RarashashaAvatar border
TS
Rarashasha
"AYAH AKU INGIN MENGAJI, JANGAN HALANGI AKU"
Setiap usai subuh musholla samping rumah selalu berisi anak anak putri yang sedang mengaji. Jumlahnya berkisar antara 20 ssmpai 25 orang.
Tadarus usai subuh sengaja diaktifkan selama musim pandemi agar anak anak punya kegiatan.

Aku sendiri jarang ikut dan hanya mendengarkan dari rumah karena rumah kami bersebelahan dengan musholla.

Hingga anak anak lelakiku meminta ijin untuk ikut tadarus bersama di musholla.

Sudah tiga kali pagi aku mendampingi anak anakku tadarus. Kulihat semangat di mata mereka. Jumlah jamaah anak laki laki pun makin bertambah.
Yang menjadi unik mereka yang merasa tidak lancar saat tadarus memilih ikut privat mengaji di sore hari...
Ini istimewa fikirku.

Tadarus usai subuh ini seperti layaknya tadarus di kampung dengan microphon. Saat mereka pulang mereka di beri oleh oleh satu plastik kue dan minuman gelas,yang tiap hari berganti. Semua itu diperoleh dari dana pribadi. Bukan menggunakan kas musholla.

Subuh ini ada yang berbeda, ada sekitar 6 anak putri tak hadir tadarus bersama.

"Mbak kiki, mbak Yuni, Mbak Bilqis, Mbak Reni, Mbak Reva dan Mbak Fitra tidak ikut tadarus karena tidak boleh ayahnya sebab ada laki lakinya" Cerita Anjar panjang lebar.

"Glek," aku meradang.

"Nanti ini diberi sekat ya jangan bercampur laki laki dan perempuan " Ucap seorang jamaah pada anak putrinya. Aku tersenyum kecut.

"Haduh, di musholla gak boleh lihat anak laki nanti diluar janjian dengan laki laki" tukas jamaah yang tidak sependapat.

Inilah potret masyarakat di Negeri kita. Lucu, Aneh dan semacamnya.

Aku muslim, aku warga negara Indonesia. Dengan pemahaman ilmu yang masih sedikit tak ingin berbicara tentang bagaimana hukum Islam. Khawatir salah ucap dan Allah Marah.

Aku hanya ingin bicara KENAPA DI SETIAP KEGIATAN KITA TIDAK MENILAI SISI POSITIFNYA?
KENAPA HARUS BERFIKIR NEGATIF?

Bukankah mengaji adalah aktivitas positif terlebih ada ustadz dan ustadzahnya disana. Bukankah ustadz dan ustadzah tidak akan membiarkan anak buahnya berbuat yang tidak senonoh?

Bukankah saat pandemi aktivitas anak anak usia sekolah terpasung pada daring dan selebihnya main game serta duduk duduk yang tidak jelas. Mestinya sebagai orang tua bahagia bila melihat anaknya tadarusan.

Sekat pemisah antara laki laki dan perempuan memang ada namun bukankah dalam menuntut ilmu sekat itu boleh tidak ada.

Pernah thowaf?
Dalam thowaf semua berjalan bercampur bersama laki dan perempuan namun pernahkah terdengar ada pelecehan sexual saat thowaf.
Thowaf, sholat dan mengaji adalah upaya mendekat pada Tuhan kenapa harus dimunculkan wacana yang beraneka ragam.

Menyedihkan, sedihku bukan karena persepsi ysng beraneka ragam, sedihku hanya karena anak anak yang terpaksa harus memahami perbedaan pemshaman yang diciptakan ayah bundanya.
Saat mereka harusnya bisa bermain dan tertawa bersama teman temannya, berbagi kue dan amplop dengan bshagia atau mungkin berlomba mengeluarkan suara terindah di microphon saat mengaji bersama.

"Ayah, aku ingin mengaji, boleh ya..." Tanya Reni pada ayahnya di beranda musholla. Ayahnya menjawab dengan bola mata tajam dan Reni menunduk...

Aku menghela nafas, hanya gara gara sekat?
Begitukah?
Entah
wisudajuni
bukhorigan
caturkristiyani
caturkristiyani dan 3 lainnya memberi reputasi
4
728
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
faisal260593Avatar border
faisal260593
#2
emang usia berapa? apakah masih anak-anak atau remaja..
kalau masih anak-anak sih agak keterlaluan juga. sebab di khawatirkan mesjid/ beribadah ke mesjid jadi ajang marah orang dewasa atau apalah

tapi kalau masih remaja, ya gak ada salahnya di kasih jarak, atau di kasih pembatas. karena buat jaga2 aja, takutnya konsentrasi dalam mengaji kurang kalau laki-laki dan perempuan duduk berdekatan..

bukannya memikirkan negatif ya
Rarashasha
caturkristiyani
caturkristiyani dan Rarashasha memberi reputasi
2
Tutup