TS
SyuKroN
Belajar Menikmati Hidup di Pulau Kapoposang
Quote:
***
Perjalanan ke Pulau Kapoposang ini tanpa rencana maupun ekspektasi. Saya sama sekali tidak tahu apa yang ada di sana. Kawan saya Dedi, yang merayu untuk ke Kapoposang, hanya bilang bahwa kami akan ke kampung halaman temannya yang sekarang menjadi Kepala Desa Mattiro Ujung, wilayah desanya meliputi Pulau Kapoposang dan Pulau Papandangan. Tapi, katanya di sana listrik hanya berasal dari panel surya. Dan sinyal internet juga tergantung cuaca.
Jarak Pangkep kota dengan Pulau Kapoposang sekitar 40 mil. Rata-rata waktu tempuh 4-5 jam dalam kondisi normal. Tapi, kami sedang berada di kondisi tidak normal. Jadi, menurut perkiraan, perjalanan akan memerlukan waktu sekitar 6 jam. Untuk menuju ke Pulau Kapoposang menggunakan perahu nelayan berbadan kayu biasa disebut joloro. Perahu tipe 2 GT ini jamak dijumpai di perairan Sulawesi. Panjangnya sekitar 15-20 meter dan lebarnya bisa mencapai 1,5 meter. Berhubung bukan didesain untuk penumpang, perahu yang saya naiki ini ibarat mobil bak terbuka yang lapang dengan segala macam isinya. Perlu kemampuan khusus untuk memosisikan diri tidur dengan nyaman di antara jeriken solar, kardus, dan karung logistik.
Quote:
Setelah sandar di pantai, saya disambut pemandangan pohon sukun yang diameternya mungkin cukup untuk dipeluk 3-4 orang. Usianya mungkin sudah ratusan tahun, seperti pohon beringin tua. Dan, hebatnya lagi, ternyata tidak hanya ada satu atau dua pohon sukun berukuran super jumbo di pulau ini—ada lebih dari sepuluh!
Spoiler for Pohon Sukun Raksasa:
Yang semula dijadwalkan seminggu berkunjung, sekarang sudah lebih dari setahun saya tinggal di pulau ini. Tak ada alasan khusus untuk tinggal menetap di pulau ini. Dengan berbagai kondisi dan keterbatasan, pulau ini memang tak jauh beda dengan pesisir-pesisir daerah lain. Tapi disini saya mendapatkan banyak pembelajaran apalagi tepat dengan kondisi pagebluk corona saat ini.
Quote:
1. Menanam
Hal dasar dalam bertahan hidup di pulau terpencil seperti ini memang adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pangan. Untuk ikan jelas berlimpah. Dengan dominasi profesi masyarakat sebagai nelayan. Ikan sudah menjadi lauk sehari-hari. Untuk sayuran selama ini mengandalkan dari kapal nelayan yang keluar masuk ke kota. Itulah yang membuat sayur segar tidak bisa selalu tersedia.
Untuk menanam di pulau perlu perlakuan khusus, karena tanahnya yang berpasir dan kurangnya unsur hara. Atas dasar itulah kami coba mengolah secara organic karena memanfaatkan sampah dapur, kotoran ayam, dan daun-daun pohon sebagai pupuknya. Alhamdulilah sudah beberapa kali panen dan dapat melengkapi kebutuhan dapur di rumah.
Spoiler for Menanam di pulau:
Quote:
2. Mengolah
Pulau Kapoposang didominasi oleh pohon kelapa. Karena itu ibu-ibu disini cukup mahir mengolahnya menjadi minyak kelapa dan VCO. Selain dikonsumsi sendiri juga dijual. Ada juga pohon kelor yang bisa diolah menjadi tepung kelor dan teh kelor. Untuk variasi lauk di pulau juga membuat tempe sendiri dengan membeli kedelai dan ragi dari Pangkep.
Spoiler for Membuat VCO:
Spoiler for Membuat Tempe:
Quote:
3. Menyelam
Sebagai penyelam, eksplorasi bawah laut Kapoposang menjadi salah satu kegiatan yang paling menyenangkan. Penyu dan hiu masih cukup dominan membuktikan kondisi bawah laut yang masih cukup terjaga. Kegiatan menyelam
mulai dari memasang mooring buoy, mengambil sampah di lautjuga menarik anak-anak muda pulau untuk ikut serta.
Spoiler for Memasang mooring buoy:
Spoiler for Bersama penyu:
Quote:
4. Bajrangsandi
Salah satu ritual budaya yang masih dilakukan hingga saat ini adalah Barasanji yaitu acara syukuran yang biasa dilakukan untuk sebuah kapal yang baru dibuat atau diperbaiki yang setelah didoakan kapal itu akan didorong ke laut.
Salah satu ritual budaya yang masih dilakukan hingga saat ini adalah Barasanji yaitu acara syukuran yang biasa dilakukan untuk sebuah kapal yang baru dibuat atau diperbaiki yang setelah didoakan kapal itu akan didorong ke laut.
Spoiler for Bajrangsandi:
Quote:
5. Bado-bado
Hiburan anak pulau. Biasanya Bado-bado ditampilan saat ada hajatan warga. Pemainnya pun dari warga sendiri. Lawakan di panggung ini mirip OVJ dalam bahasa Bugis. Cerita Bado-bado kali ini adalah upacara perkimpoian berbungkus komedi. Dandanan para pemainnya yang menor saja sudah bikin orang terpingkal-pingkal. Gerak-gerik para pemain memang lucu. Tapi, karena disajikan dalam bahasa Bugis, saya merasa seperti sedang nonton film asing tanpa subtitle.
Quote:
6. Membuat Taman Baca
Di pulau Kapoposang, sekolah hanya ada SD saja, untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi harus keluar pulau. Untuk menarik minat literasi anak-anak atas inisiatif beberapa teman dan dibantu donatur buku dari Jakarta dan Bali akhirnya rumah baca ini dibentuk. Tempat ini menjadi ruang diskusi bagi anak-anak dan juga bertukar informasi.
Spoiler for Rumah baca:
Kalau dipikir-pikir, tak akan sulit jika diberlakukan lockdown di Pulau Kapoposang, sebab pada dasarnya masyarakat di pulau cukup mandiri. Hidup di tempat yang jaraknya jauh dari Pangkep atau Makassar, mereka terbiasa bertahan dengan kondisi yang serba terbatas. Saat musim barat, misalnya, bisa hampir sebulan orang Kapoposang tidak keluar pulau.
Ketika dunia dilanda wabah seperti ini, anjuran untuk menjarakkan diri dengan dunia luar tidak terlalu jadi masalah untuk mereka. Yang perlu dilakukan warga justru bagaimana membuat orang sementara tak mampir dulu ke pulau.
Quote:
Mungkin memang sudah digariskan semesta bahwa saya akan melewatkan masa-masa mencekam ini di tengah-tengah komunitas yang percaya bahwa ketenangan dan usaha mempertahankan hidup itu bisa sejalan.
Quote:
Quote:
Diubah oleh SyuKroN 31-05-2021 13:17
hudazone dan 2 lainnya memberi reputasi
3
867
9
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yo09
#1
Thread nya bagus banget, mod.
Bikin ane teringat kenangan 3 tahun lalu di Kapoposang. Sebuah pulau yang masih jauh dari jamahan oleh orang asing. Benar-benar sebuah surga tersembunyi.
Btw, saat ane diajak ke sana, sepertinya sudah berencana dibuka menjadi tempat wisata. Sekarang melihat foto momod, terlihat sudah banyak perubahannya.
Oya yang tidak akan terlupakan itu, masakan si ibu yang enak banget, ikan bumbu coklat, seperti resep toppalada diberi kecap manis hingga agak kecoklatan.
Ya disana ada VCO, seingat ane, peninggalan pengusaha Jepang. Dan ane sempat membawa pulang 1 jerigen, nekat angkut naik pesawat balik ke Jakarta hehe.
Memanjat pohon kelapa tentu tidak mudah kan.
Saat itu hanya ada 1 orang pulau yang sanggup memanjat pohon kelapa, maka jika ingin menikmati kelapa kita butuh kesabaran menunggu orang istimewa itu punya wkt untuk memetik kelapa.
Oya saat itu selain kepala desa, ada seorang Datuk yang dihormati. Kami dibawa ke pantainya yang indah.
Dan tidak jauh dari pulau, saat snorkeling dan nyelam, kami sempat juga melihat penyu dan baby shark. Dan banyak sekali ubur-ubur tanpa sengat seperti di Derawan, namun di sini ubur-uburnya berwarna pink. Unik!
Btw, saat itu kami LOB, kapal bersandar di depan pulau selama bbrp hari saja. Nikmat bener jauh dari keramaian kota, walaupun tanpa koneksi internet.
[IMG]
Kapal kami yang bersandar dipinggir pulau
Bikin ane teringat kenangan 3 tahun lalu di Kapoposang. Sebuah pulau yang masih jauh dari jamahan oleh orang asing. Benar-benar sebuah surga tersembunyi.
Btw, saat ane diajak ke sana, sepertinya sudah berencana dibuka menjadi tempat wisata. Sekarang melihat foto momod, terlihat sudah banyak perubahannya.
Spoiler for ikan:
Oya yang tidak akan terlupakan itu, masakan si ibu yang enak banget, ikan bumbu coklat, seperti resep toppalada diberi kecap manis hingga agak kecoklatan.
Ya disana ada VCO, seingat ane, peninggalan pengusaha Jepang. Dan ane sempat membawa pulang 1 jerigen, nekat angkut naik pesawat balik ke Jakarta hehe.
Spoiler for kelapa:
Memanjat pohon kelapa tentu tidak mudah kan.
Saat itu hanya ada 1 orang pulau yang sanggup memanjat pohon kelapa, maka jika ingin menikmati kelapa kita butuh kesabaran menunggu orang istimewa itu punya wkt untuk memetik kelapa.
Spoiler for datuk:
Oya saat itu selain kepala desa, ada seorang Datuk yang dihormati. Kami dibawa ke pantainya yang indah.
Dan tidak jauh dari pulau, saat snorkeling dan nyelam, kami sempat juga melihat penyu dan baby shark. Dan banyak sekali ubur-ubur tanpa sengat seperti di Derawan, namun di sini ubur-uburnya berwarna pink. Unik!
Btw, saat itu kami LOB, kapal bersandar di depan pulau selama bbrp hari saja. Nikmat bener jauh dari keramaian kota, walaupun tanpa koneksi internet.
Spoiler for Kapal :
[IMG]
Kapal kami yang bersandar dipinggir pulau
Diubah oleh yo09 11-06-2021 10:18
SuperDong memberi reputasi
1
Tutup