngak di tanya apa apa kok dek,
Cuma basa basi nanya alamat sama sekolah dimana."
Kata ku.

"Ehm....
Ibuk tanya nggak tentang hubungan kita?"
Kata nya lagi.

Aku hanya mengangguk,

"Terus mas galih jawab apa?"
Timpal diah.

"Aku jawab aja kalau kita adalah teman dekat,mana mungkin aku bilang kita pacaran,
Orang tua mu kan orang yang religius dek,terpandang pula."
Kata ku.

"Nggak usah bilang gitu lah mas,
Di mata tuhan kan kita semua sama."
Kata diah.

Kami sudah memasuki kawasan kaki gunung muria,
Terlihat dari kontur jalanan nya yang menikung dan banyak tanjakan.
Minggu itu jalanan di sana benar benar ramai,
Terlihat juga bus bus besar rombongan peziarah yang akan menuju ke puncak gunung muria.

Kami pun sudah sampai dinkawasan bumi perkemahan kajar,
Naik sedikit sudah samapi di portal masuk kawasan gunung muria.
Di samping nya terdapat pangkalan ojek yang di dominasi motor yamaha RX king sedang berjajar menanti penumpang.

Setelah masuk portal dan membayar retribusi wisata,
Ku parkirkan motor ku di dekat kawasan pesanggrahan.

Kami langsung berjalan menuju air terjun montel di sisi kanan tangga menuju makam sunan muria,
Kami tidak berziarah ke atas karena pasti memakan banyak waktu.
Sedangkan sore nanti aku harus kerja di warung.

Ku gandeng tangan diah menapaki jalanan setapak yang sudah di aspal
Beberapa kali ki melewati tanjakan dan kelokan,
Kontur jalanan yang khas di daerah pegunungan.
Tak henti henti nya kami di buat kagum dengan pemandangan jurang terjal dengan rapatnya pepohonan rindang yang terhampar luas di sisi jalan.

Terdengar deru air yang bergemuruh di telinga,
Pertanda bahwa lokasi air terjun sudah dekat dari posisi kami berjalan.
Suasana nya benar benar ramai,
Kami tidak jalan sendirian.
Banyak rombongan wisatawan yang menuju ke air terjun tersebut.

Di area tersebut juga terdapat loket untuk membayar tiket retribusi memasuki kawasan wisata.

Setelah mebayar di loket,
Kami pun berjalan mendekat ke arah air terjun tersebut.
Jalanan bebatuan yang lembab dan licin membuat kami ekstra hati hati ketika melewati nya.

Kami berada tepat di tepi jatuh nya air terjun dengan pemandangan yang benar benar indah.



Setelah duduk duduk di bebatuan yang besar besar,
Dia mengajak ku untuk main air di aliran sungai nya.
Batapa bahagia nya ia ketika berada di sana bermain main dengan percikan air sambil tertawa lepas.
Aku di suguhkan dua pemandangan yang benar benar membuatku takjub,
Sebuah air terjun dan sebuah senyum manis sang pujaan hati ku diah.
Dua ciptaan tuhan yang terus mbuat ku tak henti hentinya berdecak kagum.

"Kamu nggak mandi sekalian dek ke bawah air terjun?"
Tanya ku.

"Nggak ah mas,aku kan nggak bawa pakaian ganti.
Cukuo main air di sini aja...."
Kata nya.

"Makan dulu yuk dek..."
Ajak ku.

"Iya,kita makan di situ saja mas."
Tunjuk diah ke sebuah warung soto di dekat air terjun yang terdapat minuman ringan dan mie cup di depan nya.

Kami menyantap soto dan teh hangat di warung tersebut.

"Setelah ini mau naik lagi ke air tiga rasa nggak dek?"
Tanya ku.

"Iya mas,aku mau kesana juga."
Kata nya.

"Masih kuat jalan kan?"
Tanya ku.

"Aman lah..."
Kata nya.

Setelah makan dan menikmati prmandangan ar terjun,
Kami pun melanjutkan naik ke atas lagi menuju sebuah situs air tiga rasa.

Aku menggandeng tangan diah sambil menanjak.
Beberapa anak muda yang iseng pun menggoda kami.

"Mas,di pegang ysng erat tuh pacar nya bias nggak ilang."
Kata mereka.

Aku cuma nyengir mendengar nya.
Setelah melewati jalanan menanjak,
Sampailah kami di situs tersebut.

Kami memasuki area 3 buah sendang yang berjajar.
Ku ambilkan segelas air 3 rasa untuk diah,
Dia pun langsung meminum nya.

Di samping ku ada anak anak muda tadi,
Mereka benar benar ramai.

"Rasa nya apa bro?"
Tanya salah satu dari mereka kepada rekan nya yang sedang meminum air tersebut.

"Rasa nya ya Rasaaah bayar bro"
(Rasah bayar : Nggak usah bayar)
Celetuk salah satu dari mereka diiringi gelak tawa yang menggema.

Kami duduk di gazebo yang terletak di dekat sendang air tiga rasa.
Suasanya benar benar teduh,
Rasanya aku ingin saat saat itu cepat berlalu.

Diah pun mengajak ku turun lagi menuju air terjun.
Dan di sana kami menikmati satu cup mi gelas berdua sambil duduk di dekat air terjun tanpa menghiraukan orang lain yang berlalu lalang.

Kami juga tak lupa membeli oleh oleh berupa nasi karak berbentuk loyang dengan gula merah di permukaan nya untuk ku berikan kepada orang tua diah sebagai buah tangan.

Siang itu kami pun akhir nya memutuskan untuk pulang,
Ku antar diah menuju konter nya.
Aku sempat ketar ketir kalau kalau masih ku dapati orang tua nya di konter,

Ketika di depan konter,
Aku benar benar lega karena hanya ku dapati mbak rina di sana.

"Bapak ibuk kemana mbak?"
Tanya diah kepada mbak rina.

"Mereka tadi keluar pake mobil,katanya mau menghadiri pengajian haji."
Jawab mbak rina.

"Ow.....
Biasanya kalau bapak ibuk menghadiri kumpulan haji bisa sampai sore."
Kata diah.

Aku duduk sebentar di depan konter,
Ngobrol ngalor ngidul dengan diah.
Mbak rina juga sesekali mengikuti obrolan kami.

Jam dua siang aku pamitan kepada diag untuk pulang,
Karena harus bersiap siap kerja di warung.

"Aku pulang dulu ya dek..."
Ucap ku.

"Iya mas,makasih ya buat hari ini.
Aku senang banget bisa jalan sama kamu."
Kata diah.

"Iya dek,aku juga senang jalan jalan sama kamu..."
Jawab ku.

Aku pun kembali ke rumah,
Sepertinya pesanan nya sudah di ambil oleh langganan emak.

Beliau sedang istirahat di kamar nya,
Pasti kecapek an karena begadang semalaman membuat pesanan.

"Wes pulang kamu le...."
Kata emak dari dalam kamar nya.

"Sudah mak,
Sebentar lagi mau siap siap ke warung."
Jawab ku.

"Sana makan dulu,
Tadi emak sisih in nasi kuning sama lauk nya buat kamu di dapur."
Kata emak.

"Iya mak...."
Jawab ku.

Aku pun menuju ke kamar ku
Lalu cuci muka di kamar mandi dan langsung menyantap nasi buatan emak.

Aku juga sms an sama diah di dalam kamar sambil merebahkan badan sejenak.

Mengenai mitos itu,
Sepertinya hubungan kami baik baik saja.......

Sore itu aku bekerja seperti biasanya di warung.
Tampak mbak edah sedang ngobrol dengan seseorang.
Ternyata orang itu sedang membicarakan mengenai pesanan bakso untuk acara hajatan di rumah nya.

Tak lama berselang,
Mbak edah pun ngomong kepada mas arya.
Suasana warung saat itu belum terlalu ramai oleh pembeli.
Aku mendengar obrolan mereka berdua sambil mengelap mangkok dan gelas.

"Mas,orang tadi mau pesan bakso 300 porsi untuk acara hajatan di rumah nya minggu depan."
Kata mbak edah.

"Tadi sudah di beri panjer belum?"
Kata mas arya.

"Sudah mas,di bayar lunas malahan."
Kata mbak edah.

"Nanti kita sewa viar untuk mengangkut pesanan dan peralatan seperti kompor,dandang dan perlengkapan pesan ke rumah nya.
Rumah nya mana buk?"
Tanya mas arya.

"Di daerah kampung nya mbah di mas"
Kata mbak edah.

"Ow....
Dekat lah,
Kamu siap ikut kesana buat bantu kan win?
Nanti upah mu ku kasih 3x lipat deh."
Tanya mas arya.

Daerah rumah nya mbah di,
Jangan jangan......
Batin ku.

"Iya mas,aku siap kok"
Kata ku.

"Tadi dia juga mau pesan menu lontong opor sama soto win,
Aku rekomendasi in aja eupaya dia pesan kepada lek asih,emak mu.
Jadi minggu depan kita sama emak mu bisa sama sama di sana."
Kata mbak edah.

"Iya mbak,malah rame nanti disana sama orang orang sini.hehehe"
Jawab ku.

Sebuah pesanan untuk acara hajatan yang terletak di daerah rumah mbah di.

Dan aku nanti akan ada di sanan untuk menjadi pramusaji plus mengambil mangkok dan mencuci nya di situ.
Gimana kalau orang tua diah tau....
Aku benar benar sedikit merasa gusar.

Di sela sela kerja aku membaca pesan dari diah,

"Mas,masih di warung ya...."
Kata diah.

"Iya dek,masih di warung ini.
Kamu lagi apa?"
Tanya ku.

"Ini lagi di rumah sendirian...."
Kata nya.

"Lho,bapak ibuk mu belum pulang?"
Tanya ku.

"Tadi sih sudah pulang,
Tapi pergi lagi menghadiri undangan
Rapat acara pernikahan saudaraku yang berada di belakang rumah ku."
Kata diah.

Aku kaget,jangan jangan,itu adalah orang yang pesan bakso tadi.

Saudaramu yang mau nikah itu kerja di pabrik kertas ya dek?"
Tanya ku.

"Hu'um mas,
Minggu depan acaranya.
Emang kenapa?"
Kata diah.

Mampus aku......


"Nggal dek,nggak apa apa kok.

Aku kerja lagi ya,
Nanti ku balas lagi kalau senggang...."
Balas ku.

Aku mencuci mangkok sambil memikirkan aneh aneh,
Keringat ku tiba tiba saja mengucur di kening.

Dilema.....
Diubah oleh tetes.tinta 29-06-2022 07:02
suryaassyauqie
suryaassyauqie memberi reputasi
5
Tutup