Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mataduniawiAvatar border
TS
mataduniawi
Di Rumah Kebarat-baratan, di Luar Kearab-araban. Ciri Istri Idaman?
Sering terdengar ya sebuah ungkapan 'di rumah kebarat-baratan, di luar ke arab-araban'. Ungkapan ini sering dipakai khususnya obrolan-obrolan di kalangan kaum adam untuk menunjukan perilaku istri idaman.

Ada dua hal yang ingin TS bahas dari ini:

Pertama, kebiasaan manusia itu suka sekali men-generalisasi. Padahal loh ya gak semua orang barat itu suka buka-bukaan di tempat umum, ada juga mereka yang malu menampakan paha atau belahan dada ke muka publik. Dan berlaku sebaliknya, gak semua orang Arab itu berpakaian sopan dan berhijab, ada juga yang di muka publik enteng menunjukkan pesona kemolekan tubuhnya.

Terus kenapa ungkapan ini masih mencuat dan eksis dari masa ke masa? Ya itu karena kita suka menilai dari suatu cuplikan-cuplikan yang tampak lalu memberikan label, sekalipun tidak semuanya demikian. Contoh lainnya adalah menghubungkan kata sifat atau prilaku terhadap asal daerah. Misal orang daerah M itu kasar-kasar, kemproh, jorok, sulit diatur. Orang dari daerah S itu tutur katanya halus tapi suka nusuk dari belakang. Orang asal P itu omongannya kasar ceplas-ceplos dan kalau nyenggol sedikit aja bisa jadi perkara runyam.

Nah bahayanya lagi sampai merembet ke perkara lebih sensitif. Dulu TS sangat dilarang sampai ditekan pakai sumpah oleh emak kalau nikah dengan perempuan dari daerah X. Katanya orang X itu pelit, perhitungan, suka jahat dengan mertua. Oh sungguh keyakinan yang konyol. Padahal ya itu gara-gara beberapa oknum jadinya langsung tarik kesimpulan kekanak-kanakan.

=-=-=

Kedua, dengan mamakai makna instan-sederhana dari ungkapan 'di rumah kebarat-baratan, di luar ke arab-araban', apa benar istri idaman itu adalah dia yang menutup auratnya rapat-rapat di muka umum dan tampil sexy minim busana saat di dalam rumah? Menurut TS itu benar sekali. Saat pernikahan baru seusia jagung TS sempat bertengkar hebat dengan istri karena dia tidak menggunakan hijab, bercelana pendek paha kelihatan, baju kaos nerawang, lalu ngobrol di tepi jalan dengan tetangga sebelah.

TS awalnya menegur baik-baik, tapi selalu dijawab dengan alasan macam-macam. Satu kalimat TS utarakan, dibalasnya dengan satu paragraf tanpa titik. Sekali itu TS sebatas teguran baik-baik saja, tidak mengambil langkah tegas. Tapi selang beberapa minggu kemudian kejadian serupa terulang lagi, ya harus ambil lagkah tegas dong. TS sampai terpaksa mengucapkan talak muallaq karena sudah kehabisan cara. "Jika sekali lagi kamu dengan sengaja membuka aurat di luar rumah atau di depan orang yang bukan mahram, maka jatuh talak satu padamu." Istri terdiam lalu nangis kenceng banget kayak bocah. Malam harinya TS peluk erat-erat sambil menyampaikan selembut mungkin bahwa itu untuk kebaikannya. Istri akhirnya melunak dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama. 

Dan parahnya, satu sisi TS melarang istri membuka aurat di luar rumah atau di depan orang bukan mahram, eh pas giliran gak sengaja lihat tonjolan cewek lain  TS suka gagal fokus. Astaghfirullah. Emang  butuh perjuangan gees untuk mengendalikan diri dan menjaga iman.

Sealim-alim mata lelaki, kalau lihat aurat wanita tersingkap dan berbentuk wah bakal tergoncang juga imannya. Maka dari itulah TS gak kepengen istri jadi korban mata lelaki. Mata-mata yang binal. Eh btw ini  termasuk men-generalisasi juga gak sih?
emoticon-Leh Uga

Sekian share dari TS, ada yang punya pendapat lain? 


sumber ilustasi1
sumber ilustrasi2
janurhijau
aditeyza
gpandita
gpandita dan 7 lainnya memberi reputasi
6
7K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
riko911Avatar border
riko911
#22
ente berlebihan sama istri ente gan. batas aurat itu menyesuaikan dgn kebiasaan setempat. itulah konsep aurat sejatinya. orang2 masa dulu tdk ada yg pke jilbab. jilbab itu produk baru, dulu mana ada jarum pentul, kain polyester yg lentur bahan jilbab skrg. itu produk baru. pakaian org zaman dlu tebal2 tdk bisa disarungkan ke kepala. skrg2 saja baru bisa. Coba ente liat orang2 muhammadiyah, NU foto2 dulu. saat muktamar misalnya saja banyak yg pake rok dan tdk pake jilbab. itu bukan mereka tdk paham agama. hanya tafsir yg dipakai berbeda. Apalagi zaman nabi, jilbab itu sdh pasti belum ada.

skrg itu paham islam yg berkembang ke indonesia khususnya pasca 2000-an adalah islam konservatif-fundamentalis yg tekstual. karenanya tafsir populer adalah cenderung kaku dan literalistik. jilbab pun sudah dipahami seperti rukun islam skrg. bahkan sdh mulai bergeser ke wajib cadar. Pergeseran antara jilbab ke cadar seperti masa skrg persis sama seperti rambut biasa ke jilbab dulu pada masa awal 2000-an. artinya org makin kesini makin org makin konservatif dan ini ane tau gerakan terstruktur persis sama dgn yg dialami mesir era 1920-an dulu.

tapi itu hanya berlaku ke perempuan saja. bias gendernya sangat kental. padahal laki2 juga punya aurat. mungkin karena ulama itu semua laki2. persepsi aurat laki dari dulu hingga skrg tetap sama. tdk pernah ada yg mempermasalahkan jika paha laki2 terlihat. tapi lain hal kalau perempuan. sedikit saja rambut keliatan langsung masuk neraka. dalil palsu yg entah kenapa populer sekali.

pesan ane, islam itu adalah soal perilaku dan akhlak. jelas sekali pesan nabi bahwa tujuan islam adalah menyempurnakan akhlak dan Al Quran dan hadis 90% lebih adalah soal itu. bukan soal atribut juga bukan soal hukum (syariat). skrg kan ada kecendrungan memahami bahwa islam itu adalah soal hukum (syariat). sementara hukum (syariat) itu rumusan ulama. buah pikiran ulama. tentu saja ulama tetap manusia dan bisa salah
mataduniawi
riodgarp
riodgarp dan mataduniawi memberi reputasi
2
Tutup