Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rendyprasetyyoAvatar border
TS
rendyprasetyyo
Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles [ON GOING]
Quote:


TENANG, CERITA KITA, APAPUN UJUNGNYA, AKAN DIKENANG SELAMANYA.

SELAMAT DATANG DI CERITA KITA UNTUK SELAMANYA SERIES.

Quote:






Sinopsis:
Ditahun 2025 terjadi kekacauan besar yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pandemi virus yang semakin memburuk, serangan teror, unjuk rasa, banyak orang harus kehilangan keluarga dan mata pencarian, sampai akhirnya pemerintah menetapkan status darurat nasional untuk menghentikan semua aktifitas yang dapat membahayakan warga. Ditengah kekacauan ini, Rendy dan Bianca bertemu dengan Mr.Klaus yang akan merubah hidup mereka dan membawa mereka pada petualangan baru di Desa Praijing, Sumba. Siapakah yang akan memperbaiki keadaan tersebut? Apakah kekacauan tersebut bisa diselesaikan? Siapakah sebenernya Mr.Klaus?


---------------------------------------------------------------------------------------------------


Pembukanya gak usah panjang-panjang. sebelum baca series ketiga ini gue rekomendasikan untuk baca dulu dua series sebelumnya ya biar gak bingung dan gak banyak nanya lagi. Tapi kalau mau lanjut kesini aja juga boleh. langsung aja, enjoy the story hehe.

Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :



Penampakan rendy: CEKemoticon-Cool
Penampakan bibi: CEK emoticon-Takut (S)




When i was young i listen to the radio
Waiting for my favorite song
When they played i sing along
Its make me smile


The Carpenters - Yesterday Once More
Official Soundtrack



“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”

Sapardi Djoko Darmono - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Quote:

--------------------------------------------------------------------------------------------


CERITA KITA UNTUK SELAMANYA 3 : CATAPHILES
PROLOG
Tahun 2026
Disebuah negeri entah berantah.


“Bi..? ini beneran kamu?”

Gue buka mata gue perlahan sambil menegakkan tubuh gue yang serasa rontok disemua bagian. Tangan kiri gue berasa perih dan samar-samar terlihat aliran darah beku menghitam diarea pergelangannya. Bibir atas dan lutut kaki sebelah kanan gue juga menimbulkan sensasi sakit luar biasa tiap kali gue mencoba untuk menggerakkan tubuh. Samar-samar terlihat bayangan bibi ketika pertama kali gue membuka mata tadi. Sekarang setelah sepenuhnya sadar, gue makin bingung dengan keadaan yang tejadi karena gak cuma ada Bibi disini. Ada seorang wanita lain terlihat sedang membalut luka ditungkai kaki seorang pria yang terlihat mengeluarkan darah cukup banyak.

“Iya, Rendy. Ini aku” Bibi menjawab sambil mengulurkan beberapa obat penghilang rasa sakit dan penambah darah untuk gue minum. “Minum nih kalau masih kerasa sakit, untung aja gak apa-apa kan.”

“Gak apa-apa apanya sih bi?” gue mengambil obat dari tangan bibi dan segera meminum obat tersebut dengan beberapa teguk air yang ada digelas di sisi lain tubuh gue. “Emang kita dimana? Kenapa ada mereka juga?”

Gue dan Bibi sekarang ada disebuah pondok kayu kecil berukuran 3x4 m dengan satu jendela persegi kecil bertirai kain hitam lusuh jadi tempat lewat mentari pagi berada disisi belakang tubuh bibi. Sang wanita asing yang tadi sedang sibuk memperban seorang laki-laki sekarang terlihat menatap Bibi dari kejauhan. Luka yang sedang diperban dari tungkai cowok tersebut pun terlihat sudah berhenti mengalirkan darah. Ruangan kumuh ini lembab dengan hanya satu alas tidur jadi tempat beristirahat lelaki dengan perban didaerah tungkai. Samar gue lihat kalau laki-laki ini terlihat familiar dengan rambut ikal panjangnya.

“hufft” bibi menjawab sambil menghela nafas panjang dan membereskan beberapa peralatan yang sebelumnya dipakai untuk mengobati gue. “dugaan aku bener kan, kamu bakal lupa semuanya setelah semalam kepala kamu kebentur. Untung ada mereka yang nolongin”

Terlihat sang wanita tersenyum tipis sambil melambaikan tangan kearah gue.

“Mereka siapa be?” gue bertanya pelan kearah bibi sambil meringis.

“Astaga Rendy kamu beneran gak inget apa-apa ya. Yang cewek namanya Sydney dan yang cowok namanya Will” Bibi menjawab. “Kita disini bareng-bareng karena harus ngumpulin informasi tentang apapun yang berhubungan sama organisasi Cataphiles, seenggaknya itu perintah yang dikasih atasan kemaren. Tapi karena kecerobohan kamu rencana kita gagal semalem dan harus sembunyi ditempat ini sekarang.”

Will? Sydney? Organisasi Cataphiles? Perintah atasan? Semua hal yang bibi bicarakan terdengar imajinatif karena seinget gue semalem sebelum tidur gue masih ada dikosan, ngobrol sama mas kosan tentang kemungkinan gue untuk pindah kerja. Gue dan bibipun udah lama gak ketemu dan sekarang tiba-tiba kita berdua sedang berada di tempat antah berantah sama dua orang asing dan katanya sedang menjalani sebuah misi.

“Bentar-bentar” gue mencoba menelaah perkataan bibi. “kamu bisa ceritain dari awal? Dari awal banget?”

“Dari awal kita ketemu?” bibi menjawab. “apa dari awal kita ada ditempat ini? by the way, kita sekarang lagi di perbatasan sisi timur kota Paris”

“Dari awal terbentuk galaksi bimasakti juga boleh aku dengerin” gue menjawab perkataan bibi sambil membenarkan posisi lutut kanan gue yang telihat lebam membiru dengan ukuran cukup besar. “semalem aku tidur masih dikosan kok tiba-tiba ada disini ya wajar dong bingung. Bentar, kamu bilang PARIS?”

“hah? Tidur dikosan?” bibi menjawab sambil mengernyitkan dahi.”bener-bener makin bodoh setelah kepalanya terbentur nih orang. ya udah sini diceritain dari awal...”

Dan bibi mulai bercerita tentang kejadian awal kenapa semua jadi seperti ini. Di kejauhan gue liat sydney terlihat tersenyum karena obrolan gue dan bibi barusan.

--------------------------------------

Cerita Kita Untuk Selamanya 3 : Cataphiles (Wattpad)




Cerita Kita Untuk Selamanya versi FULL SERIES :



BUDAYAKAN MENINGGALKAN JEJAK SUPAYA KITA BISA SALING KENAL

Quote:


Quote:


emoticon-Keep Posting Gan emoticon-Keep Posting Gan emoticon-Keep Posting Gan
Polling
0 suara
lebih enak baca di kaskus atau wattpad?
Diubah oleh rendyprasetyyo 11-06-2023 13:12
tien212700
fandyanto
nomorelies
nomorelies dan 39 lainnya memberi reputasi
38
20.3K
524
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
rendyprasetyyoAvatar border
TS
rendyprasetyyo
#61
Chapter 20

Keesokan paginya gue dengan terpaksa bangun karena Mr.K membuat jadwal berlari mengelilingi danau setiap pagi dan sore untuk gue jalani sebagai bentuk latihan fisik gue selama berada ditempat pemukiman suku Dani. Tubuh Bibi, satu-satunya sumber kehangatan yang gue dapet sepanjang malam, terpaksa gue tinggalkan ketika Mr.K mengetuk pintu kamar pondok yang gue dan Bibi tempati. Kamar sederhana dengan alas tidur berupa tikar ayaman daun dan 2 bantal tidur milik Ina yang Bibi bawa ini terasa berbeda dengan kamar tidur yang biasa gue atau Bibi tempatin sebelumnya. Semua terlihat terlalu sederhana dan melihat Bibi bisa tertidur nyenyak malam ini membuat gue mempertanyakan apa yang sebenernya ada di pikiran Bibi sekarang. Cahaya lilin yang menerangi kamar hampir semalaman sekarang tampak lemah dengan semakin menyusutnya ukuran lilin yang tersisa. Suara-suara kicauan burung mulai terdengar dikedalaman hutan membuat gue bertanya-tanya apa yang sebenernya terdapat di hutan yang jaraknya hanya beberapa meter dari pondok ini.

Semalam, setelah menyusun pakaian di lemari kayu sederhana yang ada ditiap kamar, gue dan Bibi langsung beristirahat akibat letih melewati perjalanan jauh menuju ketempat ini. Mr.K dan Karin menempati 2 kamar tersisa masing-masing dengan perabotan yang sama dengan kamar yang gue dan Bibi tempati.

“Cepet siap-siap” Mr.K, dengan pakaian celana training hitam panjang dan jaket windproof bermerek Nike, berkata sambil duduk di bangku kayu sederhana diteras pondok memandang ke arah danau yang ditutupi kabut tebal. Udara terasa sangat dingin menusuk ketulang. Samar terlihat kalau belum ada satupun penduduk suku Dani terbangun diremang cahaya shubuh hari ini. Secangkir kopi dan rokok menemani Mr.K pagi ini. “Kita lari pagi sekarang, keliling danau”

“Sekarang banget?” Gue berkata sambil menahan tubuh gue untuk tidak menggigil. Gue masih sama seperti tadi malam, hanya ditutupi selembar kaos hitam polos berlengan pendek dengan celana jeans hitam dengan noda tanah dibeberapa tempat. “Gak bisa agak siangan dikit? Jam 12?”
“Sekarang waktunya paling pas” Mr.K berkata sambil menghisap rokoknya dan melirik ke arah gue. “Udaranya masih seger, penduduk suku daninya masih belum bangun. Gak ada lagi waktu yang pas buat lari pagi selain jam-jam segini. Danau Hebbema juga lagi terlihat alami di saat kayak gini”

Gue coba sekilas melirik ke arah danau Hebbema yang sekarang tampak berkabut. Kalau yang dia bilang terlihat alami itu maksudnya danau ditutupi kabut mungkin pernyataan Mr.K bener.

“Ya udah bentar gue cuci muka dulu” Gue menjawab sambil berjalan kembali masuk ke dalam pondok dan menuju ke kamar mandi. Pintu masuk pondok langsung berhubungan dengan ruang tamu. Ruang tamu pondok ini tampak sama seperti ruangan lain, sederhana. Satu meja kayu kecil dan 3 kursi sandar dari ayaman rotan disediakan untuk tamu yang singgah ditempat ini, selain itu ada satu foto tua terpajang di dinding ruang tamu menghadap jendela yang pagi ini terlihat samar akibat minimnya sumber cahaya. Semua perabotan yang ada di pondok dibuat oleh penduduk Dani karena mereka memang dikenal dengan keahlian rajutan dan ayaman. Ayah, Mr.K dan Yani Mabela katanya membangun tempat ini dengan waktu yang cukup lama karena mereka ingin membuat pondok yang benar-benar bisa bertahan selama bertahun-tahun sebagai aset dimasa depan. Selama tidak ditempati, Yani Mabela secara rutin memerintahkan wanita-wanita suku Dani untuk membersihkan tempat ini.

Setelah mencuci muka dengan sabun wajah yang Bibi bawa, gue langsung kembali keteras tempat dimana Mr.K menunggu. Diluar masih gelap, gue perkirakan sekarang belum pukul 05 pagi.

“Pake jaket boleh?” gue berkata kepada Mr.K yang terlihat masih bersantai menikmati kopi dan rokok paginya.

“Langsung aja, sekarang” Mr.K berdiri dan meneguk habis sisa kopinya lalu berjalan menuruni undakan menuju danau Hebbema yang terlihat masih gelap ditutupi kabut. “Ada yang mau gue ceritain juga sekarang”

“Apa?” Gue menyusul Mr.K sambil berlari kecil. Beberapa Honai milik suku Dani mulai terlihat. Honai-Honai berbentuk jamur raksasa ini sekarang tampak sepi. Melihat aktifitas yang suku Dani lakukan kemarin, gue bertanya-tanya apakah mereka tahu kalau diluar sana virus sedang merebak dan beberapa kota besar sedang chaos dengan masalah teror yang berhubungan dengan pemerintah pusat. “Kenapa kepala suku bisa kenal ayah, kenapa mereka kayak akrab banget sih?”

“Itu dia yang mau gue ceritain” Mr.K berkata. Tepi danau mulai terlihat. Riak-riak kecil terlihat membentuk gelombang dipermukaan danau. Aliran sungai Hebbema dikejauhan mulai terdengar. “Semua bermula di tahun 1985”

“Udah lama banget” Gue menjawab perkataan Mr.K

“Kita ngobrol sambil lari” Mr.K mulai melangkahkan kaki untuk berlari kecil menyusuri sisi danau. Disepanjang sisi danau banyak honai-honai didirikan berkelompok-kelompok dengan beberapa perapian kecil dimasing-masing honai yang digunakan untuk memasak bahan makanan. “Dulu di tahun 1985, pihak tidak bertanggung jawab menyebar isu tentang Gerakan Papua Merdeka terjadi di Irian. Gerakan ini dikabarkan sebagai gerakan pemberontak yang ingin memisahkan Irian dari Indonesia”.

“Terus?” Gue menjawab sambil menyesuaikan langkah dengan langkah kaki Mr.K yang tampak lebih cepat dari langkah kaki gue.

“Mendengar Isu tersebut pemerintah memutuskan untuk membasmi gerakan ini sebelum terjadi pemberontakan besar-besaran” Mr.K melanjutkan. “Suku Dani, yang tidak mengetahui apa-apa, ikut dicurigakan sebagai salah satu pemberontak karena keahlian perang mereka. Pemerintah menyerang pemukiman ini setahun setelahnya secara besar-besaran, hampir 3000 penduduk Dani tewas”

“3000? Sebesar itu serangannya?” Gue kaget. “Gak ada yang membela suku Dani? Kenapa gak coba negosiasi secara damai dulu?”

“Itu dia masalahnya” Mr.K terus melanjutkan. Jembatan yang menghubungkan kedua sisi permukaan tanah yang terpisah oleh sungai Hebbema mulai terlihat. “Suku Dani gak kenal negosiasi kalau udah mendapat serangan kayak gitu. Mereka dengan modal senjata tombak dan panah sederhana jelas kalah melawan serangan pemerintah. Disaat kayak gini lah, Gue dan Ayah lo datang membelot pemerintah dan memutuskan untuk menolong suku Dani sampai akhirnya tercapai kesepakatan damai masyarakat papua dengan pemerintah.”

Pembicaraan ini terasa begitu cepat, hampir setengah keliling permukaan danau dengan luas 6 Km ini gue dan Mr.K lewati. Cahaya pagi mulai terlihat diantara puncak-puncak pegunungan jayawijaya yang berada disekeliling danau.

“Sejak saat itu, gue dan ayah lo, dan ada satu temen gue lagi, mulai dekat dengan suku Dani” Mr.K melanjutkan sambil terus berlari kecil. Usia yang sudah tidak muda lagi tidak membuat Mr.K terlihat cepat lelah. “Waktu itu Yani Mabela masih muda, dia anak kepala suku terdahulu sebelum akhirnya diangkat sebagai kepala suku sekarang. Gue dan ayah lo memutuskan untuk membangun sebuah pondok sebagai bentuk persahabatan dengan suku Dani.”

“Oh jadi gitu” Gue menjawab sambil mengatur nafas. Ditengah dinginnya suhu lembah baliem gue merasakan kalau tubuh gue mulai mengeluarkan uap panas sekarang. “Pantes kalian deket banget”

“Iya, begitu ceritanya” Mr.K menutup pembicaraan dan berhenti karena sudah selesai mengelilingi satu putaran danau Hebbema dalam waktu kurang dari setengah jam. “Denger, kekacauan kayak dulu itu bisa terjadi kapanpun, apalagi setelah lo bermasalah sama orang yang lo tusuk pahanya dan bibi bermasalah sama orang yang menutupi pengiriman vaksin”

“Iya” Gue menjawab setelah ikut berhenti tepat disisi seblah kanan Mr.K berada. Cuaca dingin mulai tidak terasa ditubuh gue yang mulai memanas sekarang.

“Jadi kalau lo bener-bener mau ngejaga Bibi” Mr.K melanjutkan. “Kalau lo bener-bener sayang sama Bibi dan Bibi bener-bener berharga buat lo, lo harus ikutin omongan gue, jangan banyak nanya. Banyak hal bisa terjadi kedepan”

“O-oke” gue menjawab sambil mengatur nafas. “Sekarang balik ke pondok?”

“Gue iya” Mr.K berkata sambil memberikan potongan kayu cukup besar yang barusan dia ambil dipinggir danau. “Tapi lo enggak, kelilingin danau ini 3 kali lagi sambil bawa potongan kayu ini, setelahnya baru balik ke pondok buat sarapan dan mandi. Bibi dan Karin bakal kepasar ditemani sama putri kepala suku. Lo dan gue bakal belajar banyak hal jadi gak ada waktu buat main-main”

“T-iga kali?” gue menawar perintah Mr.K “Dua setengah aja boleh gak?”

“Gak usah banyak nanya” Mr.K berkata santai sambil melangkahkan kaki kembali ke pondok. “Cepet sebelum keburu siang”

“Hufft. Demi Bibi” Gue berkata pelan dan mulai berlari mengelilingi danau Hebbema untuk kedua kalinya sambil membawa potongan kayu yang ukurannya cukup besar.

Ketika gue mulai melangkah untuk berlari dikejauhan ditengah danau sekilas gue lihat bayangan perempuan berdress putih tersenyum kearah gue seperti yang gue lihat beberapa tahun yang lalu di Khatmandu.
Diubah oleh rendyprasetyyo 10-06-2020 04:33
maresad
zeze6986
zeze6986 dan maresad memberi reputasi
2
Tutup