Seiring waktu,
Keadaan mendesakku untuk terbiasa.
Walau arah langkah terkadang meminta untuk berputar balik.

Tapi waktu,
Terus mendesakku untuk maju.
Tak diperbolehkannya aku menengok kebelakang.
Walau hanya sebentar saja.

Aku mulai terbiasa hidup mandiri.
Makan sendiri. Nyuci piring sendiri.
Nyapu sendiri. Ngepel sendiri.
Bahkan,
berak sambil ngupil pun, aku sendiri.
Ah aku sudah terbiasa.

Sekarang,
Kalau ada yang bertanya tentang kamu,
Aku hanya bisa balik bertanya:
"Kamu siapa?"
Ooh maaf, mungkin harusnya:
"Kamu itu apa?"

Karena semua tentangmu kini,
Hanya fatamorgana.

Tidak pernah terpikir akan balik lagi kesini.
Tempat yang dulu pernah aku kunjungi.
Apalagi jalur menuju curug itu, mengingatkanku pada masa lalu.
Sebenarnya ingin sekali, memprioritaskan tempat lain, yang belum pernah aku singgahi.
Tempat yang berbeda, dengan cerita yang berbeda.
Tapi arah langkah menuntun hati, untuk kembali lagi.
Kesini.
Tempat yang sama, namun dengan orang-orang yang berbeda.
Dan dengan cerita yang juga berbeda.
Dan kini, gunung gede pangrango menjadi tempat pelarian paling syahdu..

Beberapa kepergian memang harus ditangisi.
Tapi kepergian untuk orang yang masih hidup,
tak perlu ditangisi.

Karena untuk apa menangisi yang masih hidup?
Bisa jadi, orang yang kau tangisi sedang tertawa. Dengan yang lain.

Lagi pula, dirimu lebih pantas untuk bahagia.
Yaa..
Walau pun belum tau dengan siapa nantinya kau akan bahagia.

Jadi, mari sini,
kita tertawa bersama.
Walau hidup terkadang tak sesuai rencana.

Kau
Mudah tapi sulit
Ada tapi tiada
Abadi tapi fana

Kau
Yang datang dengan segala keluh kesah
Membuat mimpiku menjadi basah
Kemudian kau pergi lagi dengan dia yang selalu saja membuat hatimu patah

Kau seolah tak tau arah
Lurus.
Dijalan yang kau anggap indah
Padahal kenyatanya, kau hanya berputar-putar
Dan aku si bodoh, yang selalu setia menunggumu di garis start.

Semestaku yang sudah bukan tentangmu lagi.
Seperti kemarau, di musim hujan yang panjang.

Malam, yang selalu terasa lebih lama, sedangkan siang, terlalu cepat berlalu.

Seperti dirimu.
Datang tanpa ku duga,
Yang kemudian dengan cepatnya kau berlalu

Dan kini,
Malam melemparku kembali pada ingatan tentang dirimu.
Membuatku tersenyum sendiri.
Tersipu malu oleh kenangan.

Aku jadi ingat kembali,
awal pertemuan kita yang sangat tidak spesial.
Hanya sama-sama melihat,
tapi tak satupun dari kita yang saling menyapa.
Aku sangat tidak berani waktu itu untuk menyapamu.
Aku takut kau risih oleh sapaanku.
Dan itu, menjadi awal penyesalanku.

Sampai akhirnya,
Kau benar-benar risih kalau aku terus-terusan ada di hidupmu.

Aku ingat,
Sudah lama aku tak mengetik namamu di pencarian instagram.
Malam ini,
aku coba mencari akun instagrammu.
tapi ternyata,
kau sudah memblok akunku.

Kenyataan menghantam kenangan.
Untuk kesekian kalinya,
hati hanya bisa berangan-angan.
Dan seharusnya,
Semua tentangmu,
Tak perlu lagi aku kenang.