- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
TS
princebanditt
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
Keluarga, menurut gue adalah sekelompok orang yang tinggal bersama, mempunyai struktur peran dan jabatan masing masing, ayah, ibu, kakak dan adik.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
mempunyai visi dan misi yang sama, saling ketergantungan, saling mengisi, walau kadang ga semudah yang kita pikirkan.
Spoiler for Keluarga Kecil:
Quote:
Berbahagialah kalian yang lahir dari keluarga yang harmonis, dipenuhi kebahagiaan, canda tawa, dan kadang suka duka kalian lalui bersama sama, saling menguatkan satu dengan yang lainnya.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Bersyukurlah kalian, karena belom tentu orang lain mendapatkan sebuah keluarga seperti itu.
Keluargaku, Neraka Bagiku
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Quote:
”plakkk..”suara tamparan keras malam itu.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
“ampun pah, maafin mama, aku bener-bener minta maaf..” terdengar suara ibu memohon. “diam kamu!! plakk..” lagi lagi ayah menampar ibu.
malam itu udah kesekian kalinya gue denger bapak gue mukulin ibu gue, ya itu udh biasa gue denger.
mereka sering bertengkar, mulai dari hal yang sepele hingga hal hal besar lainnya.
makin hari makin benci sama keadaan gue yang seperti ini, “kapan gue bisa punya keluarga kayak si wisnu, bapak ibu nya baik, ga pernah gue denger mereka ribut kayak keluarga gue, keluarga mereka penuh dengan kasih sayang, biarpun wisnu bikin salah, mereka gak pernah ngebentak apa lagi mukul si wisnu, gak kaya keluarga gue, Bngst!” cerocos gue dalem hati.
Ga lama pintu kamar gue kebuka, ibu gue dateng sambil nangis, gue liat matanya bengkak sebelah seperti habis dipukuli, bibirnya terluka dan pipinya nampak memar.
“babang belom tidur?”tanyanya, gue cuma liatin ibu gue.
“maafin mama ya bang, mama salah, mama ga bisa ngurusin babang, sampe babang kayak gini” ga lama dia peluk gue.
sebenarnya hari ini gue habis dari rumah wisnu, dia ajak gue sama adek gue berenang dirumahnya, pakai kolam renang karet yang habis dia dapat dari ibunya sebagai hadiah ulang tahun.
gue udah nolak ajakan wisnu berkali-kali, karna gue tau ibu ngelarang gue dan adek gue bermain keluar rumah.
tapi wisnu dan ibunya terus memaksa kami, adek gue juga memohon agar diizinkan, terlihat dimatanya dia pengen ikut berenang dirumah wisnu.
akhirnya, selesai berenang kamipun harus pasrah ibu memukuli kami dengan gesper hari itu. “ampun ma, iya ma kita ga akan ngulangin lagi..” cuma itu yang bisa gue dan adek gue ucapin berharap agar ibu berhenti memukuli kami.
“samanya lo kayak bapak lo, benci gue liat lo berdua” ucap ibu kepada kami, kata kata itu sering kali gue denger klo ibu lagi mukulin gue ataupun adek gue.
mungkin ibu benci sama ayah, dia dendam atau dia sakit hati sehingga kami harus jadi pelampiasan kemarahan ibu.
ga sengaja bapak liat memar biru luka bekas pukulan gesper tadi sore, lalu bertengkarlah mereka seperti yang terjadi sekarang ini.
gue ga tau harus respon gimana, gue udh sering banget denger ibu minta maaf sama gue, tapi lagi-lagi dia ngulangin perbuatan itu, gue dipukulin lagi dan lagi.
“udah habis air mata gue, ga tau ini rasa sayang apa benci yang ada dihati gue.
gue ga bisa lagi ngerasain sakit ataupun sedih liat ibu gue kaya gini” bisik gue didalem hati.
“babang ga marah kan sama mama? mama sebenernya sayang bang sama kamu” ucapnya lagi.
gue ga jawab pertanyaan ibu, gue coba lepasin pelukan ibu dari badan gue, lalu membalikkan badan dan mencoba untuk tidur malam itu.
mungkin ibu tau klo gue masih marah gara gara kejadian tadi sore, ibupun keluar dari kamar gue.
“gue benci sama ibu” cuma itu yang keluar dari mulut gue.
esok harinya, bapak gue udh ga ada dirumah, seperti biasa dia berangkat pagi pagi buta dan pulang malam hari kadang menjelang hampir pagi dia baru pulang, maklum bapak kerja di pemerintahan, dan punya tanggung jawab yang menyita banyak waktunya, jadi dia kurang begitu ngasih perhatian ke gue ataupun adek gue.
ibu gue seharian cuma dirumah, ga kerja karna dilarang ayah, jadi kesibukannya hanya mengurus kami dari bangun tidur sampai kami mau tidur kembali.
itupun klo suasana hatinya lagi baik, klo habis dimarahi dan dipukuli ayah, ibu seharian dikamar tidak mengurus kami.
kami juga dilarang main keluar rumah, ga boleh bawa teman main didalam rumah, kami hanya boleh main berdua dirumah, gue dan adik gue saja.
pernah gue coba buat bertanya alasan kami ga diperbolehkan main diluar rumah, ibu cuma menjawab dengan pukulan dan siksaan lainnya.
keluarga ini seperti neraka, selalu dipenuhi siksaan dan ucapan kasar, menjadi pemandangan dan makanan sehari hari gue.
sampe akhirnya kekerasan itu terekam di pikiran gue.
dan gue lampiasin ke adek gue satu-satunya yang gue sayang.
akhirnya hubungan kami semua hambar, cuek, tidak peduli satu dengan lainnya, dipenuhi ketakutan dan trauma yang mendalam..
gue jadi sering bengong sendiri, berpikir dan bermain dengan teman imajinasi gue.
adek gue pun gitu, gue udah ga peduli dengannya dan dia pun sibuk dengan dunianya sendiri.
ga ada lagi perhatian, kasih sayang dan cinta didalam keluarga ini.
sampai pada suatu hari, ketika bapak dan ibu bertengkar hebat, ibu mempunyai ide untuk membawa kami semua pergi meninggalkan bapak.
entah itu ide baik atau tidak, tapi mulai dari sini, rasa benci dan dendam untuk menyakiti adalah hal yang paling gue cintai dan impi-impikan.
Quote:
Spoiler for Mulustrasi Bree:
Karna kekerasan akan menimbulkan trauma dan membangun kekerasan yang lainnya.
Spoiler for Ratenya GanSis:
Selamat Membaca
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
Penulis : Prince’s 2011-2020@Kaskus
Ilustrasi : Google
Klik disini Gan/Sis Untuk Support dan Donasi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
UPDATE BERJALAN..
BAB 1, BAB 2, BAB 3, BAB 4, BAB 5, BAB 6, BAB 7, BAB 8, BAB 9, BAB 10, BAB 11, BAB 12, BAB 13, BAB 14, BAB 15
Spoiler for Kunjungi Thread Lainnya,:
HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian MerekaHot Thread
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
HORROR [Real Story] Akhir Dari Persugihan Gunung Hejo
HORROR [Real Story] Pendakian Berujung Kematian Hot Thread
CERPEN [Real Story] Terima Kasih, Cinta!
Lakukan Meditasi agar tidak Menyakiti Orang Lain
[SHARE] Meditasi Basic Normal
Bersambung
Diubah oleh princebanditt 25-01-2021 12:10
aipereeng365 dan 138 lainnya memberi reputasi
137
97.8K
Kutip
607
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
princebanditt
#146
BAB XII HORROR [Real Story] Ketika Tangisan Ibuku, Menjadi Kematian Mereka
Quote:
“Kak Yusuf, aryo ga keliatan di Masjid, kaya nya dia ketiduran lagi deh” Mulyadi melaporkan kepada Yusuf.
Yusuf mendengar kabar itu langsung mengalihkan pandangan mencari gue, dan dia tersenyum sinis.
Mulyadi melihat Yusuf tersenyum merasa bangga dengan ide usilnya berhasil untuk mengerjai Aryo.
Mulyadi teman satu angkatan aryo, sebenernya dia tukang suruh klo lagi berkumpul dengan teman angkatannya, karna badannya yang gemuk dan tampangnya yang bloon, dia sering dijadikan bahan ejekan dan pukulan seperti Aryo, yang membedakan adalah Aryo tidak tertarik berteman dengan mereka sedangkan Mulyadi sengaja mencari muka agar dapat diterima oleh teman-teman angkatannya. Jadi mulai dari menuruti semua perintah teman-temannya, kadang dia juga menyarankan untuk mengerjai Aryo dan mempunyai cita-cita kelak Aryo yang akan menjadi pesuruh Mulyadi dan yang lainnya.
Ga sampe disitu, Mulyadi juga melaporkan kepada Ustad Isa.
“Maaf Tad, saya sebenernya takut untuk bilang sama Ustad. soalnya saya diancem Tad” Mulyadi merajuk duduk dekat Ustad Isa.
“Siapa yang berani mengancam santri disini?” tanya nya dengan nada tegas.
“Aryo Tad..” jawab Mul pelan sambil menundukan kepala. “Mati gue klo sampe ketauan bohong, yang ada gue bisa dihukum” batin mul.
“Aryo!? kemana itu anaknya? dimana dia??” tanya Ustad dengan nada jengkel. Aryo sudah sering dihukum para Ustad dengan semua kenakalannya dan Aryo adalah santri favorit Ustad Isa, kepada Aryo dia melampiaskan semua amarah dan kekesalan yang dia dapat dari yang lainnya.
Jadi jangan heran Ustad Isa terlihat menggila ketika menghukum Aryo.
cuma dihadapan Ustad Aulia dia bersikap baik kepada Aryo, Cih!
“Tadi saya ga sengaja melihat Aryo mematikan lampu kamarnya Tad, dan dia menyadari saya melihatnya. lalu dia menarik dan mencekik saya mengancam klo sampe saya melaporkan itu saya akan dipukuli olehnya. dia bilang dia lagi malas pergi kemasjid” terang Mul berbohong, seakan diciptakan dengan bakat berbohong. Mul sangat menikmati kebohongan yang dia ucapkan dari mulut sialannya itu.
“Semakin brengsek itu anak! sudah mulai berani mengganggu dan mengancam santri lainnya!” ucap Ustad Isa dengan nada tinggi menahan emosi.
“Mul, Panggil Yusuf menghadap saya” perintahnya kepada Mulyadi.
“Baik tad..” jawab Mul semangat lalu membalik badan mencari Yusuf.
“Mampus kamu Aryo” ucap Mul pelan lalu tersenyum.
“Kak, Dipanggil Ustad Isa” ucap Mul mencolek bahu Yusuf
“Oke makasi Mul” jawab Yusuf lalu berlalu mendekati Ustad Isa.
Mul melihat dari kejauhan, Isa dan Yusuf terlihat sedang berdiskusi serius. Mul tersenyum jahat membayangi Aryo akan disiksa pagi ini.
Ga lama Isa pergi diikutin oleh Yusuf dari belakang.
“Selamat pagi. Mohon Untuk Nama yang disebutkan berikut ini. Aryo, Imam, Enda, Indra, Angga dan Djati diharapkan berkumpul didepan ruangan pembinaan. dikarenakan melakukan pelanggaran yaitu, tidak menjalankan Sholat Subuh berjamaah. Terima kasih”
Mul dan Santri lain yang mendengar pemberitauan yang diucapkan lewat Toa yang berasal dari ruang pembinaan. lalu beramai-ramai pergi meninggalkan Masjid.
Ruangan itu memang dikhususkan untuk para santri yang melanggar peraturan. dari bolos sholat berjamaah, bolos sekolah, ketahuan atau ada laporan santri yang berbahasa daerah atau indonesia, berpacaran, ketauan pergi keluar pesantren tanpa izin dan lain sebagainya.
diruangan itu pula berkumpul para Ustad dan Santri Kakak kelas yang mempunyai jabatan tertentu.
“Bangun bego!!!” teriak Mul sambil tertawa.
ada juga yang menggetok besi ranjang gue pake sapu dan alat pel yang menimbulkan bunyi nyaring ditelinga. Lalu ada yang mengguncangkan ranjang gue sambil tertawa-tawa.
“Cepet bangunin dia”
“Tarik aja bajunya”
“terusin aja biar dia ga betah terus pindah kamar”
“Males juga sekamar sama anak dukun, jadi banyak setannya kamar kita”
Karna suara yang begitu berisik akhirnya gue bangun. “Kenapa ini??” tanya gue kesal.
“Bangun lo sialan, tuh dipanggil keruang pembinaan, mampus lo ketauan ga sholat subuh!” ejek Mul lalu melemparkan sapu ke arah gue.
Gue berhasil menghindari lemparan sapu itu lalu bergegas turun dari kasur, berjalan mendekati Mul dan berbisik “Anjing lo..” ditelinganya kemudian berjalan keluar kamar.
“Ngomong apa lo barusan? berani lo sama gue? sini klo berani!” teriak mul dari dalam kamar, gue berhenti dan menatap kearah Mul. “Dasar Anak Idiot, berani gara-gara ada pendukung” jawab gue pelan lalu kembali berjalan meninggalkannya.
Mul sempat terhentak melihat Aryo berhenti, jantungnya sedikit agak cepat berdetak. Dan kakinya mulai bergetar, Ia takut klo Aryo akan kembali masuk kekamar menanggapi tantangannya. untung Aryo cuma menatap tajam lalu pergi meninggalkannya.
Didepan Ruang Pembinaan.
“Aryo masuk kedalam” perintah Yusuf dengan Nada Benci. Keliatan dia benci banget sama gue, mungkin gara-gara kejadian waktu itu.
Gue berjalan mendekatinya, dan berhenti disamping menatap tajam matanya. Yusuf terlihat sedikit ketakutan dimatanya begitu gue liat dia.
Gue kembali berjalan melewatinya dengan wajah dingin.
“Dasar anak sialan, jangan lo kira gue takut sama lo, liat aja nanti!” gerutu Yusuf terdengar ditelinga gue. dan lagi lagi gue cuma bisa tersenyum penuh dendam.
didalam ruangan itu gue liat Ustad Isa duduk dimejanya. lengkap dengan peralatan menyiksa yang sering dia gunakan.
Gunting, Pemukul Kasti, Sorban, rotan, dan lain sebagainya.
“Ini Ustad yang banyak dibanggakan diluar sana?, liatnya aja bikin mau muntah, Geli!” batin gue kesal karna gue udah tau apa yang bakal terjadi dikit lagi.
“Kemana tadi kamu? saya ga liat dimasjid?” tanya Ustad itu.
“Ketiduran” jawab gue malas, melihat dia merokok santai didepan gue.
“saya ga denger, jawab lebih keras!” perintah Ustad.
“KETIDURAN TAD!” jawab gue dengan nada tinggi.
Dia menaruh rokoknya lalu mendatangi gue, “apa maksud kamu teriak didepan saya?” Plakk!!
tangan besarnya mendarat tepat dipipi gue, membuat sekitar wajah gue memerah panas.
“Kamu yang sopan klo ngomong didepan saya, ngerti?” tanyanya. Gue cuma menggangguk kecil.
dia mengambil sorbannya lalu menampar gue lagi menggunakan sorban berwarna putih itu.
“kamu bisu? Jawab yang bener!” paksanya dan menampar gue lagi.
“Saa..aaya kkee..tt..iiduraan tad, Ma..aaffkaann ss..saay..yya.” jawab gue menahan perih akibat tamparan sorban yang mengenai gue beberapa kali.
“Ketiduran?? bukannya kamu mengancam santri lain?? dan sengaja tidak mau sholat berjamaah??” selidik Ustad.
Gue ga menjawab, cuma mengencangkan gigi dan mengepalkan tangan gue menahan kesal.
“Kenapa diam? kamu mengakui kesalahanmu?” desak Ustad menunggu jawaban gue.
Percuma gue jawab, apapun jawaban yang keluar dari mulut gue itu cuma bikin pukulan-pukulan lainnya mendarat di tubuh gue.
“Jawab Aryo!!!” Ustad Isa terlihat murka
“Buukaann Tad, saya keeettiduran” Jawab gue terbata ketakutan mendengan Ustad Isa akan menggila.
“Angkat sebelah kakimu” perintah Ustad sambil mengambil Tongkat Kasti dimejanya.
Gue melirik dan menelan ludah karna membayangan hal mengerikan akan terjadi. Gue angkat sebelah kaki gue lalu menutup mata.
“Bug”
Tongkat kasti itu berhasil membuat gue merasakan ngiku disekitar paha gue. rasa sakitnya bikin gue gontai dan hampir terjatuh karna menahan beban tubuh dengan satu kaki.
Rasanya otot di paha gue pecah akibat pukulan itu, membuat kaki gue bergetar dengan sendirinya. gue berusaha jongkok untuk mengencangkan lagi otot paha gue.
“Bangun kamu!! sebelum kamu jujur, saya ga akan berhenti memukulmu! angkat kaki yang sebelahnya lagi” paksa Ustad agar gue mengakui kesalahan gue.
gue mencoba untuk berdiri kembali, walau rasanya semua urat disekitar paha menarik otot gue pegal agar terus jongkok. “maafkan saya Tad” pinta gue memelas.
“Bangun! ga ada ampunan untuk santri yang suka mengancam santri lainnya! bangun aryo!” bentaknya.
kemudian gue berdiri sekuat tenaga mengikuti kemauan Ustad gila ini.
“Bugg”
Pukulan kali ini membuat gue beneran jatoh, karna kaki gue yang udah dipukul pertama ga ada kekuatan lebih untuk menahan semuanya.
dengan berat hati gue harus mengakui kesalahan yang gue ga pernah buat agar siksaan pagi hari ini berhenti.
“Maafkan saya Tad, Iya saya mengancamnya” jawab gue sambil meringis kesakitan.
Lalu ustad berjongkok menyamakan tinggi gue, “Harusnya kamu akui itu dari tadi Aryo” jawabnya pelan menampar gue sekali lagi dan tersenyum puas.
“Yusuf!!” teriak Ustad Isa menggelegar.
“Iya Tad..” jawab yusuf dari luar ruangan berlari mendatangi tempat Ustad dan gue saat itu.
“Habisi rambut Aryo, lalu siram dia dihalaman santriwati, Ingat potong rambutnya agar terlihat berantakan nanti dirapikannya setelah dia keliling dihalaman bawah” Isa memberi arahan kepada Yusuf.
“Baik Tad!” jawab Yusuf semangat dan tersenyum ke arah gue.
Yusuf mendengar kabar itu langsung mengalihkan pandangan mencari gue, dan dia tersenyum sinis.
Mulyadi melihat Yusuf tersenyum merasa bangga dengan ide usilnya berhasil untuk mengerjai Aryo.
Mulyadi teman satu angkatan aryo, sebenernya dia tukang suruh klo lagi berkumpul dengan teman angkatannya, karna badannya yang gemuk dan tampangnya yang bloon, dia sering dijadikan bahan ejekan dan pukulan seperti Aryo, yang membedakan adalah Aryo tidak tertarik berteman dengan mereka sedangkan Mulyadi sengaja mencari muka agar dapat diterima oleh teman-teman angkatannya. Jadi mulai dari menuruti semua perintah teman-temannya, kadang dia juga menyarankan untuk mengerjai Aryo dan mempunyai cita-cita kelak Aryo yang akan menjadi pesuruh Mulyadi dan yang lainnya.
Ga sampe disitu, Mulyadi juga melaporkan kepada Ustad Isa.
“Maaf Tad, saya sebenernya takut untuk bilang sama Ustad. soalnya saya diancem Tad” Mulyadi merajuk duduk dekat Ustad Isa.
“Siapa yang berani mengancam santri disini?” tanya nya dengan nada tegas.
“Aryo Tad..” jawab Mul pelan sambil menundukan kepala. “Mati gue klo sampe ketauan bohong, yang ada gue bisa dihukum” batin mul.
“Aryo!? kemana itu anaknya? dimana dia??” tanya Ustad dengan nada jengkel. Aryo sudah sering dihukum para Ustad dengan semua kenakalannya dan Aryo adalah santri favorit Ustad Isa, kepada Aryo dia melampiaskan semua amarah dan kekesalan yang dia dapat dari yang lainnya.
Jadi jangan heran Ustad Isa terlihat menggila ketika menghukum Aryo.
cuma dihadapan Ustad Aulia dia bersikap baik kepada Aryo, Cih!
“Tadi saya ga sengaja melihat Aryo mematikan lampu kamarnya Tad, dan dia menyadari saya melihatnya. lalu dia menarik dan mencekik saya mengancam klo sampe saya melaporkan itu saya akan dipukuli olehnya. dia bilang dia lagi malas pergi kemasjid” terang Mul berbohong, seakan diciptakan dengan bakat berbohong. Mul sangat menikmati kebohongan yang dia ucapkan dari mulut sialannya itu.
“Semakin brengsek itu anak! sudah mulai berani mengganggu dan mengancam santri lainnya!” ucap Ustad Isa dengan nada tinggi menahan emosi.
“Mul, Panggil Yusuf menghadap saya” perintahnya kepada Mulyadi.
“Baik tad..” jawab Mul semangat lalu membalik badan mencari Yusuf.
“Mampus kamu Aryo” ucap Mul pelan lalu tersenyum.
“Kak, Dipanggil Ustad Isa” ucap Mul mencolek bahu Yusuf
“Oke makasi Mul” jawab Yusuf lalu berlalu mendekati Ustad Isa.
Mul melihat dari kejauhan, Isa dan Yusuf terlihat sedang berdiskusi serius. Mul tersenyum jahat membayangi Aryo akan disiksa pagi ini.
Ga lama Isa pergi diikutin oleh Yusuf dari belakang.
“Selamat pagi. Mohon Untuk Nama yang disebutkan berikut ini. Aryo, Imam, Enda, Indra, Angga dan Djati diharapkan berkumpul didepan ruangan pembinaan. dikarenakan melakukan pelanggaran yaitu, tidak menjalankan Sholat Subuh berjamaah. Terima kasih”
Mul dan Santri lain yang mendengar pemberitauan yang diucapkan lewat Toa yang berasal dari ruang pembinaan. lalu beramai-ramai pergi meninggalkan Masjid.
Ruangan itu memang dikhususkan untuk para santri yang melanggar peraturan. dari bolos sholat berjamaah, bolos sekolah, ketahuan atau ada laporan santri yang berbahasa daerah atau indonesia, berpacaran, ketauan pergi keluar pesantren tanpa izin dan lain sebagainya.
diruangan itu pula berkumpul para Ustad dan Santri Kakak kelas yang mempunyai jabatan tertentu.
“Bangun bego!!!” teriak Mul sambil tertawa.
ada juga yang menggetok besi ranjang gue pake sapu dan alat pel yang menimbulkan bunyi nyaring ditelinga. Lalu ada yang mengguncangkan ranjang gue sambil tertawa-tawa.
“Cepet bangunin dia”
“Tarik aja bajunya”
“terusin aja biar dia ga betah terus pindah kamar”
“Males juga sekamar sama anak dukun, jadi banyak setannya kamar kita”
Karna suara yang begitu berisik akhirnya gue bangun. “Kenapa ini??” tanya gue kesal.
“Bangun lo sialan, tuh dipanggil keruang pembinaan, mampus lo ketauan ga sholat subuh!” ejek Mul lalu melemparkan sapu ke arah gue.
Gue berhasil menghindari lemparan sapu itu lalu bergegas turun dari kasur, berjalan mendekati Mul dan berbisik “Anjing lo..” ditelinganya kemudian berjalan keluar kamar.
“Ngomong apa lo barusan? berani lo sama gue? sini klo berani!” teriak mul dari dalam kamar, gue berhenti dan menatap kearah Mul. “Dasar Anak Idiot, berani gara-gara ada pendukung” jawab gue pelan lalu kembali berjalan meninggalkannya.
Mul sempat terhentak melihat Aryo berhenti, jantungnya sedikit agak cepat berdetak. Dan kakinya mulai bergetar, Ia takut klo Aryo akan kembali masuk kekamar menanggapi tantangannya. untung Aryo cuma menatap tajam lalu pergi meninggalkannya.
Didepan Ruang Pembinaan.
“Aryo masuk kedalam” perintah Yusuf dengan Nada Benci. Keliatan dia benci banget sama gue, mungkin gara-gara kejadian waktu itu.
Gue berjalan mendekatinya, dan berhenti disamping menatap tajam matanya. Yusuf terlihat sedikit ketakutan dimatanya begitu gue liat dia.
Gue kembali berjalan melewatinya dengan wajah dingin.
“Dasar anak sialan, jangan lo kira gue takut sama lo, liat aja nanti!” gerutu Yusuf terdengar ditelinga gue. dan lagi lagi gue cuma bisa tersenyum penuh dendam.
didalam ruangan itu gue liat Ustad Isa duduk dimejanya. lengkap dengan peralatan menyiksa yang sering dia gunakan.
Gunting, Pemukul Kasti, Sorban, rotan, dan lain sebagainya.
“Ini Ustad yang banyak dibanggakan diluar sana?, liatnya aja bikin mau muntah, Geli!” batin gue kesal karna gue udah tau apa yang bakal terjadi dikit lagi.
“Kemana tadi kamu? saya ga liat dimasjid?” tanya Ustad itu.
“Ketiduran” jawab gue malas, melihat dia merokok santai didepan gue.
“saya ga denger, jawab lebih keras!” perintah Ustad.
“KETIDURAN TAD!” jawab gue dengan nada tinggi.
Dia menaruh rokoknya lalu mendatangi gue, “apa maksud kamu teriak didepan saya?” Plakk!!
tangan besarnya mendarat tepat dipipi gue, membuat sekitar wajah gue memerah panas.
“Kamu yang sopan klo ngomong didepan saya, ngerti?” tanyanya. Gue cuma menggangguk kecil.
dia mengambil sorbannya lalu menampar gue lagi menggunakan sorban berwarna putih itu.
“kamu bisu? Jawab yang bener!” paksanya dan menampar gue lagi.
“Saa..aaya kkee..tt..iiduraan tad, Ma..aaffkaann ss..saay..yya.” jawab gue menahan perih akibat tamparan sorban yang mengenai gue beberapa kali.
“Ketiduran?? bukannya kamu mengancam santri lain?? dan sengaja tidak mau sholat berjamaah??” selidik Ustad.
Gue ga menjawab, cuma mengencangkan gigi dan mengepalkan tangan gue menahan kesal.
“Kenapa diam? kamu mengakui kesalahanmu?” desak Ustad menunggu jawaban gue.
Percuma gue jawab, apapun jawaban yang keluar dari mulut gue itu cuma bikin pukulan-pukulan lainnya mendarat di tubuh gue.
“Jawab Aryo!!!” Ustad Isa terlihat murka
“Buukaann Tad, saya keeettiduran” Jawab gue terbata ketakutan mendengan Ustad Isa akan menggila.
“Angkat sebelah kakimu” perintah Ustad sambil mengambil Tongkat Kasti dimejanya.
Gue melirik dan menelan ludah karna membayangan hal mengerikan akan terjadi. Gue angkat sebelah kaki gue lalu menutup mata.
“Bug”
Tongkat kasti itu berhasil membuat gue merasakan ngiku disekitar paha gue. rasa sakitnya bikin gue gontai dan hampir terjatuh karna menahan beban tubuh dengan satu kaki.
Rasanya otot di paha gue pecah akibat pukulan itu, membuat kaki gue bergetar dengan sendirinya. gue berusaha jongkok untuk mengencangkan lagi otot paha gue.
“Bangun kamu!! sebelum kamu jujur, saya ga akan berhenti memukulmu! angkat kaki yang sebelahnya lagi” paksa Ustad agar gue mengakui kesalahan gue.
gue mencoba untuk berdiri kembali, walau rasanya semua urat disekitar paha menarik otot gue pegal agar terus jongkok. “maafkan saya Tad” pinta gue memelas.
“Bangun! ga ada ampunan untuk santri yang suka mengancam santri lainnya! bangun aryo!” bentaknya.
kemudian gue berdiri sekuat tenaga mengikuti kemauan Ustad gila ini.
“Bugg”
Pukulan kali ini membuat gue beneran jatoh, karna kaki gue yang udah dipukul pertama ga ada kekuatan lebih untuk menahan semuanya.
dengan berat hati gue harus mengakui kesalahan yang gue ga pernah buat agar siksaan pagi hari ini berhenti.
“Maafkan saya Tad, Iya saya mengancamnya” jawab gue sambil meringis kesakitan.
Lalu ustad berjongkok menyamakan tinggi gue, “Harusnya kamu akui itu dari tadi Aryo” jawabnya pelan menampar gue sekali lagi dan tersenyum puas.
“Yusuf!!” teriak Ustad Isa menggelegar.
“Iya Tad..” jawab yusuf dari luar ruangan berlari mendatangi tempat Ustad dan gue saat itu.
“Habisi rambut Aryo, lalu siram dia dihalaman santriwati, Ingat potong rambutnya agar terlihat berantakan nanti dirapikannya setelah dia keliling dihalaman bawah” Isa memberi arahan kepada Yusuf.
“Baik Tad!” jawab Yusuf semangat dan tersenyum ke arah gue.
Bersambung..
Diubah oleh princebanditt 12-06-2020 10:54
eni050885 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
Kutip
Balas
Tutup