SalkryeAvatar border
TS
Salkrye
Covid-19 Berevolusi dan Mulai Menyerang Otak Manusia?

Analisis awal pasien Covid-19 pada bulan Januari memberitahukan bahwa gejala yang paling umum, adalah: Demam, Flu. Batuk, dan Sesak Napas

Semakin banyak kasus yang terjadi penelitian dan diagnosis menemukan beberapa gejala yang tidak umum, yaitu muntah dan diare.

Fakta tersebut menunjukan bahwa pada beberapa kasus, Corona virus menyerang sistem pencernaan, dan bukan hanya saluran pernapasan.

Pada akhir Februari, kita bahan mengetahui bahwa ada beberapa kasus yang tidak menunjukan gejala apapun, dan disebut dengan Super-Spreader. 

Seorang Super spreader bahkan tidak mengetahui jika tubuhnya sudah terinfeksi oleh Covid-19 karena ia tidak merasakan apa-apa dan merasa sehat.



Kemudian, bulan lalu ada kasus dimana seseorang yang didiagnosis positif Covid-19 mulai kehilangan indra penciumannya, namun ia tidak menunjukan gejala umum seperti yang dialami pasien lainnya.

Dan disinilah anehnya, karena nampaknya Covid-19 atau yang juga dikenal sekarang ini dengan naman SARS‐CoV‐2, mulai menyerang otak manusia. Memang belum jelas bagaimana SARS‐CoV‐2 dapat menyerang otak manusia, karena masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Namun bukti sejauh ini terdapat dari laporan para dokter bahwa pasien Covid-19 mulai mengalami gejalan yang sama sekali berbeda, beberapa diantaranya mengalamai disorientasi, sakit kepala, kelelahan, dan gejala lainnya yang mungkin disebabkan oleh peradangan otak.



Masih belum diketahui juga apakah hal ini dikarenakan Covid-19 yang menyerang langsung ke otak atau hanya efek dari sistem pernapasan yang tidak dapat memberikan oksigen ke otak karena pengaruh Covid-19 itu sendiri.

"Sangat sulit untuk mendeteksi keduanya," kata Chethan Rao, MD, seorang profesor neurologi dan bedah saraf di Baylor College of Medicine Medical Center. Ia mencurigai kedua faktor tersebut saling berhubungan, Dan berbagai hal dapat memperburuknya dalam waktu singkat.

Kemungkinan bahwa Covid-19 menyerang otak secara langsung muncul kembali pada akhir Februari dalam sebuah studi di Wuhan, Cina. 

Kemudian, pada bulan Maret, para peneliti membuat sebuah Journal of Medical Virology, yang menyatakan bahwa coronavirus ini, SARS-CoV-2, tidak selalu menyerang saluran pernapasan namun juga dapat menyerang sistem saraf pusat dan menginduksi penyakit neurologis.



Baru-baru ini, seorang wanita paruh baya yang mengalami batuk, demam, namun tidak mengalami gejala flu, tetapi setelah diperiksa ternyata ia positif covid-19. 

Pemindaian otak kemudian dilakukan terhadap wanita dan hasilnya menunjukan adanya pembekakan yang tidak biasa.

Dokter mendiagnosa bahwa wanita tersebut mengalami Ensefalopati Hemoragik Nekrotikans Akut, yang merupakan komplikasi sistem saraf pusat yang sangat jarang terjadi dikarena influenza ataupun beberapa virus lainnya. 

Infeksi ini juga ditandai dengan kejang-kejang dan perubahan status mental yang sering kali menyebabkan seseorang menjadi lumpuh atau bahkan meninggal dunia.

Ini adalah kasus pertama yang dilaporkan dari Covid-19 dan terkait dengan Ensefalopati Hemoragik Nekrotikans Akut.



Dalam kasus lain, seorang pria berusia 74 tahun dengan kondisi neurologis yang sudah ada sebelumnya, tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk berbicara, dan setelah didiagnosis ternyata ia positif Covid-19. 

Quote:


Pada 31 Maret dalam Jurnal Radiologi, Henry Ford Health System di Detroit menyimpulkan, karena jumlah pasien Covid-19 yang terus meingkat di seluruh dunia, maka para dokter dan ahli radiologi harus mengawasi kemungkinan tersebut di setiap pasien Covid-19, tanpa terkecuali

SARS-CoV-2 nampaknya merupakan virus yang pintar. Sebuah studi baru dalam jurnal Naturemenjelaskan, Virus ini memasuki sel manusia melalui jenis reseptor sel tertentu, salah satunya pada sistem pernapasan bagian atas, terutama di tenggorokan, namun di sana ia tidak menunjukan banyak gejala tertentu.

Kemudian, dalam kasus yang lebih parah, Corona virus akan bermigrasi ke paru-paru atau ke sistem pencernaan (Bahkan dua-duanya), karena sel-sel dengan reseptor yang tepat untuk virus ini banyak terdapat di dua tempat tersebut.



Namun masalahnya, reseptor tersebut juga ditemukan di pembuluh darah dan ujung saraf yang menuju ke otak. Jadi sangat memungkinkan bahwa corona virus akan menyerang ke sana.

Seorang ahli onkologi dan spesialis penyakit menular diCollege of Osteopathic Medicine di Michigan State University, bernama Peter Gulick mengatakan bahwa SARS-CoV-2 belum tentu menjadi penyebab peradangan otak. meskipun beberapa jenis Coronavirus lainnya dapat menyebabkan hal tersebut, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Dan semoga saja apa yang kita takutkan tidak benar-benar terbukti.

Stay Safe.



Referensi:

• psychologytoday.com | Neurological Implications of COVID-19 Raise Concerns
• news.sky.com | Coronavirus: How does COVID-19 attack the human body?
• the-scientist.com | Lost Smell and Taste Hint COVID-19 Can Target the Nervous System
• sciencedaily.com | What type of cells does the novel coronavirus attack?
• medrxiv.org | Neurological Manifestations of Hospitalized Patients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective case series study
• ncbi.nlm.nih.gov | Acute Necrotizing Encephalopathy in an Adult
cureus.com | Neurological Complications of Coronavirus Disease (COVID-19): Encephalopathy
• nature.com | Virological assessment of hospitalized patients with COVID-2019
Diubah oleh Salkrye 11-04-2020 17:15
4iinch
sebelahblog
infinitesoul
infinitesoul dan 35 lainnya memberi reputasi
32
22.5K
149
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
wesleyivanAvatar border
wesleyivan
#23
berarti meningitis bisa jadi karena ditrigger covid juga ya?
emoticon-Traveller
kaiharis
maverick4ever
anjaultras
anjaultras dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup